tag:blogger.com,1999:blog-38378951274266189032024-02-08T08:53:29.197-08:00Bagaimana Seorang Muslim Berpikir?Prama pool Experthttp://www.blogger.com/profile/15805485069520816284noreply@blogger.comBlogger9125tag:blogger.com,1999:blog-3837895127426618903.post-4516524492841205902009-10-18T07:28:00.000-07:002009-10-18T07:30:24.599-07:00Pernahkah anda memikirkan bahwa anda tidak ada sebelum<br />dilahirkan ke dunia ini; dan anda telah diciptakan dari sebuah<br />ketiadaan?<br />Pernahkan anda berpikir bagaimana bunga yang setiap hari anda lihat<br />di ruang tamu, yang tumbuh dari tanah yang hitam, ternyata memiliki<br />bau yang harum serta berwarna-warni?<br />Pernahkan anda memikirkan seekor nyamuk, yang sangat mengganggu<br />ketika terbang mengitari anda, mengepakkan sayapnya dengan<br />kecepatan yang sedemikian tinggi sehingga kita tidak mampu melihatnya?<br />Pernahkan anda berpikir bahwa lapisan luar dari buah-buahan seperti<br />pisang, semangka, melon dan jeruk berfungsi sebagai pembungkus<br />yang sangat berkualitas, yang membungkus daging buahnya sedemikian<br />rupa sehingga rasa dan keharumannya tetap terjaga?<br />Pernahkan anda berpikir bahwa gempa bumi mungkin saja datang<br />secara tiba-tiba ketika anda sedang tidur, yang menghancur luluhkan rumah,<br />kantor dan kota anda hingga rata dengan tanah sehingga dalam<br />tempo beberapa detik saja anda pun kehilangan segala sesuatu yang anda<br />miliki di dunia ini?<br />Pernahkan anda berpikir bahwa kehidupan anda berlalu dengan<br />sangat cepat, anda pun menjadi semakin tua dan lemah, dan lambat laun<br />kehilangan ketampanan atau kecantikan, kesehatan dan kekuatan anda?<br />Pernahkan anda memikirkan bahwa suatu hari nanti, malaikat maut<br />yang diutus oleh Allah akan datang menjemput untuk membawa anda<br />meninggalkan dunia ini?<br />Jika demikian, pernahkan anda berpikir mengapa manusia demikian<br />terbelenggu oleh kehidupan dunia yang sebentar lagi akan mereka<br />tinggalkan dan yang seharusnya mereka jadikan sebagai tempat untuk<br />bekerja keras dalam meraih kebahagiaan hidup di akhirat?<br />Manusia adalah makhluk yang dilengkapi Allah sarana berpikir. Namun<br />sayang, kebanyakan mereka tidak menggunakan sarana yang teramat<br />penting ini sebagaimana mestinya. Bahkan pada kenyataannya sebagian<br />manusia hampir tidak pernah berpikir.<br />Sebenarnya, setiap orang memiliki tingkat kemampuan berpikiryang seringkali ia sendiri tidak menyadarinya. Ketika mulai<br />menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat-laun mulai terbuka di hadapannya. Semakin dalam ia<br />berpikir, semakin bertambahlah kemampuan berpikirnya dan hal<br />ini mungkin sekali berlaku bagi setiap orang. Harus disadari bahwa<br />tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan<br />akalnya semaksimal mungkin.Buku ini ditulis dengan tujuan<br />mengajak manusia "berpikir sebagaimana mestinya" dan mengarahkan<br />mereka untuk "berpikir sebagaimana mestinya". Seseorang yang<br />tidak berpikir berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah<br />kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan<br />mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di dunia.<br />Padahal, Allah telah menciptakan segala sesuatu untuk sebuah tujuan<br />sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an:<br />"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara<br />keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan<br />dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS.<br />Ad-Dukhaan, 44: 38-39)<br />"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan<br />kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan<br />kepada Kami?" (QS. Al-MuÕminuun, 23:115)<br />Oleh karena itu, yang paling pertama kali wajib untuk dipikirkan secara<br />mendalam oleh setiap orang ialah tujuan dari penciptaan dirinya, baru<br />kemudian segala sesuatu yang ia lihat di alam sekitar serta segala kejadian<br />atau peristiwa yang ia jumpai selama hidupnya. Manusia yang ti-dak memikirkan hal ini, hanya akan mengetahui kenyataan-kenyataan<br />tersebut setelah ia mati. Yakni ketika ia mempertanggung jawabkan segala<br />amal perbuatannya di hadapan Allah; namun sayang sudah terlambat.<br />Allah berfirman dalam Al-Qur'an bahwa pada hari penghisaban, tiap manusia<br />akan berpikir dan menyaksikan kebenaran atau kenyataan tersebut:<br />"Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah<br />manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia<br />mengatakan, "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal<br />saleh) untuk hidupku ini." (QS. Al-Fajr, 89:23-24)<br />Padahal Allah telah memberikan kita kesempatan hidup di dunia.<br />Berpikir atau merenung untuk kemudian mengambil kesimpulan atau<br />pelajaran-pelajaran dari apa yang kita renungkan untuk memahami kebenaran,<br />akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan di akhirat<br />kelak. Dengan alasan inilah, Allah mewajibkan seluruh manusia, melalui<br />para Nabi dan Kitab-kitab-Nya, untuk memikirkan dan merenungkan<br />penciptaan diri mereka sendiri dan jagad raya:<br />"Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?,<br />Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara<br />keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan.<br />Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar<br />akan pertemuan dengan Tuhannya." (QS. Ar-Ruum, 30: 8)Prama pool Experthttp://www.blogger.com/profile/15805485069520816284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3837895127426618903.post-64438078658487612432009-10-18T07:22:00.000-07:002009-10-18T07:28:41.697-07:00BERPIKIR MENDALAMBanyak yang beranggapan bahwa untuk "berpikir secara mendalam",<br />seseorang perlu memegang kepala dengan kedua telapak<br />tangannya, dan menyendiri di sebuah ruangan yang sunyi,<br />jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sungguh, mereka telah<br />menganggap "berpikir secara mendalam" sebagai sesuatu yang memberatkan<br />dan menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini<br />hanyalah untuk kalangan "filosof".<br />Padahal, sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan, Allah<br />mewajibkan manusia untuk berpikir secara mendalam atau merenung.<br />Allah berfirman bahwa Al-Qur'an diturunkan kepada manusia untuk dipikirkan<br />atau direnungkan: "Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan<br />kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan<br />(merenungkan) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orangorang<br />yang mempunyai pikiran" (QS. Shaad, 38: 29). Yang ditekankan di<br />sini adalah bahwa setiap orang hendaknya berusaha secara ikhlas sekuat<br />tenaga dalam meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikir.<br />Sebaliknya, orang-orang yang tidak mau berusaha untuk berpikir<br />mendalam akan terus-menerus hidup dalam kelalaian yang sangat. Kata<br />kelalaian mengandung arti "ketidakpedulian (tetapi bukan melupakan),<br />meninggalkan, dalam kekeliruan, tidak menghiraukan, dalam kecerobohan".<br />Kelalaian manusia yang tidak berpikir adalah akibat melupakan<br />atau secara sengaja tidak menghiraukan tujuan penciptaan diri mereka<br />serta kebenaran ajaran agama. Ini adalah jalan hidup yang sangat berbahaya<br />yang dapat menghantarkan seseorang ke neraka. Berkenaan dengan<br />hal tersebut, Allah memperingatkan manusia agar tidak termasuk dalam<br />golongan orang-orang yang lalai:<br />"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri<br />dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan<br />petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS. Al-<br />AÕraaf, 7: 205)<br />"Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika<br />segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak<br />(pula) beriman." (QS. Maryam, 19: 39)<br />Berpikir Mendalam 13<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />Dalam Al-Qur'an, Allah menyebutkan tentang mereka yang berpikir<br />secara sadar, kemudian merenung dan pada akhirnya sampai kepada kebenaran<br />yang menjadikan mereka takut kepada Allah. Sebaliknya, Allah<br />juga menyatakan bahwa orang-orang yang mengikuti para pendahulu<br />mereka secara taklid buta tanpa berpikir, ataupun hanya sekedar mengikuti<br />kebiasaan yang ada, berada dalam kekeliruan. Ketika ditanya, para<br />pengekor yang tidak mau berpikir tersebut akan menjawab bahwa mereka<br />adalah orang-orang yang menjalankan agama dan beriman kepada Allah.<br />Tetapi karena tidak berpikir, mereka sekedar melakukan ibadah dan<br />aktifitas hidup tanpa disertai rasa takut kepada Allah. Mentalitas golongan<br />ini sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur'an:<br />Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya,<br />jika kamu mengetahui?"<br />Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah<br />kamu tidak ingat?"<br />Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya<br />'Arsy yang besar?"<br />Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah<br />kamu tidak bertakwa?"<br />Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala<br />sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi<br />dari (adzab)-Nya, jika kamu mengetahui?"<br />Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian),<br />maka dari jalan manakah kamu ditipu (disihir)?"<br />"Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya<br />mereka benar-benar orang-orang yang berdusta." (QS. Al-<br />MuÕminuun, 23: 84-90)<br />Berpikir dapat membebaskan seseorang daribelenggu sihir<br />Dalam ayat di atas, Allah bertanya kepada manusia, "Émaka dari jalan<br />manakah kamu ditipu (disihir)?. Kata disihir atau tersihir di sini<br />mempunyai makna kelumpuhan mental atau akal yang menguasai manusia<br />secara menyeluruh. Akal yang tidak digunakan untuk berpikir be-<br />14<br />Berpikir Mendalam 15<br />rarti bahwa akal tersebut telah lumpuh, penglihatan menjadi kabur, berperilaku<br />sebagaimana seseorang yang tidak melihat kenyataan di depan<br />matanya, sarana yang dimiliki untuk membedakan yang benar dari yang<br />salah menjadi lemah. Ia tidak mampu memahami sebuah kebenaran yang<br />sederhana sekalipun. Ia tidak dapat membangkitkan kesadarannya untuk<br />memahami peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi di sekitarnya. Ia tidak<br />mampu melihat bagian-bagian rumit dari peristiwa-peristiwa yang<br />ada. Apa yang menyebabkan masyarakat secara keseluruhan tenggelam<br />dalam kehidupan yang melalaikan selama ribuan tahun serta menjauhkan<br />diri dari berpikir sehingga seolah-olah telah menjadi sebuah tradisi<br />adalah kelumpuhan akal ini.<br />Pengaruh sihir yang bersifat kolektif tersebut dapat dikiaskan sebagaimana<br />berikut:<br />Dibawah permukaan bumi terdapat sebuah lapisan mendidih yang<br />dinamakan magma, padahal kerak bumi sangatlah tipis. Tebal lapisan kerak<br />bumi dibandingkan keseluruhan bumi adalah sebagaimana tebal kulit<br />apel dibandingkan buah apel itu sendiri. Ini berarti bahwa magma<br />yang membara tersebut demikian dekatnya dengan kita, dibawah telapak<br />kaki kita!<br />Setiap orang mengetahui bahwa di bawah permukaan bumi ada lapisan<br />yang mendidih dengan suhu yang sangat panas, tetapi manusia tidak<br />terlalu memikirkannya. Hal ini dikarenakan para orang tua, sanak saudara,<br />kerabat, teman, tetangga, penulis artikel di koran yang mereka baca,<br />produser acara-acara TV dan professor mereka di universitas tidak juga<br />memikirkannya.<br />Ijinkanlah kami mengajak anda berpikir sebentar tentang masalah<br />ini. Anggaplah seseorang yang telah kehilangan ingatan berusaha untuk<br />mengenal sekelilingnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada<br />setiap orang di sekitarnya. Pertama-tama ia menanyakan tempat<br />dimana ia berada. Apakah kira-kira yang akan muncul di benaknya apabila<br />diberitahukan bahwa di bawah tempat dia berdiri terdapat sebuah<br />bola api mendidih yang dapat memancar dan berhamburan dari permukaan<br />bumi pada saat terjadi gempa yang hebat atau gunung meletus?<br />16 BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />Sebagaimana terlihat pada gambar di atas, di bawah<br />permukaan bumi terdapat sebuah lapisan magma. Akibat<br />pergerakan lapisan-lapisan di bagian permukaan, magma<br />mendorong kerak bumi ke arah permukaan<br />sehingga menyebabkan letusan vulkanik.<br />Lava yang memancar dari gunung<br />berapi Etna di Itali, yang meleturs<br />pada tahun 1992, terlihat<br />seperti "sungai api"<br />(bawah)<br />Mari kita berbicara lebih jauh dan anggaplah orang ini telah diberitahu<br />bahwa bumi tempat ia berada hanyalah sebuah planet kecil yang mengapung<br />dalam ruang yang sangat luas, gelap dan hampa yang disebut<br />ruang angkasa. Ruang angkasa ini memiliki<br />potensi bahaya yang lebih besar dibandingkan<br />materi bumi tersebut,<br />misalnya: meteor-meteor<br />dengan berat bertonton<br />yang bergerak dengan<br />leluasa di dalamnya. Bukan<br />tidak mungkin meteor-meteor<br />tersebut bergerak ke arah bumi dan kemudian menabraknya.<br />Mustahil orang ini mampu untuk tidak berpikir sedetikpun ketika<br />berada di tempat yang penuh dengan bahaya yang setiap saat mengancam<br />jiwanya. Ia pun akan berpikir pula bagaimana mungkin manusia<br />dapat hidup dalam sebuah planet yang sebenarnya senantiasa berada di<br />ujung tanduk, sangat rapuh dan membahayakan nyawanya. Ia lalu sadar<br />bahwa kondisi ini hanya terjadi karena adanya sebuah sistim yang sempurna<br />tanpa cacat sedikitpun. Kendatipun bumi, tempat ia tinggal, memiliki<br />bahaya yang luar biasa besarnya, namun padanya terdapat sistim<br />keseimbangan yang sangat akurat yang mampu mencegah bahaya tersebut<br />agar tidak menimpa manusia. Seseorang yang menyadari hal ini, memahami<br />bahwa bumi dan segala makhluk di atasnya dapat melangsungkan<br />kehidupan dengan selamat hanya dengan kehendak Allah, disebabkan<br />oleh adanya keseimbangan alam yang sempurna dan tanpa cacat<br />yang diciptakan-Nya.<br />Contoh di atas hanyalah satu diantara jutaan, atau bahkan trilyunan<br />contoh-contoh yang hendaknya direnungkan oleh manusia. Di bawah ini<br />satu lagi contoh yang mudah-mudahan membantu dalam memahami bagaimana<br />"kondisi lalai" dapat mempengaruhi sarana berpikir manusia<br />dan melumpuhkan kemampuan akalnya.<br />Manusia mengetahui bahwa kehidupan di dunia berlalu dan berakhir<br />sangat cepat. Anehnya, masih saja mereka bertingkah laku seolah-olah<br />mereka tidak akan pernah meninggalkan dunia. Mereka melakukan pekerjaan<br />seakan-akan di dunia tidak ada kematian. Sungguh, ini adalah sebuah<br />bentuk sihir atau mantra yang terwariskan secara turun-temurun.<br />Keadaan ini berpengaruh sedemikian besarnya sehingga ketika ada yang<br />berbicara tentang kematian, orang-orang dengan segera menghentikan<br />topik tersebut karena takut kehilangan sihir yang selama ini membelenggu<br />mereka dan tidak berani menghadapi kenyataan tersebut. Orang yang<br />mengabiskan seluruh hidupnya untuk membeli rumah yang bagus, penginapan<br />musim panas, mobil dan kemudian menyekolahkan anak-anak<br />mereka ke sekolah yang bagus, tidak ingin berpikir bahwa pada suatu hari<br />mereka akan mati dan tidak akan dapat membawa mobil, rumah, ata-<br />Berpikir Mendalam 17<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />upun anak-anak beserta mereka. Akibatnya, daripada melakukan sesuatu<br />untuk kehidupan yang hakiki setelah mati, mereka memilih untuk tidak<br />berpikir tentang kematian.<br />Namun, cepat atau lambat setiap manusia pasti akan menemui<br />ajalnya. Setelah itu, percaya atau tidak, setiap orang akan memulai sebuah<br />kehidupan yang kekal. Apakah kehidupannya yang abadi tersebut<br />berlangsung di surga atau di neraka, tergantung dari amal perbuatan selama<br />hidupnya yang singkat di dunia. Karena hal ini adalah sebuah kebenaran<br />yang pasti akan terjadi, maka satu-satunya alasan mengapa manusia<br />bertingkah laku seolah-olah mati itu tidak ada adalah sihir yang telah<br />menutup atau membelenggu mereka akibat tidak berpikir dan merenung.<br />Orang-orang yang tidak dapat membebaskan diri mereka dari sihir<br />dengan cara berpikir, yang mengakibatkan mereka berada dalam kelalaian,<br />akan melihat kebenaran dengan mata kepala mereka sendiri setelah<br />mereka mati, sebagaimana yang diberitakan Allah kepada kita dalam Al-<br />Qur'an :<br />"Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami<br />singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu<br />pada hari itu amat tajam." (QS. Qaaf, 50: 22)<br />Dalam ayat di atas penglihatan seseorang menjadi kabur akibat tidak<br />mau berpikir, akan tetapi penglihatannya menjadi tajam setelah ia dibangkitkan<br />dari alam kubur dan ketika mempertanggung jawabkan segala<br />amal perbuatannya di akhirat.<br />Perlu digaris bawahi bahwa manusia mungkin saja membiarkan dirinya<br />secara sengaja untuk dibelenggu oleh sihir tersebut. Mereka beranggapan<br />bahwa dengan melakukan hal ini mereka akan hidup dengan tentram.<br />Syukurlah bahwa ternyata sangat mudah bagi seseorang untuk merubah<br />kondisi yang demikian serta melenyapkan kelumpuhan mental<br />atau akalnya, sehingga ia dapat hidup dalam kesadaran untuk mengetahui<br />kenyataan. Allah telah memberikan jalan keluar kepada manusia; manusia<br />yang merenung dan berpikir akan mampu melepaskan diri dari belenggu<br />sihir pada saat mereka masih di dunia. Selanjutnya, ia akan me-<br />18<br />mahami tujuan dan makna yang hakiki dari segala peristiwa yang ada. Ia<br />pun akan mampu memahami kebijaksanaan dari apapun yang Allah ciptakan<br />setiap saat.<br />Seseorang dapat berpikir kapanpun dan dimanapun<br />Berpikir tidaklah memerlukan waktu, tempat ataupun kondisi khusus.<br />Seseorang dapat berpikir sambil berjalan di jalan raya, ketika pergi ke<br />kantor, mengemudi mobil, bekerja di depan komputer, menghadiri pertemuan<br />dengan rekan-rekan, melihat TV ataupun ketika sedang makan siang.<br />Misalnya: di saat sedang mengemudi mobil, seseorang melihat ratusan<br />orang berada di luar. Ketika menyaksikan mereka, ia terdorong untuk<br />berpikir tentang berbagai macam hal. Dalam benaknya tergambar penampilan<br />fisik dari ratusan orang yang sedang disaksikannya yang sama<br />sekali berbeda satu sama lain. Tak satupun diantara mereka yang mirip<br />dengan yang lain. Sungguh menakjubkan: kendatipun orang-orang ini<br />memiliki anggota tubuh yang sama, misalnya sama-sama mempunyai<br />mata, alis, bulu mata, tangan, lengan, kaki, mulut dan hidung; tetapi mereka<br />terlihat sangat berbeda satu sama lain. Ketika berpikir sedikit mendalam,<br />ia akan teringat bahwa:<br />Allah telah menciptakan bilyunan manusia selama ribuan tahun, semuanya<br />berbeda satu dengan yang lain. Ini adalah bukti nyata tentang ke<br />Maha Perkasaan dan ke Maha Besaran Allah.<br />Menyaksikan manusia yang sedang lalu lalang dan bergegas menuju<br />tempat tujuan mereka masing-masing, dapat memunculkan beragam<br />pikiran di benak seseorang. Ketika pertama kali memandang, muncul di<br />pikirannya: manusia yang jumlahnya banyak ini terdiri atas individu-individu<br />yang khas dan unik. Tiap individu memiliki dunia, keinginan,<br />rencana, cara hidup, hal-hal yang membuatnya bahagia atau sedih, serta<br />perasaannya sendiri. Secara umum, setiap manusia dilahirkan, tumbuh<br />besar dan dewasa, mendapatkan pendidikan, mencari pekerjaan, bekerja,<br />menikah, mempunyai anak, menyekolahkan dan menikahkan anak-<br />Berpikir Mendalam 19<br />20 BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />Kerumunan manusia ini mengajak manusia untuk merenungkan ciptaan Allah yang<br />agung. Sejak dunia ini ada, Allah telah menciptakan milyaran wajah manusia yang<br />berbeda satu sama lain.<br />anaknya, menjadi tua, menjadi nenek atau kakek dan pada akhirnya meninggal<br />dunia. Dilihat dari sudut pandang ini, ternyata perjalanan hidup<br />semua manusia tidaklah jauh berbeda; tidak terlalu penting apakah ia hidup<br />di perkampungan di kota Istanbul atau di kota besar seperti Mexico,<br />tidak ada bedanya sedikitpun. Semua orang suatu saat pasti akan mati,<br />seratus tahun lagi mungkin tak satupun dari orang-orang tersebut<br />yang akan masih hidup. Menyadari kenyataan ini, seseorang akan berpikir<br />dan bertanya kepada dirinya sendiri: "Jika kita semua suatu hari akan<br />mati, lalu apakah gerangan yang menyebabkan manusia bertingkah laku<br />seakan-akan mereka tak akan pernah meninggalkan dunia ini? Seseorang<br />yang akan mati sudah sepatutnya beramal secara sungguh-sungguh<br />untuk kehidupannya setelah mati; tetapi mengapa hampir semua<br />manusia berkelakuan seolah-olah hidup mereka di dunia tak akan pernah<br />berakhir?"<br />Orang yang memikirkan halhal semacam ini lah yang dinamakan<br />orang yang berpikir dan mencapai kesimpulan yang sangat bermakna<br />dari apa yang ia pikirkan. Sebagian besar manusia tidak berpikir tentang masalah kematian dan apa yang terjadi setelahnya. Ketika mendadak ditanya,"Apakah<br />yang sedang anda pikirkan saat ini?", maka akan terlihat bahwa mereka<br />sedang memikirkan segala sesuatu yang sebenarnya tidak perlu untuk dipikirkan, sehingga tidak akan banyak manfaatnya bagi mereka.<br />Namun, seseorang bisa juga "berpikir" hal-hal yang "bermakna",<br />"penuh hikmah" dan "penting" setiap<br />saat semenjak bangun tidur hingga<br />kembali ke tempat tidur, dan Berpikir Mendalam 21 "Tiap-tiap yang berjiwa<br />akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan<br />dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga makasungguh ia telah beruntung.<br />Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan."<br />(QS. Aali ÔImraan,3:185)<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />mengambil pelajaran ataupun kesimpulan dari apa yang dipikirkannya.<br />Dalam Al-Qur'an, Allah menyatakan bahwa orang-orang yang beriman<br />memikirkan dan merenungkan secara mendalam segala kejadian<br />yang ada dan mengambil pelajaran yang berguna dari apa yang mereka<br />pikirkan.<br />"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya<br />malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,<br />(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau<br />dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit<br />dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan<br />ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari<br />siksa neraka." (QS. Aali ÔImraan, 3: 190-191).<br />Ayat di atas menyatakan bahwa oleh karena orang-orang yang beriman<br />adalah mereka yang berpikir, maka mereka mampu melihat hal-hal<br />yang menakjubkan dari ciptaan Allah dan mengagungkan Kebesaran, Ilmu<br />serta Kebijaksanaan Allah.<br />Berpikir dengan ikhlas sambil menghadapkan<br />diri kepada Allah<br />Agar sebuah perenungan menghasilkan manfaat dan seterusnya<br />menghantarkan kepada sebuah kesimpulan yang benar, maka seseorang<br />harus berpikir positif. Misalnya: seseorang melihat orang lain dengan penampilan<br />fisik yang lebih baik dari dirinya. Ia lalu merasa dirinya rendah<br />karena kekurangan yang ada pada fisiknya dibandingkan dengan orang<br />tersebut yang tampak lebih rupawan. Atau ia merasa iri terhadap orang<br />tersebut. Ini adalah pikiran yang tidak dikehendaki Allah. Jika ridha Allah<br />yang dicari, maka seharusnya ia menganggap bagusnya bentuk rupa<br />orang yang ia lihat sebagai wujud dari ciptaan Allah yang sempurna.<br />Dengan melihat orang yang rupawan sebagai sebuah keindahan yang Allah<br />ciptakan akan memberikannya kepuasan. Ia berdoa kepada Allah<br />agar menambah keindahan orang tersebut di akhirat. Sedang untuk dirinya<br />sendiri, ia juga meminta kepada Allah agar dikaruniai keindahan yang<br />hakiki dan abadi di akhirat kelak. Hal serupa seringkali dialami oleh seorang<br />hamba yang sedang diuji oleh Allah untuk mengetahui apakah da-<br />22<br />lam ujian tersebut ia menunjukkan perilaku serta pola pikir yang baik<br />yang diridhai Allah atau sebaliknya.<br />Keberhasilan dalam menempuh ujian tersebut, yakni dalam melakukan<br />perenungan ataupun proses berpikir yang mendatangkan kebahagiaan<br />di akhirat, masih ditentukan oleh kemauannya dalam mengambil pelajaran<br />atau peringatan dari apa yang ia renungkan. Karena itu, sangatlah<br />ditekankan disini bahwa seseorang hendaknya selalu berpikir secara ikhlas<br />sambil menghadapkan diri kepada Allah. Allah berfirman dalam Al-<br />Qur'an :<br />"Dia lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya<br />dan menurunkan untukmu rezki dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran<br />kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah)." (QS. Ghaafir,<br />40: 13).Prama pool Experthttp://www.blogger.com/profile/15805485069520816284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3837895127426618903.post-8124365409486801712009-10-18T07:17:00.000-07:002009-10-18T07:21:54.343-07:00BERPIKIR MENDALAMbanyak yang beranggapan bahwa untuk "berpikir secara mendalam",<br />seseorang perlu memegang kepala dengan kedua telapak<br />tangannya, dan menyendiri di sebuah ruangan yang sunyi,<br />jauh dari keramaian dan segala urusan yang ada. Sungguh, mereka telah<br />menganggap "berpikir secara mendalam" sebagai sesuatu yang memberatkan<br />dan menyusahkan. Mereka berkesimpulan bahwa pekerjaan ini<br />hanyalah untuk kalangan "filosof".<br />Padahal, sebagaimana telah disebutkan dalam pendahuluan, Allah<br />mewajibkan manusia untuk berpikir secara mendalam atau merenung.<br />Allah berfirman bahwa Al-Qur'an diturunkan kepada manusia untuk dipikirkan<br />atau direnungkan: "Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan<br />kepadamu, penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan<br />(merenungkan) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orangorang<br />yang mempunyai pikiran" (QS. Shaad, 38: 29). Yang ditekankan di<br />sini adalah bahwa setiap orang hendaknya berusaha secara ikhlas sekuat<br />tenaga dalam meningkatkan kemampuan dan kedalaman berpikir.<br />Sebaliknya, orang-orang yang tidak mau berusaha untuk berpikir<br />mendalam akan terus-menerus hidup dalam kelalaian yang sangat. Kata<br />kelalaian mengandung arti "ketidakpedulian (tetapi bukan melupakan),<br />meninggalkan, dalam kekeliruan, tidak menghiraukan, dalam kecerobohan".<br />Kelalaian manusia yang tidak berpikir adalah akibat melupakan<br />atau secara sengaja tidak menghiraukan tujuan penciptaan diri mereka<br />serta kebenaran ajaran agama. Ini adalah jalan hidup yang sangat berbahaya<br />yang dapat menghantarkan seseorang ke neraka. Berkenaan dengan<br />hal tersebut, Allah memperingatkan manusia agar tidak termasuk dalam<br />golongan orang-orang yang lalai:<br />"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri<br />dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan<br />petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS. Al-<br />AÕraaf, 7: 205)<br />"Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika<br />segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak<br />(pula) beriman." (QS. Maryam, 19: 39)<br />Berpikir Mendalam 13<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />Dalam Al-Qur'an, Allah menyebutkan tentang mereka yang berpikir<br />secara sadar, kemudian merenung dan pada akhirnya sampai kepada kebenaran<br />yang menjadikan mereka takut kepada Allah. Sebaliknya, Allah<br />juga menyatakan bahwa orang-orang yang mengikuti para pendahulu<br />mereka secara taklid buta tanpa berpikir, ataupun hanya sekedar mengikuti<br />kebiasaan yang ada, berada dalam kekeliruan. Ketika ditanya, para<br />pengekor yang tidak mau berpikir tersebut akan menjawab bahwa mereka<br />adalah orang-orang yang menjalankan agama dan beriman kepada Allah.<br />Tetapi karena tidak berpikir, mereka sekedar melakukan ibadah dan<br />aktifitas hidup tanpa disertai rasa takut kepada Allah. Mentalitas golongan<br />ini sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur'an:<br />Katakanlah: "Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya,<br />jika kamu mengetahui?"<br />Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah<br />kamu tidak ingat?"<br />Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya<br />'Arsy yang besar?"<br />Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah<br />kamu tidak bertakwa?"<br />Katakanlah: "Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala<br />sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi<br />dari (adzab)-Nya, jika kamu mengetahui?"<br />Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "(Kalau demikian),<br />maka dari jalan manakah kamu ditipu (disihir)?"<br />"Sebenarnya Kami telah membawa kebenaran kepada mereka, dan sesungguhnya<br />mereka benar-benar orang-orang yang berdusta." (QS. Al-<br />MuÕminuun, 23: 84-90)<br />Berpikir dapat membebaskan seseorang daribelenggu sihir<br />Dalam ayat di atas, Allah bertanya kepada manusia, "Émaka dari jalan<br />manakah kamu ditipu (disihir)?. Kata disihir atau tersihir di sini<br />mempunyai makna kelumpuhan mental atau akal yang menguasai manusia<br />secara menyeluruh. Akal yang tidak digunakan untuk berpikir <br />Berarti bahwa akal tersebut telah lumpuh, penglihatan menjadi kabur, berperilaku<br />sebagaimana seseorang yang tidak melihat kenyataan di depan<br />matanya, sarana yang dimiliki untuk membedakan yang benar dari yang<br />salah menjadi lemah. Ia tidak mampu memahami sebuah kebenaran yang<br />sederhana sekalipun. Ia tidak dapat membangkitkan kesadarannya untuk<br />memahami peristiwa-peristiwa luar biasa yang terjadi di sekitarnya. Ia tidak<br />mampu melihat bagian-bagian rumit dari peristiwa-peristiwa yang<br />ada. Apa yang menyebabkan masyarakat secara keseluruhan tenggelam<br />dalam kehidupan yang melalaikan selama ribuan tahun serta menjauhkan<br />diri dari berpikir sehingga seolah-olah telah menjadi sebuah tradisi<br />adalah kelumpuhan akal ini.<br />Pengaruh sihir yang bersifat kolektif tersebut dapat dikiaskan sebagaimana<br />berikut:<br />Dibawah permukaan bumi terdapat sebuah lapisan mendidih yang<br />dinamakan magma, padahal kerak bumi sangatlah tipis. Tebal lapisan kerak<br />bumi dibandingkan keseluruhan bumi adalah sebagaimana tebal kulit<br />apel dibandingkan buah apel itu sendiri. Ini berarti bahwa magma<br />yang membara tersebut demikian dekatnya dengan kita, dibawah telapak<br />kaki kita!<br />Setiap orang mengetahui bahwa di bawah permukaan bumi ada lapisan<br />yang mendidih dengan suhu yang sangat panas, tetapi manusia tidak<br />terlalu memikirkannya. Hal ini dikarenakan para orang tua, sanak saudara,<br />kerabat, teman, tetangga, penulis artikel di koran yang mereka baca,<br />produser acara-acara TV dan professor mereka di universitas tidak juga<br />memikirkannya.<br />Ijinkanlah kami mengajak anda berpikir sebentar tentang masalah<br />ini. Anggaplah seseorang yang telah kehilangan ingatan berusaha untuk<br />mengenal sekelilingnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada<br />setiap orang di sekitarnya. Pertama-tama ia menanyakan tempat<br />dimana ia berada. Apakah kira-kira yang akan muncul di benaknya apabila<br />diberitahukan bahwa di bawah tempat dia berdiri terdapat sebuah<br />bola api mendidih yang dapat memancar dan berhamburan dari permukaan<br />bumi pada saat terjadi gempa yang hebat atau gunung meletus?<br />16 BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />Sebagaimana terlihat pada gambar di atas, di bawah<br />permukaan bumi terdapat sebuah lapisan magma. Akibat<br />pergerakan lapisan-lapisan di bagian permukaan, magma<br />mendorong kerak bumi ke arah permukaan<br />sehingga menyebabkan letusan vulkanik.<br />Lava yang memancar dari gunung<br />berapi Etna di Itali, yang meleturs<br />pada tahun 1992, terlihat<br />seperti "sungai api" Mari kita berbicara lebih jauh dan anggaplah orang ini telah diberitahu bahwa bumi tempat ia berada hanyalah sebuah planet kecil yang mengapung<br />dalam ruang yang sangat luas, gelap dan hampa yang disebut<br />ruang angkasa. Ruang angkasa ini memiliki<br />potensi bahaya yang lebih besar dibandingkan<br />materi bumi tersebut, misalnya: meteor-meteor<br />dengan berat bertonton yang bergerak dengan leluasa di dalamnya. <br />Bukantidak mungkin meteor-meteor tersebut bergerak ke arah bumi dan kemudian menabraknya. Mustahil orang ini mampu untuk tidak berpikir sedetikpun ketika<br />berada di tempat yang penuh dengan bahaya yang setiap saat mengancam<br />jiwanya. Ia pun akan berpikir pula bagaimana mungkin manusia<br />dapat hidup dalam sebuah planet yang sebenarnya senantiasa berada di<br />ujung tanduk, sangat rapuh dan membahayakan nyawanya. Ia lalu sadar<br />bahwa kondisi ini hanya terjadi karena adanya sebuah sistim yang sempurna<br />tanpa cacat sedikitpun. Kendatipun bumi, tempat ia tinggal, memiliki<br />bahaya yang luar biasa besarnya, namun padanya terdapat sistim<br />keseimbangan yang sangat akurat yang mampu mencegah bahaya tersebut<br />agar tidak menimpa manusia. Seseorang yang menyadari hal ini, memahami<br />bahwa bumi dan segala makhluk di atasnya dapat melangsungkan<br />kehidupan dengan selamat hanya dengan kehendak Allah, disebabkan<br />oleh adanya keseimbangan alam yang sempurna dan tanpa cacat<br />yang diciptakan-Nya.<br /><br />Contoh di atas hanyalah satu diantara jutaan, atau bahkan trilyunan<br />contoh-contoh yang hendaknya direnungkan oleh manusia. Di bawah ini<br />satu lagi contoh yang mudah-mudahan membantu dalam memahami bagaimana<br />"kondisi lalai" dapat mempengaruhi sarana berpikir manusia<br />dan melumpuhkan kemampuan akalnya.<br />Manusia mengetahui bahwa kehidupan di dunia berlalu dan berakhir<br />sangat cepat. Anehnya, masih saja mereka bertingkah laku seolah-olah<br />mereka tidak akan pernah meninggalkan dunia. Mereka melakukan pekerjaan<br />seakan-akan di dunia tidak ada kematian. Sungguh, ini adalah sebuah<br />bentuk sihir atau mantra yang terwariskan secara turun-temurun.<br />Keadaan ini berpengaruh sedemikian besarnya sehingga ketika ada yang<br />berbicara tentang kematian, orang-orang dengan segera menghentikan<br />topik tersebut karena takut kehilangan sihir yang selama ini membelenggu<br />mereka dan tidak berani menghadapi kenyataan tersebut. Orang yang<br />mengabiskan seluruh hidupnya untuk membeli rumah yang bagus, penginapan<br />musim panas, mobil dan kemudian menyekolahkan anak-anak<br />mereka ke sekolah yang bagus, tidak ingin berpikir bahwa pada suatu hari<br />mereka akan mati dan tidak akan dapat membawa mobil, rumah, ata-<br /><br /><span style="font-weight:bold;">BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?</span><br /><br />upun anak-anak beserta mereka. Akibatnya, daripada melakukan sesuatu<br />untuk kehidupan yang hakiki setelah mati, mereka memilih untuk tidak<br />berpikir tentang kematian.<br />Namun, cepat atau lambat setiap manusia pasti akan menemui<br />ajalnya. Setelah itu, percaya atau tidak, setiap orang akan memulai sebuah<br />kehidupan yang kekal. Apakah kehidupannya yang abadi tersebut<br />berlangsung di surga atau di neraka, tergantung dari amal perbuatan selama<br />hidupnya yang singkat di dunia. Karena hal ini adalah sebuah kebenaran<br />yang pasti akan terjadi, maka satu-satunya alasan mengapa manusia<br />bertingkah laku seolah-olah mati itu tidak ada adalah sihir yang telah<br />menutup atau membelenggu mereka akibat tidak berpikir dan merenung.<br />Orang-orang yang tidak dapat membebaskan diri mereka dari sihir<br />dengan cara berpikir, yang mengakibatkan mereka berada dalam kelalaian,<br />akan melihat kebenaran dengan mata kepala mereka sendiri setelah<br />mereka mati, sebagaimana yang diberitakan Allah kepada kita dalam Al-<br />Qur'an :<br />"Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami<br />singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu<br />pada hari itu amat tajam." (QS. Qaaf, 50: 22)<br />Dalam ayat di atas penglihatan seseorang menjadi kabur akibat tidak<br />mau berpikir, akan tetapi penglihatannya menjadi tajam setelah ia dibangkitkan<br />dari alam kubur dan ketika mempertanggung jawabkan segala<br />amal perbuatannya di akhirat.<br />Perlu digaris bawahi bahwa manusia mungkin saja membiarkan dirinya<br />secara sengaja untuk dibelenggu oleh sihir tersebut. Mereka beranggapan<br />bahwa dengan melakukan hal ini mereka akan hidup dengan tentram.<br />Syukurlah bahwa ternyata sangat mudah bagi seseorang untuk merubah<br />kondisi yang demikian serta melenyapkan kelumpuhan mental<br />atau akalnya, sehingga ia dapat hidup dalam kesadaran untuk mengetahui<br />kenyataan. Allah telah memberikan jalan keluar kepada manusia; manusia<br />yang merenung dan berpikir akan mampu melepaskan diri dari belenggu<br />sihir pada saat mereka masih di dunia. Selanjutnya, ia akan memahami tujuan dan makna yang hakiki dari segala peristiwa yang ada. Ia<br />pun akan mampu memahami kebijaksanaan dari apapun yang Allah ciptakan<br />setiap saat.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Seseorang dapat berpikir kapanpun dan dimanapun</span><br /><br />Berpikir tidaklah memerlukan waktu, tempat ataupun kondisi khusus.<br />Seseorang dapat berpikir sambil berjalan di jalan raya, ketika pergi ke<br />kantor, mengemudi mobil, bekerja di depan komputer, menghadiri pertemuan<br />dengan rekan-rekan, melihat TV ataupun ketika sedang makan siang.<br />Misalnya: di saat sedang mengemudi mobil, seseorang melihat ratusan<br />orang berada di luar. Ketika menyaksikan mereka, ia terdorong untuk<br />berpikir tentang berbagai macam hal. Dalam benaknya tergambar penampilan<br />fisik dari ratusan orang yang sedang disaksikannya yang sama<br />sekali berbeda satu sama lain. Tak satupun diantara mereka yang mirip<br />dengan yang lain. Sungguh menakjubkan: kendatipun orang-orang ini<br />memiliki anggota tubuh yang sama, misalnya sama-sama mempunyai<br />mata, alis, bulu mata, tangan, lengan, kaki, mulut dan hidung; tetapi mereka<br />terlihat sangat berbeda satu sama lain. Ketika berpikir sedikit mendalam,<br />ia akan teringat bahwa:<br />Allah telah menciptakan bilyunan manusia selama ribuan tahun, semuanya<br />berbeda satu dengan yang lain. Ini adalah bukti nyata tentang ke<br />Maha Perkasaan dan ke Maha Besaran Allah.<br />Menyaksikan manusia yang sedang lalu lalang dan bergegas menuju<br />tempat tujuan mereka masing-masing, dapat memunculkan beragam<br />pikiran di benak seseorang. Ketika pertama kali memandang, muncul di<br />pikirannya: manusia yang jumlahnya banyak ini terdiri atas individu-individu<br />yang khas dan unik. Tiap individu memiliki dunia, keinginan,<br />rencana, cara hidup, hal-hal yang membuatnya bahagia atau sedih, serta<br />perasaannya sendiri. Secara umum, setiap manusia dilahirkan, tumbuh<br />besar dan dewasa, mendapatkan pendidikan, mencari pekerjaan, bekerja,<br />menikah, mempunyai anak, menyekolahkan dan menikahkan anak<br /><br />Kerumunan manusia ini mengajak manusia untuk merenungkan ciptaan Allah yang<br />agung. Sejak dunia ini ada, Allah telah menciptakan milyaran wajah manusia yang<br />berbeda satu sama lain.<br /><br />anaknya, menjadi tua, menjadi nenek atau kakek dan pada akhirnya meninggal<br />dunia. Dilihat dari sudut pandang ini, ternyata perjalanan hidup<br />semua manusia tidaklah jauh berbeda; tidak terlalu penting apakah ia hidup<br />di perkampungan di kota Istanbul atau di kota besar seperti Mexico,<br />tidak ada bedanya sedikitpun. Semua orang suatu saat pasti akan mati,<br />seratus tahun lagi mungkin tak satupun dari orang-orang tersebut<br />yang akan masih hidup. Menyadari kenyataan ini, seseorang akan berpikir<br />dan bertanya kepada dirinya sendiri: "Jika kita semua suatu hari akan<br />mati, lalu apakah gerangan yang menyebabkan manusia bertingkah laku<br />seakan-akan mereka tak akan pernah meninggalkan dunia ini? Seseorang<br />yang akan mati sudah sepatutnya beramal secara sungguh-sungguh<br />untuk kehidupannya setelah mati; tetapi mengapa hampir semua<br />manusia berkelakuan seolah-olah hidup mereka di dunia tak akan pernah<br />berakhir?"<br />Orang yang memikirkan halhalsemacam ini lah yang dinamakan<br />orang yang berpikir dan mencapai kesimpulan yang sangat bermakna<br />dari apa yang ia pikirkan. Sebagian besar manusia tidak<br />berpikir tentang masalah kematian dan apa yang terjadi setelahnya. Ketika<br />mendadak ditanya,"Apakah yang sedang anda pikirkan saat<br />ini?", maka akan terlihat bahwa mereka<br />sedang memikirkan segala sesuatu yang sebenarnya tidak perlu<br />untuk dipikirkan, sehingga tidak akan banyak manfaatnya bagi mereka.<br />Namun, seseorang bisa juga "berpikir" hal-hal yang "bermakna",<br />"penuh hikmah" dan "penting" setiap saat semenjak bangun tidur hingga<br />kembali ke tempat tidur, dan Berpikir Mendalam 21<br />"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya<br />pada hari kiamat sajalah disempurnakan<br />pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke<br />dalam surga maka sungguh ia telah beruntung.<br /><br />Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah<br />kesenangan yang memperdayakan."<br />(QS. Aali ÔImraan,3:185) <br /><br />mengambil pelajaran ataupun kesimpulan dari apa yang dipikirkannya.<br />Dalam Al-Qur'an, Allah menyatakan bahwa orang-orang yang beriman<br />memikirkan dan merenungkan secara mendalam segala kejadian<br />yang ada dan mengambil pelajaran yang berguna dari apa yang mereka<br />pikirkan.<br />"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya<br />malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,<br />(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau<br />dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit<br />dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan<br />ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari<br />siksa neraka." (QS. Aali ÔImraan, 3: 190-191).<br />Ayat di atas menyatakan bahwa oleh karena orang-orang yang beriman<br />adalah mereka yang berpikir, maka mereka mampu melihat hal-hal<br />yang menakjubkan dari ciptaan Allah dan mengagungkan Kebesaran, Ilmu<br />serta Kebijaksanaan Allah.<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Berpikir dengan ikhlas sambil menghadapkan<br />diri kepada Alla</span>h<br /><br />Agar sebuah perenungan menghasilkan manfaat dan seterusnya<br />menghantarkan kepada sebuah kesimpulan yang benar, maka seseorang<br />harus berpikir positif. Misalnya: seseorang melihat orang lain dengan penampilan<br />fisik yang lebih baik dari dirinya. Ia lalu merasa dirinya rendah<br />karena kekurangan yang ada pada fisiknya dibandingkan dengan orang<br />tersebut yang tampak lebih rupawan. Atau ia merasa iri terhadap orang<br />tersebut. Ini adalah pikiran yang tidak dikehendaki Allah. Jika ridha Allah<br />yang dicari, maka seharusnya ia menganggap bagusnya bentuk rupa<br />orang yang ia lihat sebagai wujud dari ciptaan Allah yang sempurna.<br />Dengan melihat orang yang rupawan sebagai sebuah keindahan yang Allah<br />ciptakan akan memberikannya kepuasan. Ia berdoa kepada Allah<br />agar menambah keindahan orang tersebut di akhirat. Sedang untuk dirinya<br />sendiri, ia juga meminta kepada Allah agar dikaruniai keindahan yang<br />hakiki dan abadi di akhirat kelak. Hal serupa seringkali dialami oleh seorang<br />hamba yang sedang diuji oleh Allah untuk mengetahui apakahlam ujian tersebut ia menunjukkan perilaku serta pola pikir yang baik<br />yang diridhai Allah atau sebaliknya.<br /><br />Keberhasilan dalam menempuh ujian tersebut, yakni dalam melakukan<br />perenungan ataupun proses berpikir yang mendatangkan kebahagiaan<br />di akhirat, masih ditentukan oleh kemauannya dalam mengambil pelajaran<br />atau peringatan dari apa yang ia renungkan. Karena itu, sangatlah<br />ditekankan disini bahwa seseorang hendaknya selalu berpikir secara ikhlas<br />sambil menghadapkan diri kepada Allah. Allah berfirman dalam Al-Qur'an :<br /><br />"Dia lah yang memperlihatkan kepadamu tanda-tanda (kekuasaan)-Nya<br />dan menurunkan untukmu rezki dari langit. Dan tiadalah mendapat pelajaran<br />kecuali orang-orang yang kembali (kepada Allah)." (QS. Ghaafir,<br />40: 13).Prama pool Experthttp://www.blogger.com/profile/15805485069520816284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3837895127426618903.post-12777891689327698612009-10-18T07:14:00.000-07:002009-10-18T07:15:43.220-07:00TENTANG APAKAH BIASANYA MANUSIA BERFIKIRDalam bab terdahulu telah disebutkan bahwa kebanyakan manusia<br />tidak berpikir sebagaimana seharusnya mereka berpikir<br />dan tidak mengembangkan sarana dan potensi berpikir mereka.<br />Namun ada satu hal lagi yang penting untuk dijelaskan di sini. Tidak<br />dapat dipungkiri bahwa hal-hal tertentu selalu terlintas dalam benak manusia<br />setiap saat sepanjang hidupnya. Hampir tidak ada masa, kecuali ketika<br />tidur, dimana pikiran manusia benar-benar kosong. Sayangnya, sebagian<br />besar dari pikiran-pikiran ini tidak berguna, "sia-sia" dan "tidak perlu",<br />sehingga tidak akan bermanfaat di akherat kelak, tidak menuntun ke<br />arah yang benar dan tidak mendatangkan kebaikan kepadanya.<br />Andaikata seseorang berusaha untuk mengingat apa-apa yang telah<br />dipikirkannya pada suatu hari, lalu mencatat dan memeriksanya dengan<br />seksama di penghujung hari tersebut, ia akan melihat betapa sia-sianya<br />kebanyakan dari apa yang telah ia pikirkan. Andaikata ia menemukan sebagian<br />dari padanya bermanfaat, maka boleh jadi ia tertipu. Sebab secara<br />keseluruhan, pikiran-pikiran yang menurutnya benar adakalanya<br />ternyata tidak akan mendatangkan keuntungan sedikitpun di akhirat.<br />Seperti halnya membuang waktu dengan melakukan pekerjaan<br />yang sia-sia dalam kehidupan sehari-hari, manusia adakalanya pula<br />menghabiskan waktunya secara sia-sia dengan terbawa oleh pikiran-pikiran<br />yang tidak bermanfaat. Dalam ayat: "Sesungguhnya beruntunglah<br />orang-orang yang berimanÉyaituÉ(dan) orang-orang yang menjauhkan<br />diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna" (QS. Al-Mukminun,<br />23 :1&3) Allah mengajak manusia agar bersungguh-sungguh dalam<br />masalah ini. Sudah pasti bahwa perintah Allah di ayat tersebut juga berlaku<br />dalam hal berpikir. Sebab pikiran-pikiran yang tidak terkendali akan<br />terus-menerus mengalir dalam benak seseorang. Seseorang dengan sadar<br />mengalihkan pikirannya dari satu hal ke hal lain. Ketika sedang dalam<br />perjalanan pulang ke rumah, seseorang memikirkan rencana untuk berbelanja.<br />Mendadak kemudian ia berpikir tentang hal lain, yakni apa-apa<br />yang pernah dikatakan temannya satu atau dua tahun yang lalu. Pikiran<br />yang tidak terkontrol dan tidak berguna ini dapat berlangsung terus-menerus<br />sepanjang hari. Padahal, yang kuasa mengontrol pikiran-pikiran<br />tersebut adalah dirinya sendiri. Setiap orang memiliki kemampuan un-<br />Tentang Apakah Manusia Biasanya Berpikir? 25<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />tuk memikirkan sesuatu yang dapat memperbaiki keadaan dirinya; meningkatkan<br />keimanan, kemampuan berpikir, perilaku; serta memperbaiki<br />keadaan sekelilingnya.<br />Dalam bab ini akan diuraikan beberapa hal yang pada umumnya<br />cenderung dipikirkan oleh mereka yang berada dalam kelalaian. Alasan<br />mengapa masalah tersebut dijelaskan secara panjang lebar adalah agar<br />orang-orang yang lalai, dan yang membaca buku ini, segera menyadari<br />bahwa ketika di kemudian hari peristiwa yang sebagaimana disebutkan<br />di buku ini terlintas dalam benak mereka ketika dalam perjalanan ke tempat<br />kerja atau ke sekolah; atau ketika sedang melakukan pekerjaan yang<br />rutin, mereka tidak lagi berpikir tentang hal-hal yang sia-sia. Sebaliknya<br />mereka akan mampu mengendalikan pikiran-pikiran mereka dan berpikir<br />segala sesuatu yang benar-benar berguna bagi diri mereka.<br />Khayalan yang tidak bermanfaat.<br />Ketidakmampuan dalam mengendalikan pikiran ke arah yang baik<br />akan mengakibatkan seseorang seringkali merasa khawatir atau mengalami<br />peristiwa-peristiwa yang sebenarnya belum terjadi seolah-olah telah<br />terjadi dalam benaknya, dan terseret dalam kesedihan, kekhawatiran dan<br />ketakutan.<br />Misalnya, orang tua yang mempunyai anak yang tengah belajar untuk<br />menghadapi ujian kadangkala membuat sebuah skenario sebelum<br />ujian tersebut berlangsung dalam benaknya: "Apa yang akan terjadi jika<br />anaknya tidak lulus ujian? Jika anak laki-lakinya tidak memperoleh pekerjaan<br />yang layak di masa depan, mendapatkan penghasilan yang cukup,<br />maka ia tidak dapat menikah. Kalaulah ia menikah, bagaimana ia<br />dapat membiayai pernikahannya? Jika ia tidak lulus ujian, semua uang<br />yang dikeluarkan untuk persiapan ujian tersebut akan terbuang percuma.<br />Tambahan lagi, ia akan terhina di mata orang-orang. Apalagi jika anak laki-<br />laki teman dekatnya ternyata lulus sedang anaknya sendiri gagalÉ"<br />Khayalan-khayalan tersebut terus berkembang, padahal anaknya belum<br />melaksanakan ujian. Seseorang yang jauh dari agama akan mudah<br />terbawa oleh khayalan sia-sia yang serupa sepanjang hidupnya. Hal ini<br />tentu ada sebabnya. Al-Qur'an menyebutkan bahwa yang menyebabkan<br />manusia terbelenggu oleh khayalan atau angan-angan kosong adalah di-<br />26<br />karenakan mereka membiarkan telinga mereka dibisiki oleh syaitan:<br />"Dan aku (syaitan) benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan<br />angan-angan kosong pada mereka ..." (QS. An-NisaaÕ, 4: 119)<br />Sebagaimana termaktub dalam ayat di atas, mereka yang terbawa<br />oleh khayalan kosong, akan melupakan Allah, tidak berpikir, dan senantiasa<br />menerima bisikan-bisikan syaitan. Dengan kata lain, jika seseorang<br />yang tertipu oleh kehidupan dunia tidak menggunakan kekuatan tekad<br />mereka, tidak bertindak secara sadar dan berusaha meninggalkan kondisi<br />yang demikian, ia akan berada dalam kendali syaitan secara penuh. Satu<br />diantara pekerjaan syaitan yang patut diketahui adalah senantiasa menimbulkan<br />keragu-raguan dan khayalan-khayalan kosong dalam diri manusia.<br />Oleh karena itu, segala khayalan, perasaan putus asa dan kekhawatiran<br />seperti: "apa yang akan saya perbuat jika akan terjadi yang demikian"<br />terbentuk dalam benak seseorang akibat bisikan-bisikan syaitan.<br />Allah telah memberikan jalan keluar dari keadaan yang buruk ini.<br />Dalam Al-Qur'an, ketika niatan-niatan jahat syaitan melingkupi manusia,<br />mereka dianjurkan untuk minta perlindungan kepada Allah dan mengingat-<br />Nya:<br />"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was<br />dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat<br />kesalahan-kesalahannya. Dan teman-teman mereka (orang-orang<br />kafir dan fasik) membantu syaitan-syaitan dalam menyesatkan dan mereka<br />tidak henti-hentinya (menyesatkan)" (QS. Al-AÕraaf, 7: 201-202)<br />Sebagaimana disebutkan dalam ayat tersebut, mereka yang berpikir<br />akan dapat mengetahui mana yang benar, sebaliknya mereka yang tidak<br />berpikir akan menuju ke arah mana saja syaitan menyeret mereka.<br />Yang terpenting adalah mengetahui bahwa khayalan-khayalan semacam<br />ini tidak akan mendatangkan manfaat kepada manusia. Bahkan<br />sebaliknya, menghambat mereka dari memikirkan tentang kebenaran,<br />hal-hal yang penting; dan mencegah kebersihan akal dari segala hal yang<br />sia-sia. Manusia mampu berpikir secara benar jika akalnya telah bebas dari<br />pikiran yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Dengan demikian, mereka<br />"menghindarkan diri dari apapun yang tidak bermanfaat" sebagaiman<br />Allah perintahkan dalam Al-Qur'an.Prama pool Experthttp://www.blogger.com/profile/15805485069520816284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3837895127426618903.post-77670589253516689052009-10-18T06:59:00.000-07:002009-10-18T07:08:04.723-07:00FAKTOR FAKTOR AAKAH YANG MENYEBABKAN MANUSIA TIDAK MAU BERPIKIR ?<span style="font-weight:bold;">Ada</span> banyak sebab yang menghalangi manusia untuk berpikir.<br />Satu, atau beberapa, atau semua sebab ini dapat mencegah<br />seseorang untuk berpikir dan memahami kebenaran.<br />Oleh karena itu, perlu kiranya setiap orang mencari faktor-faktor yang<br />menyebabkan mereka berada dalam kondisi yang kurang baik tersebut,<br />dan berusaha melepaskan diri darinya. Jika tidak dilakukan, ia tidak akan<br />mampu mengetahui realitas yang sebenarnya dari kehidupan dunia yang<br />pada akhirnya menghantarkannya kepada kerugian besar di akhirat.<br />Dalam Al-Qur'an Allah memberitakan keadaan orang-orang yang<br />terbiasa berpikir dangkal:<br />"Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang<br />mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai Dan mengapa mereka<br />tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan<br />langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan<br />dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya<br />kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan<br />dengan Tuhannya". (QS. Ar-Ruum, 30: 7-8)<br /><span style="font-weight:bold;">Kelumpuhan mental akibat mengikuti kebanyakan orang</span><br /><br />Satu sebab yang membuat kebanyakan orang tersesat adalah keyakinannya<br />bahwa apa yang dilakukan "sebagian besar" manusia adalah benar.<br />Manusia biasanya lebih cenderung menerima apa yang diajarkan oleh<br />orang-orang disekitarnya, daripada berpikir untuk mencari sendiri kebenaran<br />dari apa yang diajarkan tersebut. Ia melihat bahwa hal-hal yang pada<br />mulanya kelihatannya janggal seringkali dianggap biasa oleh kebanyakan<br />orang, atau bahkan tidak terlalu dipedulikan. Maka setelah beberapa<br />lama, ia kemudian menjadi terbiasa juga dengan hal-hal tersebut.<br />Sebagai contoh: sebagian besar dari teman-teman di sekitarnya tidak<br />berpikir bahwa suatu hari mereka akan mati. Mereka bahkan tidak membiarkan<br />satu orang pun berbicara mengenai masalah ini untuk mengingatkan<br />tentang kematian. Seseorang yang berada dalam lingkungan yang<br />demikian akan berkata,"Karena semua orang seperti itu, maka tidak ada<br />salahnya jika saya berperilaku sama seperti mereka." Lalu orang tersebut<br />Faktor-faktor Apakah Yang Menyebabkan Manusia Tidak Mau Berpikir? 29<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />menjalani hidupnya tanpa mengingat kematian sama sekali. Sebaliknya,<br />jika orang-orang di sekitarnya bertingkah laku sebagai orang yang takut<br />kepada Allah dan beramal secara sungguh-sungguh untuk hari akhir,<br />sangat mungkin orang ini akan juga berubah sikap.<br />Sebagai contoh tambahan: ratusan berita tentang bencana alam, ketidakadilan,<br />ketidakjujuran, kedzaliman, bunuh diri, pembunuhan, pencurian,<br />penggelapan uang diberitakan di TV dan majalah-majalah. Ribuan<br />orang yang membutuhkan bantuan disebutkan setiap hari. Tetapi banyak<br />dari mereka yang membaca berita-berita tersebut, membolak-balik<br />halaman surat kabar atau menekan tombol TV dengan tenangnya. Pada<br />umumnya, manusia tidak memikirkan mengapa berita-berita semacam<br />ini demikian banyak; apa yang harus dilakukan dan persiapan-persiapan<br />apa yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya peristiwa yang sedemikian<br />mengenaskan; serta apa yang dapat mereka lakukan untuk<br />mengatasi masalah tersebut. Kebanyakan manusia menuding orang atau<br />pihak lain bertanggung jawab atas kejadian-kejadian tersebut. Dengan seenaknya<br />mereka melontarkan kata-kata seperti "apakah menjadi tanggung<br />jawab saya untuk menyelamatkan dunia ini?<br /><span style="font-weight:bold;">Kemalasan mental</span><br /><br />Kemalasan adalah sebuah faktor yang menghalangi kebanyakan manusia<br />dari berpikir.<br />Akibat kemalasan mental, manusia melakukan segala sesuatu sebagaimana<br />yang pernah mereka saksikan dan terbiasa mereka lakukan. Untuk<br />memberikan sebuah contoh dari kehidupan sehari-hari: cara yang digunakan<br />para ibu rumah tangga dalam membersihkan rumah adalah sebagaimana<br />yang telah mereka lihat dari ibu-ibu mereka dahulu. Pada<br />umumnya tidak ada yang berpikir, "Bagaimana membersihkan rumah<br />dengan cara yang lebih praktis dan hasil yang lebih bersih" dengan kata<br />lain, berusaha menemukan cara baru. Demikian juga, ketika ada yang<br />perlu diperbaiki, manusia biasanya menggunakan cara yang telah diajarkan<br />ketika mereka masih kanak-kanak. Umumnya mereka enggan berusaha<br />menemukan cara baru yang mungkin lebih praktis dan berdaya gu-<br />30<br />na. Cara berbicara orang-orang ini juga sama. Cara bagaimana seorang<br />akuntan berbicara, misalnya, sama seperti akuntan-akuntan yang lain<br />yang pernah ia lihat selama hidupnya. Para dokter, banker, penjual<br />É..dan orang-orang dari latar belakang apapun mempunyai cara bicara<br />yang khas. Mereka tidak berusaha mencari yang paling tepat, paling<br />baik dan paling menguntungkan dengan berpikir. Mereka sekedar meniru<br />dari apa yang telah mereka lihat.<br />Cara pemecahan masalah yang dipakai juga menunjukkan kemalasan<br />dalam berpikir. Sebagai contoh: dalam menangani masalah sampah,<br />seorang manajer sebuah gedung menerapkan metode yang sama sebagaimana<br />yang telah dipakai oleh manajer sebelumnya. Atau seorang walikota<br />berusaha mencari jalan keluar tentang masalah jalan raya dengan<br />meniru cara yang digunakan oleh walikota-walikota sebelumnya. Dalam<br />banyak hal, ia tidak dapat mencari pemecahan yang baru dikarenakan tidak<br />mau berpikir.<br />Sudah pasti, contoh-contoh di atas dapat berakibat fatal bagi kehidupan<br />manusia jika tidak ditangani secara benar. Padahal masih banyak masalah<br />yang lebih penting dari itu semua. Bahkan jika tidak dipikirkan,<br />akan mendatangkan kerugian yang besar dan kekal bagi manusia. Penyebab<br />kerugian tersebut adalah kegagalan seseorang dalam berpikir tentang<br />tujuan keberadaannya di dunia; ketidakpedulian akan kematian sebagai<br />suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari; dan kepastian akan<br />hari penghisaban setelah mati. Dalam Al-Qur'an, Allah mengajak manusia<br />untuk merenungkan fakta yang sangat penting ini:<br />"Mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, dan lenyaplah<br />dari mereka apa yang selalu mereka ada-adakan. Pasti mereka itu di<br />akhirat menjadi orang-orang yang paling merugi. Sesungguhnya orangorang<br />yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan<br />diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni surga;<br />mereka kekal di dalamnya. Perbandingan kedua golongan itu (orangorang<br />kafir dan orang-orang mukmin), seperti orang buta dan tuli dengan<br />orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Adakah kedua golongan<br />itu sama keadaan dan sifatnya? Maka tidakkah kamu mengambil pelajaran<br />(daripada perbandingan itu)?" (QS. Huud, 11: 21-24)<br />Faktor-faktor Apakah Yang Menyebabkan Manusia Tidak Mau Berpikir? 31<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />"Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat<br />menciptakan (apa-apa) ? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran."<br />(QS. An-Nahl, 16: 17)<br />Anggapan bahwa berpikir secara mendalam<br />tidaklah baik<br />Ada sebuah kepercayaan yang kuat dalam masyarakat bahwa berpikir<br />secara mendalam tidaklah baik. Mereka saling mengingatkan satu sama<br />lain dengan mengatakan "jangan terlalu banyak berpikir, anda akan<br />kehilangan akal". Sungguh ini tidak lain hanyalah omong kosong yang<br />didengung-dengungkan oleh mereka yang jauh dari agama. Yang seharusnya<br />dihindari bukanlah tidak berpikir, akan tetapi memikirkan keburukan;<br />atau terjerumus dalam keragu-raguan, khayalan-khayalan atau<br />angan-angan kosong.<br />Mereka yang tidak memiliki keimanan yang kuat kepada Allah dan<br />hari akhir, tidak berpikir mengenai hal-hal yang baik dan bermanfaat,<br />akan tetapi hal-hal yang negatif. Sehingga hasil yang tidak bermanfaatlah<br />yang pada akhirnya muncul dari perenungan mereka. Mereka berpikir,<br />misalnya, bahwa hidup di dunia adalah sementara, dan bahwa mereka<br />suatu hari akan mati, akan tetapi hal ini menjadikan mereka putus harapan.<br />Sebab secara sadar mereka tahu bahwa menjalani kehidupan tanpa<br />mengikuti perintah Allah hanya akan menyengsarakan mereka di akhirat.<br />Sebagian dari mereka bersikap pesimistik karena berkeyakinan bahwa<br />mereka akan lenyap sama sekali setelah mati.<br />Orang yang bijak, yang beriman kepada Allah dan hari kemudian<br />memiliki pola pikir yang sama sekali berbeda ketika mengetahui bahwa<br />hidup di dunia hanyalah sementara. Pertama-tama, kesadarannya akan<br />kehidupan dunia yang sementara mendorongnya untuk memulai sebuah<br />perjuangan atau kerja keras yang sungguh-sungguh untuk kehidupannya<br />yang hakiki dan abadi di akhirat. Karena tahu bahwa hidup ini cepat<br />atau lambat akan berakhir, ia tidak terlenakan oleh ambisi syahwat dan<br />kepentingan dunia. Ia terlihat sangat tenang. Tak satupun peristiwa yang<br />menimpanya dalam kehidupan yang sementara ini membuatnya marah.Dengan ceria ia selalu berpikir tentang harapan untuk meraih kehidupan<br />yang abadi dan menyenangkan di akhirat. Ia juga sangat menikmati keberkahan<br />dan keindahan dunia. Allah telah menciptakan kehidupan dunia<br />dengan tidak sempurna dan penuh kekurangan sebagai ujian bagi<br />manusia. Ia berpikir bahwa jika dalam kehidupan di dunia yang tidak<br />sempurna dan cacat ini terdapat demikian banyak kenikmatan untuk manusia,<br />maka sudah pasti kehidupan surga amat tak terbayangkan lagi keindahannya.<br />Ia mendambakan untuk melihat keindahan yang hakiki di<br />akhirat. Dan ia memahami semua hal tersebut setelah berpikir secara<br />mendalam.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Berlepas diri dari tanggung jawab melaksanakan<br />apa yang diperoleh dari berpikir</span><br /><br />Kebanyakan manusia beranggapan bahwa mereka dapat mengelak<br />dari berbagai macam tanggung jawab dengan menghindarkan diri dari<br />berpikir, dan mengalihkan akalnya untuk memikirkan hal-hal yang lain.<br />Dengan melakukan yang demikian di dunia, mereka berhasil melepaskan<br />diri mereka sendiri dari beragam masalah. Satu diantara banyak hal yang<br />sangat menipu manusia adalah anggapan bahwa mereka akan dapat<br />membebaskan diri dari kewajiban mereka kepada Allah dengan cara tidak<br />berpikir. Inilah sebab utama yang membuat mereka tidak berpikir<br />tentang kematian dan kehidupan setelahnya. Jika seseorang berpikir bahwa<br />ia suatu hari akan mati dan selalu ingat bahwa ada kehidupan abadi<br />setelah mati, maka ia wajib bekerja keras untuk kehidupannya setelah<br />mati. Tetapi ia telah menipu dirinya sendiri ketika berkeyakinan bahwa<br />kewajiban tersebut akan lepas dengan sendirinya ketika ia tidak berpikir<br />tentang keberadaan akhirat. Ini adalah kekeliruan yang sangat besar, dan<br />jika seseorang tidak mendapatkan kebenaran di dunia dengan berpikir,<br />maka setelah kematiannya ia baru akan menyadari bahwa tidak ada jalan<br />keluar baginya untuk meloloskan diri.<br />"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu<br />selalu lari daripadanya. Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari terlaksananya<br />ancaman." (QS. Qaaf, 50: 19-20)<br />Faktor-faktor Apakah Yang Menyebabkan Manusia Tidak Mau Berpikir? 33<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />Tidak berpikir akibat terlenakan oleh kehidupan<br />sehari-hari<br />Kebanyakan manusia menghabiskan keseluruhan hidup mereka dalam<br />"ketergesa-gesaan". Ketika mencapai umur tertentu, mereka harus<br />bekerja dan menanggung hidup diri mereka dan keluarga mereka. Mereka<br />menganggap hal ini sebagai sebuah "perjuangan hidup". Dan, karena<br />harus bekerja keras, jungkir balik dalam pekerjaan, mereka mengatakan<br />tidak mempunyai waktu lagi untuk hal-hal yang lain, termasuk berpikir.<br />Akhirnya mereka pun terbawa larut oleh arus ke arah mana saja kehidupan<br />mereka ini membawa mereka. Dengan demikian, mereka menjadi tidak<br />peka lagi dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar.<br />Namun, tidak sepatutnya manusia memiliki tujuan hidup hanya sekedar<br />menghabiskan waktu; bergegas pergi dari satu tempat ke tempat<br />yang lain. Yang terpenting di sini adalah kemampuan melihat kenyataan<br />sesungguhnya dari kehidupan dunia ini untuk kemudian menempuh jalan<br />hidup yang sebenarnya. Tidak ada satu orang pun yang mempunyai<br />tujuan akhir mendapatkan uang, bekerja, belajar di universitas atau membeli<br />rumah. Sudah barang tentu manusia perlu melakukan ini semua dalam<br />hidupnya, namun yang mesti senantiasa ada dalam benaknya ketika<br />melakukan segala hal tersebut yaitu kesadaran akan keberadaan manusia<br />di dunia sebagai hamba Allah, untuk bekerja demi mencari ridha, kasih<br />sayang dan surga Allah. Segala perbuatan dan pekerjaan selain untuk tujuan<br />tersebut hanyalah berfungsi sebagai "sarana" untuk membantu manusia<br />dalam meraih tujuan yang sebenarnya. Menempatkan sarana sebagai<br />tujuan utama adalah sebuah kekeliruan yang amat besar yang didengung-<br />dengungkan syaitan kepada manusia.<br />Seseorang yang hidup tanpa berpikir akan mudah sekali menjadikan<br />sarana tersebut sebagai tujuan. Kita dapat menyebutkan contoh-contoh<br />lain yang serupa dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: tidak dapat diragukan<br />bahwa bekerja dan menghasilkan berbagai hal yang bermanfaat<br />untuk masyarakat adalah perbuatan baik. Seseorang yang beriman kepada<br />Allah akan melakukan pekerjaan tersebut dengan bersemangat sambil<br />mengharapkan balasan Allah di dunia dan di akhirat. Sebaliknya jika se-<br />34<br />seorang melakukan hal yang sama tanpa mengingat Allah dan hanya<br />mengharapkan imbalan dunia, seperti mendapatkan jabatan tinggi agar<br />dihormati oleh masyarakat, maka ia telah melakukan kekeliruan. Ia telah<br />melakukan sesuatu yang sebenarnya dapat digunakan sebagai sarana untuk<br />mencapai tujuannya, yakni mencari ridha Allah. Ketika menemukan<br />realitas yang sebenarnya di akhirat, ia merasa sangat menyesal karena telah<br />melakukan hal yang demikian. Dalam sebuah ayat, Allah merujuk ke<br />mereka yang terpedaya oleh kehidupan dunia sebagaimana berikut:<br />"(Keadaan kamu hai orang-orang munafik dan musyrikin) adalah seperti<br />keadaan orang-orang sebelum kamu, mereka lebih kuat daripada kamu,<br />dan lebih banyak harta dan anak-anaknya dari kamu. Maka mereka telah<br />Faktor-faktor Apakah Yang Menyebabkan Manusia Tidak Mau Berpikir? 35<br />Satu diantara faktor yang paling penting dalam menghindarkan manusia dari berpikir<br />secara mendalam adalah kesibukan yang berlebihan dengan masalah sehari-hari.<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />menikmati bagian mereka, dan kamu telah menikmati bagian kamu sebagaimana<br />orang-orang yang sebelummu menikmati bagiannya, dan kamu<br />mempercakapkan (hal yang batil) sebagaimana mereka mempercakapkannya.<br />Mereka itu amalannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat;<br />dan mereka itulah orang-orang yang merugi." (QS. At-Taubah, 9: 69).<br />Melihat segala sesuatu dengan "penglihatan yang<br />biasa", sekedar melihat tanpa perenungan<br />Ketika melihat beberapa hal yang baru untuk pertama kalinya, manusia<br />mungkin menemukan berbagai hal yang luar biasa yang mendorong<br />mereka berkeinginan untuk mengetahui lebih jauh apa yang sedang<br />mereka lihat tersebut. Namun setelah sekian lama, mereka mulai terbiasa<br />dengan hal-hal ini dan tidak lagi merasa takjub. Terutama sebuah benda<br />ataupun kejadian yang mereka temui setiap hari sudah menjadi sesuatu<br />yang "biasa" saja bagi mereka.<br />Sebagai contoh, beberapa orang calon dokter merasakan adanya pengaruh<br />terhadap dirinya ketika pertama kali melihat jenazah. Saat pertama<br />kali satu di antara para pasien mereka meninggal dapat membuat mereka<br />termenung lama. Padahal beberapa menit yang lalu jasad tak bernyawa ini<br />masih hidup, tertawa, memikirkan rencana-rencana, berbicara, menikmati<br />hidup dengan wajah yang ceria. Orang yang tadinya hidup serta melihat<br />dengan mata yang ceria, berbicara tentang rencana masa depan, menikmati<br />sarapan di pagi hari mendadak terbaring tanpa ruh. Ketika pertama<br />kali mayat tersebut diletakkan di depan para dokter tersebut untuk diautopsi,<br />mereka berpikir segala hal yang mereka lihat padanya. Tubuhnya<br />membusuk demikian cepat, bau yang menusuk hidung pun tercium, rambut<br />yang tadinya terlihat indah menjadi demikian kusut hingga tak seorang<br />pun sudi menyentuhnya. Kesemua ini termasuk apa yang ada di benak<br />mereka. Lalu mereka pun berpikir: bahan pembentuk semua manusia<br />adalah sama dan jasad mereka akan mengalami akhir yang serupa, yakni<br />mereka pun akan menjadi seperti mayat yang mereka saksikan.<br />Namun, setelah berulang-ulang melihat beberapa mayat dan mendapati<br />beberapa pasiennya meninggal dunia, orang-orang ini pada ak-<br />36<br />hirnya menjadi terbiasa. Mereka lalu memperlakukan mayat-mayat, atau<br />bahkan para pasien mereka sebagaimana barang atau benda.<br />Sungguh, ini tidak berlaku terhadap dokter saja. Terhadap kebanyakan<br />manusia, hal yang sama dapat terjadi dalam kehidupan mereka. Sebagai<br />contoh, ketika seseorang yang biasa hidup dalam kesusahan dikaruniai<br />kehidupan yang serba berkecukupan, ia akan sadar bahwa semua yang<br />ia miliki adalah sebuah kenikmatan untuknya. Tempat tidurnya menjadi<br />lebih nyaman, tempat tinggalnya menghadap ke arah pemandangan yang<br />indah, ia dapat membeli apapun yang diinginkannya, menghangatkan rumahnya<br />di musim dingin sekehendaknya, dengan mudahnya pergi dari<br />satu tempat ke tempat yang lain dengan kendaraan, dan banyak hal lain<br />yang kesemuanya adalah kenikmatan baginya. Ketika membandingkan<br />dengan keadaan yang sebelumnya, ia akan merasa bersyukur dan bahagia.<br />Akan tetapi, bagi orang yang telah memiliki kesemua ini sejak lahir<br />mungkin tak pernah terlalu memikirkan tentang nilai dari semua kenikmatan<br />tersebut. Jadi, penilaian terhadap segala kenikmatan ini tidak<br />mungkin dilakukannya tanpa ia mau berpikir secara mendalam.<br />Lain halnya bagi seseorang yang mau merenung, tidaklah menjadi<br />persoalan apakah ia mendapatkan segala kenikmatan tersebut sejak lahir<br />atau di kemudian hari. Sebab ia tidak pernah melihat apa yang dimilikinya<br />sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Ia paham bahwa segala yang ia<br />punyai adalah ciptaan Allah. Sekehendak-Nya, Allah berkuasa mengambil<br />semua kenikmatan yang ada darinya. Sebagai contoh, orang-orang<br />mukmin ketika menaiki hewan tunggangan, yakni kendaraan, mereka<br />akan berdoa:<br />"Supaya kamu duduk di atas punggungnya kemudian kamu ingat nikmat<br />Tuhanmu apabila kamu telah duduk di atasnya; dan supaya kamu mengatakan:"<br />Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami<br />padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya<br />kami akan kembali kepada Tuhan kami." (QS. Az-Zukhruf, 43:<br />13-14)<br />Di ayat lain, dikisahkan bahwa ketika orang-orang yang beriman<br />memasuki kebun-kebun atau taman-taman mereka, mereka mengingat<br />Allah seraya berkata, "Atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada<br />Faktor-faktor Apakah Yang Menyebabkan Manusia Tidak Mau Berpikir? 37<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah" (QS. Al-Kahfi, 18: 39). Ini<br />adalah sebuah isyarat bahwa setiap saat ketika memasuki taman-taman<br />mereka, muncul dalam benak mereka: Allah lah yang menciptakan dan<br />memelihara taman ini. Sebaliknya, seseorang yang tidak berpikir mungkin<br />takjub ketika pertama kali melihat sebuah taman yang indah, tetapi<br />kemudian taman tersebut menjadi sebuah tempat yang biasa-biasa saja<br />baginya. Kekagumannya atas keindahan tersebut telah sirna. Sebagian<br />orang sama sekali tidak menyadari nikmat tersebut dikarenakan tidak<br />berpikir. Mereka menganggap segala kenikmatan yang ada sebagai hal<br />yang "biasa" atau "lumrah" dan sebagai "sesuatu yang memang seharusnya<br />sudah demikian". Inilah yang menjadikan mereka tidak dapat merasakan<br />kenikmatan dari keindahan taman tersebut.<br />Kesimpulan: wajib atas manusia untuk menghilangkan<br />segala penyebab yang menghalangi mereka dari berpikir.<br />Sebagaimana telah dikatakan sebelumnya, fakta bahwa kebanyakan<br />manusia tidak berpikir dan hidup dalam keadaan lalai dari kebenaran tidak<br />menjadi alasan bagi seseorang untuk tidak berpikir. Setiap manusia<br />mempunyai kebebasan terhadap dirinya sendiri, dan ia akan bertanggung<br />jawab atas dirinya sendiri di hadapan Allah. Mesti senantiasa diingat<br />bahwa Allah menguji manusia dalam hidupnya di dunia. Sikap<br />orang-orang selain dirinya yang sering kali acuh, tidak mau berpikir, bernalar<br />ataupun memahami kebenaran adalah bagian dari ujian untuknya.<br />Seseorang yang berpikir dengan ikhlas tidak akan berkata,"Kebanyakan<br />manusia tidak berpikir, dan tidak menyadari akan hal ini, lalu mengapa<br />saya sendirian yang mesti berpikir?" Tetapi, ia akan menerima dan menjalani<br />ujian tersebut dengan memikirkan tentang kelalaian orang-orang<br />terebut, dan memohon perlindungan Allah agar tidak menjadikannya termasuk<br />dalam golongan mereka. Sudah jelas bahwa keadaan mereka bukanlah<br />alasan baginya untuk tidak berpikir. Dalam Al-Qur'an, Allah<br />memberitakan di banyak ayat bahwa kebanyakan manusia berada dalam<br />kelalaian dan tidak beriman:<br />"Dan sebahagian besar manusia tidak akan beriman - walaupun kamu<br />sangat menginginkannya." (QS. Yuusuf, 12: 103)<br />38<br />"Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al QurÕan). Dan Kitab<br />yang diturunkan kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar: akan tetapi<br />kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya)." (QS. Ar-RaÕd, 13: 1)<br />"Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-<br />sungguh: "Allah tidak akan akan membangkitkan orang yang mati".<br />(Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitnya), sebagai suatu<br />janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada<br />mengetahui," (QS. An-Nahl, 16: 38)<br />"Dan sesungguhnya Kami telah mempergilirkan hujan itu diantara manusia<br />supaya mereka mengambil pelajaran (dari padanya); maka kebanyakan<br />manusia itu tidak mau kecuali mengingkari (ni'mat)." (QS. Al-Furqaan,<br />25: 50)<br />Di lain ayat, Allah menceritakan kesudahan dari mereka yang tersesat<br />akibat mengikuti kebanyakan manusia; dan tidak mematuhi perintah<br />Allah akibat melalaikan tujuan penciptaan mereka:<br />"Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: "Ya Tuhan kami, keluarkanlah<br />kami niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan<br />yang telah kami kerjakan". Dan apakah Kami tidak memanjangkan<br />umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau<br />berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan?<br />maka rasakanlah (adzab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang dzalim<br />seorang penolongpun." (QS. Faathir, 35:37)<br />Berdasarkan dalil di atas, setiap manusia hendaknya membuang segala<br />sesuatu yang mencegah mereka dari berpikir untuk kemudian secara<br />ikhlas dan jujur memikirkan dengan seksama setiap ciptaan ataupun<br />kejadian yang Allah ciptakan, serta mengambil pelajaran dan peringatan<br />dari apa yang ia pikirkan.<br />Dalam bab berikutnya, kami akan menguraikan tentang berbagai hal<br />yang dapat dipikirkan dan direnungkan oleh manusia, yakni beberapa<br />peristiwa dan ciptaan Allah yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-<br />hari. Tujuan kami adalah untuk memberikan petunjuk tentang masalah<br />ini kepada para pembaca agar mereka mampu menjalani sisa hidupnya<br />sebagai manusia yang "berpikir dan mengambil peringatan dari apa yang<br />mereka pikirkan".Prama pool Experthttp://www.blogger.com/profile/15805485069520816284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3837895127426618903.post-69874591224939236942009-10-18T06:53:00.000-07:002009-10-18T06:57:50.866-07:00HAL HAL YANG HENDAK DIPIKIRKAN<span style="font-weight:bold;">Sejak awal, kami telah menekankan pentingnya berpikir, manfaat-<br />manfaatnya bagi manusia dan sarana yang membedakan<br />manusia dari makhluk lain. Kami telah menyebutkan pula sebab-<br />sebab yang menghalangi manusia dari berpikir. Semua ini mempunyai<br />tujuan utama mendorong manusia untuk berpikir dan membantu mereka<br />mengetahui tujuan penciptaan dirinya; serta agar manusia mengagungkan<br />ilmu dan kekuasaan Allah yang tak terbatas.<br />Di halaman-halaman berikutnya, kami akan mencoba menjelaskan<br />bagaimana orang yang beriman kepada Allah berpikir tentang segala sesuatu<br />yang dijumpainya sepanjang hari dan mendapatkan pelajaran dari<br />peristiwa-peristiwa yang ia saksikan; bagaimana ia seharusnya bersyukur<br />dan menjadi semakin dekat kepada Allah setelah menyaksikan keindahan<br />dan ilmu Allah di segala sesuatu.<br />Sudah pasti apa yang disebutkan di sini hanya mencakup sebagian<br />kecil dari kapasitas berpikir seorang manusia. Manusia memiliki kemampuan<br />untuk setiap saat (dan bukan setiap jam, menit atau detik, tapi satuan<br />waktu yang lebih kecil dari itu, yakni setiap saat) dalam hidupnya. Ruang<br />lingkup berpikir manusia sedemikian luasnya sehingga tidak mungkin<br />untuk dibatasi. Oleh karena itu, uraian di bawah ini bertujuan untuk<br />sekedar membukakan pintu bagi mereka yang belum menggunakan sarana<br />berpikir mereka sebagaimana mestinya.<br />Perlu diingat bahwa hanya mereka yang berpikir secara mendalam<br />lah yang mampu memahami dan berada pada posisi lebih baik dibandingkan<br />makhluk lain. Mereka yang tidak dapat melihat keajaiban dari<br />peristiwa-peristiwa di sekitarnya dan tidak dapat memanfaatkan akal<br />mereka untuk bepikir adalah sebagaimana diceritakan dalam firman Allah<br />berikut:<br />"Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah<br />seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar<br />selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka<br />(oleh sebab itu) mereka tidak mengerti." (QS. Al-Baqarah, 2: 171)<br />"É Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami<br />(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya<br />untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 41<br />42 BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar<br />(ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih<br />sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al-AÕraaf, 7:<br />179)<br />"Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar<br />atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak,<br />bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu)." (QS. Al-<br />Furqaan, 25: 44)<br />Hanya mereka yang mau berpikir yang mampu melihat dan kemudian<br />memahami tanda-tanda kebesaran Allah, serta keajaiban dari obyek<br />dan peristiwa-peristiwa yang Allah ciptakan. Mereka mampu mengambil<br />sebuah kesimpulan berharga dari setiap hal, besar ataupun kecil, yang<br />mereka saksikan di sekeliling mereka.<br />Ketika seseorang bangun dari tidurnya di pagi hariÉ<br />Tidak diperlukan kondisi khusus bagi seseorang untuk memulai<br />berpikir. Bahkan bagi orang yang baru saja bangun tidur di pagi hari pun<br />terdapat banyak sekali hal-hal yang dapat mendorongnya berpikir.<br />Terpampang sebuah hari yang panjang dihadapan seseorang yang<br />baru saja bangun dari pembaringannya di pagi hari. Sebuah hari dimana<br />rasa capai atau kantuk seakan telah sirna. Ia siap untuk memulai harinya.<br />Ketika berpikir akan hal ini, ia teringat sebuah firman Allah:<br />"Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur<br />untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha." (QS.<br />Al-Furqaan, 25: 47)<br />Setelah membasuh muka dan mandi, ia merasa benar-benar terjaga<br />dan berada dalam kesadarannya secara penuh. Sekarang ia siap untuk<br />berpikir tentang berbagai persoalan yang bermanfaat untuknya. Banyak<br />hal lain yang lebih penting untuk dipikirkan dari sekedar memikirkan<br />makanan apa yang dipunyainya untuk sarapan pagi atau pukul berapa ia<br />harus berangkat dari rumah. Dan pertama kali ia harus memikirkan tentang<br />hal yang lebih penting ini.<br />Pertama-tama, bagaimana ia mampu bangun di pagi hari adalah sebuah<br />keajaiban yang luar biasa. Kendatipun telah kehilangan kesadaran<br />sama sekali sewaktu tidur, namun di keesokan harinya ia kembali lagi kepada<br />kesadaran dan kepribadiannya. Jantungnya berdetak, ia dapat bernapas,<br />berbicara dan melihat. Padahal di saat ia pergi tidur, tidak ada jaminan<br />bahwa semua hal ini akan kembali seperti sediakala di pagi harinya.<br />Tidak pula ia mengalami musibah apapun malam itu. Misalnya, kealpaan<br />tetangga yang tinggal di sebelah rumah dapat menyebabkan kebocoran<br />gas yang dapat meledak dan membangunkannya malam itu. Sebuah<br />bencana alam yang dapat merenggut nyawanya dapat saja terjadi di<br />daerah tempat tinggalnya.<br />Ia mungkin saja mengalami masalah dengan fisiknya. Sebagai contoh,<br />bisa saja ia bangun tidur dengan rasa sakit yang luar biasa pada ginjal<br />atau kepalanya. Namun tak satupun ini terjadi dan ia bangun tidur dalam<br />keadaan selamat dan sehat. Memikirkan yang demikian mendorongnya<br />untuk berterima kasih kepada Allah atas kasih sayang dan penjagaan<br />yang diberikan-Nya.<br />Memulai hari yang baru dengan kesehatan yang prima memiliki<br />makna bahwa Allah kembali memberikan seseorang sebuah kesempatan<br />yang dapat dipergunakannya untuk mendapatkan keberuntungan yang<br />lebih baik di akhirat.<br />Ingat akan semua ini, maka sikap yang paling sesuai adalah menghabiskan<br />waktu di hari itu dengan cara yang diridhai Allah. Sebelum segala<br />sesuatu yang lain, seseorang pertama kali hendaknya merencanakan<br />dan sibuk memikirkan hal-hal semacam ini. Titik awal dalam mendapatkan<br />keridhaan Allah adalah dengan memohon kepada Allah agar memudahkannya<br />dalam mengatasi masalah ini. Doa Nabi Sulaiman adalah tauladan<br />yang baik bagi orang-orang yang beriman:<br />"Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri ni'mat Mu yang<br />telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku<br />dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah<br />aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang<br />saleh" (QS. An-Naml, 27 : 19)<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 43<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />Bagaimana kelemahan manusia mendorong<br />seseorang untuk berpikir?<br />Tubuh manusia yang demikian lemah ketika baru saja bangun dari<br />tidur dapat mendorong manusia untuk berpikir: setiap pagi ia harus<br />membasuh muka dan menggosok gigi. Sadar akan hal ini, ia pun merenungkan<br />tentang kelemahan-kelemahannya yang lain. Keharusannya untuk<br />mandi setiap hari, penampilannya yang akan terlihat mengerikan jika<br />tubuhnya tidak ditutupi oleh kulit ari, dan ketidakmampuannya menahan<br />rasa kantuk, lapar dan dahaga, semuanya adalah bukti-bukti tentang<br />kelemahan dirinya.<br />Bagi orang yang telah berusia lanjut, bayangan dirinya di dalam cermin<br />dapat memunculkan beragam pikiran dalam benaknya. Ketika menginjak<br />usia dua dekade dari masa hidupnya, tanda-tanda proses penuaan<br />telah terlihat di wajahya. Di usia yang ketigapuluhan, lipatan-lipatan kulit<br />mulai kelihatan di bawah kelopak mata dan di sekitar mulutnya, kulitnya<br />tidak lagi mulus sebagaimana sebelumnya, perubahan bentuk fisik<br />terlihat di sebagian besar tubuhnya. Ketika memasuki usia yang semakin<br />senja, rambutnya memutih dan tangannya menjadi rapuh.<br />Bagi orang yang berpikir tentang hal ini, usia senja adalah peristiwa<br />yang paling nyata yang menunjukkan sifat fana dari kehidupan dunia<br />dan mencegahnya dari kecintaan dan kerakusan akan dunia. Orang yang<br />memasuki usia tua memahami bahwa detik-detik menuju kematian telah<br />dekat. Jasadnya mengalami proses penuaan dan sedang dalam proses<br />meninggalkan dunia ini. Tubuhnya sedikit demi sedikit mulai melemah<br />kendatipun ruhnya tidaklah berubah menjadi tua. Sebagian besar manusia<br />sangat terpukau oleh ketampanan atau merasa rendah dikarenakan<br />keburukan wajah mereka semasa masih muda. Pada umumnya, manusia<br />yang dahulunya berwajah tampan ataupun cantik bersikap arogan, sebaliknya<br />yang di masa lalu berwajah tidak menarik merasa rendah diri dan<br />tidak bahagia. Proses penuaan adalah bukti nyata yang menunjukkan sifat<br />sementara dari kecantikan atau keburukan penampilan seseorang. Sehingga<br />dapat diterima dan masuk akal jika yang dinilai dan dibalas olehAllah adalah akhlaq baik beserta komitmen yang diperlihatkan seseorang<br />kepada Allah.<br />Setiap saat ketika menghadapi segala kelemahannya manusia berpikir<br />bahwa satu-satunya Zat Yang Maha Sempurna dan Maha Besar serta<br />jauh dari segala ketidaksempurnaan adalah Allah, dan iapun mengagungkan<br />kebesaran Allah. Allah menciptakan setiap kelemahan manusia<br />dengan sebuah tujuan ataupun makna. Termasuk dalam tujuan ini adalah<br />agar manusia tidak terlalu cinta kepada kehidupan dunia, dan tidak terpedaya<br />dengan segala yang mereka punyai dalam kehidupan dunia. Seseorang<br />yang mampu memahami hal ini dengan berpikir akan mendambakan<br />agar Allah menciptakan dirinya di akhirat kelak bebas dari segala<br />kelemahan.<br />Segala kelemahan manusia mengingatkan akan satu hal yang menarik<br />untuk direnungkan: tanaman mawar yang muncul dan tumbuh dari<br />tanah yang hitam ternyata memiliki bau yang demikian harum. Sebaliknya,<br />bau yang sangat tidak sedap muncul dari orang yang tidak merawat<br />tubuhnya. Khususnya bagi mereka yang sombong dan membanggakan<br />diri, ini adalah sesuatu yang seharusnya mereka pikirkan dan ambil pelajaran<br />darinya.<br />Bagaimana beberapa karakteristik tubuh manusia<br />membuat anda berpikir?<br />Ketika melihat diri sendiri di dalam cermin, seseorang berpikir tentang<br />berbagai hal yang sebelumnya tak pernah muncul dalam benaknya.<br />Sebagai contoh: bulu mata, alis, tulang belulang<br />dan gigi-giginya tidak tumbuh memanjang<br />terus menerus. Dengan kata lain,<br />di bagian tubuh dimana pertumbuhan anggota<br />badan yang terus menerus akan menjadi<br />sesuatu yang menyusahkan dan menghalangi<br />pandangannya, maka anggota tubuh<br />tersebut berhenti tumbuh. Sebaliknya,<br />rambut yang kelihatan indah jika tumbuh<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 45<br />Bunga mawar yang muncul dan<br />tumbuh dari tanah hitam<br />berlumpur memiliki bau yang<br />harum.<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />memanjang, tidak berhenti tumbuh. Disamping itu, ada keseimbangan<br />yang sempurna dalam pertumbuhan tulang-belulang. Misalnya tulang<br />anggota bagian atas tidak akan tumbuh memanjang begitu saja sehingga<br />menyebabkan badan kelihatan lebih pendek. Semua tulang ini berhenti<br />pada saat tertentu seakan-akan tiap-tiap tulang tersebut tahu seberapa<br />panjang mereka harus tumbuh.<br />Sudah barang tentu, semua yang telah disebutkan di sini terjadi akibat<br />dari reaksi-reaksi fisika dan kimia yang terjadi dalam tubuh. Orang<br />yang merenungkan hal ini akan juga bertanya-tanya bagaimana reaksi-reaksi<br />ini terjadi. Siapa yang memasukkan hormon-hormon dan enzim-enzim<br />yang bertanggung jawab atas pertumbuhan ke dalam tubuh sesuai<br />dengan dosis yang dibutuhkan? Dan siapakah yang mengontrol kadar<br />dan waktu sekresi dari hormon dan enzim tersebut?<br />Tidak dapat dipungkiri bahwa mustahil untuk mengatakan bahwa<br />ini semua terjadi secara kebetulan. Tidaklah mungkin sel-sel atau atomatom<br />pembentuk manusia yang tidak mempunyai kesadaran tersebut<br />melakukan hal yang demikian dengan sendirinya. Ini adalah bukti bahwa<br />fenomena tersebut terjadi karena kekuasaan Allah yang menciptakan<br />manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.<br />Ketika dalam perjalananÉ<br />Setelah bangun tidur dan bersiap-siap di pagi hari, orang-orang kemudian<br />berangkat ke kantor, sekolah atau melakukan pekerjaan mereka<br />di luar rumah. Bagi orang yang beriman, keberangkatan ini adalah awal<br />dari melakukan amal kebaikan yang mendatangkan ridha Allah. Ketika<br />meninggalkan rumah dan bepergian ke luar, seseorang akan menjumpai<br />banyak hal yang dapat ia pikirkan, misalnya ribuan manusia, kendaraan,<br />pohon, besar dan kecil, dan beragam hal yang terdapat di banyak tempat.<br />Dalam hal ini, pandangan orang yang beriman sudah jelas, yakni bahwa<br />ia berusaha untuk mendapatkan sebanyak mungkin manfaat dari yang ia<br />jumpai di sekelilingnya. Ia memikirkan tentang sebab-sebab dari peristiwa-<br />peristiwa yang ada. Karena apa yang sedang ia saksikan terjadi dengan<br />pengetahuan dan kehendak Allah, maka pasti ada sebuah makna di<br />46<br />balik peristiwa atau pemandanga itu. Karena Allah lah yang<br />memampukannya untuk pergi ke luar rumah serta meletakkan<br />semua pemandangan ini di depan matanya, maka sudah<br />pasti dari pemandangan-pemandangan tersebut ada<br />yang mesti dilihat dan dipikirkan. Sejak bangun tidur, ia<br />bersyukur kepada Allah yang telah memberinya umur<br />satu hari lagi di dunia yang dapat digunakannya sebagai<br />modal untuk mendapatkan pahala dari Allah. Kini,<br />ia tengah memulai perjalanan yang dapat mendatangkan<br />pahala baginya. Menyadari hal ini, ia teringat<br />akan firman Allah: "Dan Kami jadikan siang<br />untuk mencari penghidupan", (QS. An-NabaÕ, 78<br />:11). Berpedomankan ayat tersebut, ia membuat<br />rencana tentang bagaimana menghabiskan waktunya<br />di siang hari dengan melakukan pekerjaan-<br />pekerjaan yang tidak hanya bermanfaat untuk<br />orang lain akan tetapi juga mendatangkan<br />ridha Allah.<br />Ketika berada dalam mobilnya atau di<br />atas kendaraan apapun dengan pola pikir<br />yang demikian, ia pun kembali bersyukur<br />kepada Allah. Tidak menjadi masalah,<br />betapapun jauhnya jarak perjalanan<br />yang harus ia tempuh, ia masih memiliki<br />sarana untuk pergi ke sana.<br />Untuk memudahkan manusia,<br />Allah telah menciptakan beragam<br />sarana transportasi untuk<br />membantu manusia dalam<br />melakukan perjalanan.<br />Bahkan kemajuan<br />teknologi saat sekarang<br />telah menyediakan<br />sara-<br />Banyak<br />yang dapat<br />dipikirkan<br />dari apapun<br />yang kita<br />jumpai dalam<br />perjalanan<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan<br />na transportasi baru berupa mobil, kereta api,<br />pesawat terbang, kapal laut, helikopter,<br />busÉKetika merenungkan hal ini, seseorang<br />akan kembali teringat: Allah lah yang telah<br />menciptakan teknologi untuk membantu manusia.<br />Setiap hari, para ilmuwan membuat penemuan-<br />penemuan dan inovasi-inovasi baru yang<br />dapat memudahkan hidup kita. Mereka menghasilkan<br />ini semua melalui sarana yang diciptakan<br />Allah di bumi. Seseorang yang memikirkan tentang<br />masalah tersebut akan menikmati perjalanannya<br />sambil bersyukur kepada Allah atas<br />kemudahan yang diberikan kepadanya.<br />Dalam perjalanan menuju tempat tujuan,<br />ia menyaksikan tumpukan sampah<br />dengan bau yang tak sedap, tempattempat<br />kumuh di sepanjang jalan. Hal<br />ini menimbulkan beragam pikiran dalam<br />benaknya:<br />Ketika masih berada di dunia,<br />Allah telah memberikan informasi kepada<br />kita yang membantu kita memperoleh<br />gambaran tentang surga dan neraka;<br />atau mengira-ngira keadaan kedua<br />tempat ini dengan menggunakan perbandingan. Tumpukan sampah, bau yang tidak sedap dan daerah-<br />daerah kumuh dapat menimbulkan stres atau tekanan dalam jiwa<br />seseorang. Tak seorangpun ingin tinggal di tempat tersebut. Keadaan ini<br />mengingatkan seseorang tentang neraka dan ayat-ayat yang mengisahkan<br />neraka. Di banyak ayat-ayat Al-Qur'an Allah telah menceritakan segala<br />sesuatu yang tidak menyenangkan, gelap serta menjijikkan tentang<br />neraka:<br />Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu?<br />Dalam (siksaan) angin yang amat panas, dan air panas yang mendidih,<br />dan dalam naungan asap yang hitam.<br />Tidak sejuk dan tidak menyenangkan. (QS. Al-WaaqiÕah, 56:41-44)<br />"Dan apabila mereka dilemparkan ke tempat yang sempit di neraka itu<br />dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan. (Akan dikatakan<br />kepada mereka): "Jangan kamu sekalian mengharapkan satu kebinasaan,<br />melainkan harapkanlah kebinasaan yang banyak" (QS. Al-Furqaan,<br />25:13-14)<br />Dengan memikirkan ayat-ayat di atas, orang tersebut berdoa agar<br />Allah menjauhkannya dari siksa neraka dan mengampuni segala kesalahannya.<br />Sebaliknya, seseorang yang tidak menggunakan cara berpikir yang<br />demikian akan menghabiskan waktunya dengan menggerutu, kesal dan<br />selalu mencari kambing hitam dari setiap permasalahan. Ia marah sekali<br />kepada orang-orang yang menumpuk sampah tersebut dan pihak pemerintahan<br />daerah setempat yang terlambat untuk mengumpulkan dan<br />membuangnya. Sepanjang hari pikirannya disibukkan dengan hal-hal seperti:<br />jalan raya yang penuh dengan lubang; orang-orang yang menye-<br />Sebuah pemandangan yang indah atau sempit,<br />gelap lagi kotor mendorong timbulnya pikiran yang<br />beragam dalam benak manusia<br />babkan lalu lintas macet; badannya yang basah kuyup kehujanan akibat<br />ulah badan meteorologi yang salah dalam memperkirakan cuaca; cemoohan<br />kasar dari bossnya, dan lain sebagainya. Namun, pikiran yang siasia<br />ini tidaklah bermanfaat dalam kehidupan akhiratnya nanti. Seseorang<br />mungkin berhenti sejenak kemudian berpikir apakah ia seharusnya<br />menghiraukan banyak hal. Sungguh, banyak orang mengatakan bahwa<br />alasan utama yang mencegah mereka dari berpikir adalah segala kesibukan<br />yang mengharuskan mereka bekerja keras terus-menerus di dunia.<br />Mereka berdalih bahwa mereka tidak mampu berpikir karena sibuk dengan<br />masalah pangan, perumahan dan kesehatan. Akan tetapi ini hanyalah<br />sekedar alasan untuk mengelak. Tanggung jawab dan kondisi tersebut<br />tidak ada hubungannya dengan berpikir sebagaimana yang dikehendaki<br />di sini. Seseorang yang berusaha untuk berpikir dalam rangka mencari<br />ridha Allah akan mendapatkan pertolongan dari Allah. Ia akan melihat<br />bahwa, seiring dengan bergantinya hari, beragam persoalan yang biasanya<br />menjadi masalah baginya satu demi satu terselesaikan; hingga ia<br />dapat meluangkan waktu untuk berpikir dan berpikir lagi. Hanya orangorang<br />yang beriman sajalah yang sadar, paham dan mengalami hal yang<br />demikian.<br />Bagaimana dunia yang berwarna-warni mendorong<br />seseorang berpikir?<br />Masih dalam perjalanannya, ia terus berusaha melihat keajaiban dari<br />ayat-ayat ataupun ciptaan Allah di sekitarnya, dan memuji Allah ketika<br />memikirkan ini semua. Ketika melihat ke luar melalui jendela mobilnya,<br />ia menyaksikan dunia yang penuh dengan beragam warna. Lalu ia<br />pun berpikir: "Bagaimana segala sesuatu akan terlihat seandainya dunia<br />ini tidak berwarna?"<br />Lihatlah gambar-gambar di bawah dan anda pun mulai berpikir.<br />Apakah kenikmatan yang kita rasakan dari memandang laut, pegunungan<br />atau bunga yang tidak berwarna sebanding dengan sebagaimana<br />yang anda lihat sekarang? Apakah pemandangan langit, buah, kupu-kupu,<br />pakaian dan wajah-wajah manusia sebagaimana yang terlihat oleh<br />anda sekarang memberikan kepuasan? Adalah nikmat dari Tuhan bahwa<br />kita hidup di sebuah dunia yang cerah ceria dan memiliki beragam warna.<br />Setiap warna yang kita lihat di alam, keseimbangan yang sempurna<br />dari warna-warna makhluk hidup, semuanya adalah tanda-tanda tentang<br />karya cipta dan seni khas Allah yang tak tertandingi. Beragam warna dari<br />bunga atau burung; dan keharmonisan atau corak yang anggun antara<br />warna-warna yang ada; bahwa tak satupun warna di alam ini yang<br />mengganggu penglihatan kita; warna lautan, langit, pohon-pohon yang<br />demikian serasi sehingga menimbulkan kedamaian dan tidak melelahkan<br />mata kita, semua ini menunjukkan kesempurnaan ciptaan Allah. Dengan<br />merenungkan beberapa fenomena tersebut, seseorang akan paham bahwa<br />setiap sesuatu yang ia lihat di sekelilingnya adalah hasil dari ilmu dan<br />kekuasaan Allah yang tak terbatas dan absolut. Setelah sadar akan segala<br />nikmat yang Allah anugerahkan ini, ia pun menjadi hamba yang takut kepada<br />Allah dan memohon perlindungan kepada-Nya agar tidak termasuk<br />dalam golongan orang-orang yang tidak bersyukur. Dalam Al-<br />Qur'an, Allah mengisahkan fenomena warna-warna, dan berfirman bahwa<br />hanya mereka yang memiliki pengetahuan, yakni mereka yang menyelami<br />lebih jauh dengan berpikir dan menarik kesimpulan serta pelajaran<br />dari fenomena ini lah yang memiliki rasa takut kepada Allah:<br />"Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit<br />lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam<br />jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan<br />merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.<br />Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-<br />binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya).<br />Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-<br />Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."<br />(QS. Faathir, 35: 27-28).<br />Bagaimana sebuah mobil jenazah yang melintas di<br />jalan mendorong seseorang untuk berpikir?<br />Seseorang yang sedang bergegas menuju ke suatu tempat secara tiba-<br />tiba berpapasan dengan mobil jenazah. Sungguh ini adalah kesempatan<br />yang baik untuk berhenti sejenak dan menenangkan diri. Pemandangan<br />yang ia temui mengingatkannya akan kematian. Suatu hari ia juga<br />akan berada di mobil jenazah itu. Tiada keraguan tentang terhadapnya,<br />tak peduli seberapa besar usaha untuk menghindarinya, cepat atau lam-<br />52 BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />bat kematian pasti akan datang menghampirinya. Tak peduli apakah ia<br />sedang berada di tempat tidurnya, ketika dalam perjalanan, atau ketika<br />berlibur, ia pasti akan meninggalkan dunia ini. Kematian adalah kenyataan<br />yang tidak dapat dihindari.<br />Di saat yang demikian, seorang mukmin teringat akan ayat Allah berikut:<br />"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada<br />Kami kamu dikembalikan. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan<br />amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka<br />pada tempat-tempat yang tinggi di dalam syurga, yang mengalir sungai-<br />sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik<br />pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar dan<br />bertawakkal kepada Tuhannya." (QS. Al-Ankabuut, 29: 57-59).<br />Keyakinan seseorang bahwa jasadnya akan juga dimasukkan dalam<br />peti mati, ditimbun tanah oleh kerabatnya, namanya akan diukir diatas<br />kuburan, akan menghilangkan kecintaannya kepada dunia. Seseorang<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 53<br />Menyaksikan penguburan jenazah<br />hendaknya membuat kita<br />berpikir tentang "kematian<br />kita sendiri" dan tentang kehidupan<br />dunia yang hanya<br />sebentar dan sementara.<br />yang dengan ikhlas dan secara sadar berpikir tentang hal ini paham bahwa<br />tidaklah masuk akal untuk mengklaim kepemilikan tubuh yang suatu<br />hari akan membusuk di dalam tanah.<br />Dalam ayat di atas, Allah memberikan kabar gembira berupa surga<br />setelah kematian kepada mereka yang sabar dan bertawakal kepada Allah.<br />Oleh karenanya, dengan berpikir bahwa suatu hari ia akan mati, seorang<br />mukmin akan berusaha menjalani hidup dengan akhlaq yang baik<br />sebagaimana yang diperintahkan Allah untuk meraih surga. Setiap saat ia<br />teringat akan dekatnya kematian, tekadnya untuk mendapatkan surga semakin<br />menguat dan mendorongnya untuk senantiasa berusaha bertingkah<br />laku sesuai dengan akhlaqnya yang semakin lama semakin baik.<br />Sebaliknya, orang-orang yang condong memikirkan hal-hal yang lain,<br />dan menghabiskan hidup dengan angan-angan kosong, tidak berpikir<br />bahwa suatu hari hal yang sama pasti akan menimpa mereka meskipun<br />mereka berpapasan dengan mobil jenazah, setiap hari melewati kuburan<br />atau bahkan salah satu orang yang paling dicintai meninggal dunia di<br />samping mereka sendiri.<br />Di siang hariÉ<br />Ketika menyaksikan segala peristiwa yang ditemuinya sepanjang<br />hari, orang beriman selalu berpikir tentang tanda-tanda kebesaran Allah<br />dan berusaha untuk memahami makna-makna yang terkandung dalam<br />peristiwa-peristiwa tersebut.<br />Ia menanggapi setiap kebaikan ataupun malapetaka sebagai sesuatu<br />yang memiliki kebaikan sebagaimana dikehendaki Allah. Di mana saja ia<br />berada, di sekolah, di tempat kerja ataupun di pasar, dan dengan berprasangka<br />dan berpikir bahwa Allahlah yang menciptakan setiap sesuatu, ia<br />selalu berusaha memahami keindahan-keindahan dan makna tersembunyi<br />di balik peristiwa-peristiwa yang diciptakan-Nya untuk kemudian<br />menjalani hidup dengan mematuhi ayat-ayat Allah. Sikap orang mukmin<br />ini digambarkan dalam Al-Qur'an:<br />"Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual<br />beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan<br />54 BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 55<br />(dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari<br />itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Mereka mengerjakan yang<br />demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan<br />balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya<br />Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi<br />rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas." (QS. An-Nuur,<br />24: 37-38)<br />Bagaimana orang berpikir ketika menghadapi<br />kesulitan-kesulitan yang ditemuinya dalam pekerjaan?<br />Manusia mungkin menghadapi berbagai macam kesulitan selama<br />satu hari penuh. Namun apapun kesulitan tersebut, hendaklah ia berkeyakinan<br />kepada Allah dan berpikir bahwa "Allah menguji kita dengan sesuatu<br />yang kita kerjakan dan pikirkan dalam hidup di dunia. Ini adalah<br />kenyataan yang sangat penting yang seharusnya tidak pernah kita lupakan<br />sekejap pun. Oleh karenanya, ketika menemui kesulitan dalam setiap<br />hal yang kita lakukan atau pikirkan, sehingga tidak berjalan sebagaimana<br />mestinya, kita hendaknya selalu ingat bahwa semua kesulitan ini<br />telah dihadapkan oleh Allah kepada kita untuk menguji perbuatan kita."<br />Pikiran-pikiran yang muncul dalam benak seseorang ini berlaku untuk<br />semua peristiwa, besar atau kecil, yang ia jumpai sepanjang hari. Sebagai<br />contoh, seseorang membayar lebih tanpa sengaja akibat salah pengertian<br />atau kecerobohan; sebuah file yang telah diselesaikan dalam waktu<br />berjam-jam dengan menggunakan komputer dapat hilang begitu saja<br />akibat terputusnya aliran listrik; seorang pelajar gagal dalam ujian universitas<br />meskipun ia telah belajar secara sungguh-sungguh; seseorang<br />terpaksa menghabiskan harinya menunggu dalam antrian untuk mendapatkan<br />pekerjaan akibat birokrasi yang terlalu rumit; dokumen yang hilang<br />dapat menjadi masalah yang menyebabkan pekerjaan seseorang tidak<br />karuan; seseorang ketinggalan pesawat, atau bus ketika hendak pergi<br />ke suatu tujuan yang mesti dihadirinya seawal mungkinÉAda banyak<br />sekali peristiwa-peristiwa yang dialami seseorang dalam hidup yang dianggapnya<br />merupakan sebuah kesulitan atau "masalah".<br />Ketika mengalami semua peristiwa tersebut, orang yang beriman<br />akan berpikir dan ingat bahwa Allah menguji perilaku dan kesabarannya;<br />sehingga tidaklah masuk akal bagi orang yang yakin bahwa ia akan<br />mati dan mempertanggung jawabkan perbuatannya di akhirat terpengaruh<br />dengan hal-hal serupa dan menghabiskan waktunya dengan perasaan<br />takut dan khawatir akan hal tersebut. Ia paham bahwa ada sebuah kebaikan<br />di balik semua peristiwa ini. Ia tak pernah mengatakan "Aduh"<br />terhadap kejadian apapun. Ia berdoa kepada Allah untuk memudahkan<br />pekerjaan-pekerjaannya dan menjadikan segala sesuatunya sebagai kebaikan.<br />Seseorang wajib berpikir bahwa terdapat kebaikan di semua kejadian yang seolah<br />nampak seperti masalah dan bahwa segala sesuatunya akan berakhir melalui cara<br />yang terbaik dengan pertolongan Allah.<br />Ketika kesulitan tersebut telah berlalu dengan datangnya kemudahan,<br />ia berpikir bahwa ini adalah jawaban dari doanya kepada Allah, Allah<br />mendengarkan dan, kemudian, mengabulkan doa-doanya. Pada akhirnya<br />ia pun bersyukur kepada Allah.<br />Ketika menjalani hari dengan prinsip berpikir seperti ini, maka seseorang<br />tak akan pernah putus harapan, merasa khawatir, menyesal ataupun<br />menderita terhadap apapun yang dialaminya. Ia tahu bahwa Allah<br />telah menciptakan semua ini untuk sebuah kebaikan dan keberkahan. Tidak<br />hanya itu, ia berpikir yang demikian tidak hanya ketika terjadi peristiwa-<br />peristiwa besar yang menimpanya, namun juga di semua hal yang<br />rumit, besar ataupun kecil, yang ia jumpai dalam kehidupan sehari-hari.<br />Coba pikirkan, ada orang yang tidak mendapati urusannya yang<br />penting terselesaikan sebagaimana yang ia kehendaki. Ataupun orang<br />yang ketika hampir saja meraih tujuan, dihadapkan pada sebuah masalah<br />yang serius. Orang ini mendadak menjadi sangat kecewa, merasa khawatir<br />dan tertekan. Pendek kata, dirinya dipenuhi dengan pikiran-pikiran<br />buruk. Sebaliknya, seseorang yag berpikir bahwa ada sesuatu kebaikan<br />pada semua hal, akan berusaha menemukan makna-makna tersembunyi<br />yang Allah tunjukkan padanya melalui peristiwa tersebut. Ia berpikir<br />bahwa mungkin Allah telah melakukan ini semua untuk memberinya peringatan<br />agar lebih berhati-hati dan serius dalam menangani masalah.<br />Dengan demikian, ia pun kembali melakukan persiapan-persiapan yang<br />lebih matang, serta bersyukur kepada Allah sambil mengatakan "mungkin<br />ini membantu mencegah timbulnya malapetaka yang lebih besar lagi".<br />Seseorang yang ketinggalan bus ketika hendak menuju suatu tempat,<br />berpikir: "mungkin keterlambatan dan ketertinggalan saya dari bus<br />tersebut telah menyelamatkan saya dari kecelakaan atau bahaya yang lain".<br />Ia berpikir lagi: "mungkin masih banyak lagi hikmah-hikmah tersembunyi<br />yang serupa". Banyak sekali contoh-contoh semisal yang dapat ditemukan<br />dalam kehidupan manusia. Yang paling penting adalah rencana-<br />rencana seseorang tidak harus selalu terlaksana sesuai dengan yang ia<br />kehendaki. Secara mendadak ia mungkin mendapati dirinya berada dalam<br />situasi yang sangat berbeda dari apa yang ia rencanakan. Dalam kon-<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 57<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />disi yang demikian, seseorang yang berkepribadian dan berperilaku secara<br />tenang serta senantiasa mencari kebaikan dari sebuah peristiwa akan<br />memperoleh keberuntungan. Hal ini dikarenakan Allah berfirman dalam<br />ayat-Nya:<br />"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan<br />boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;<br />Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah,<br />2: 216)<br />Sebagaimana firman Allah di atas, kita tidak mengetahui tetapi Allah<br />mengetahui. Karena itu, hanya Allahlah yang mengetahui apa yang<br />baik dan yang tidak baik untuk kita. Segala yang menimpa manusia hanyalah<br />agar manusia mengambil Allah Yang Maha Pengasih dan Maha<br />Penyayang sebagai tempat mengadu dan meminta pertolongan, serta<br />menyerahkan diri kepada Allah sepenuhnya.<br />Hal-hal yang terpikirkan ketika sedang mengerjakan<br />sesuatuÉ<br />Manakala sedang mengerjakan sesuatu, seharusnya seseorang tidak<br />membiarkan akalnya kosong, akan tetapi senantiasa memikirkan segala<br />sesuatu yang baik. Otak manusia memiliki kemampuan untuk berpikir<br />lebih dari satu hal pada saat yang bersamaan. Seseorang yang sedang<br />mengendarai mobil, membersihkan rumah, bekerja mencari nafkah, berjalan<br />di jalan raya, pada saat yang sama dapat berpikir hal-hal yang baik.<br />Ketika membersihkan rumah, ia bersyukur kepada Allah yang telah<br />memberinya sarana seperti air dan detergen. Sadar bahwa Allah menyukai<br />kebersihan dan orang yang membersihkan diri, ia memandang pekerjaan<br />yang sedang ia lakukan sebagai bentuk ibadah sehingga dengan melakukan<br />hal tersebut ia mengharapkan ridha Allah. Di samping itu, ia merasa<br />bahagia karena telah mempersiapkan tempat yang nyaman untuk<br />orang lain dengan membersihkan tempat tinggalnya.<br />Seseorang yang tengah mengerjakan sesuatu, terus-menerus berdoa<br />kepada Allah dan memohon agar dimudahkan dalam pekerjaannya karena<br />yakin bahwa ia tidak dapat melakukan suatu pekerjaan dengan baik<br />58<br />tanpa pertolongan Allah. Kita mengetahui di dalam Al-Qur'an bahwa para<br />Nabi memberikan contoh kepada kita dengan terus menerus menghadapkan<br />diri mereka kepada Allah dalam kesendirian, dan selalu mengingat<br />Allah ketika mengerjakan sesuatu. Diantara contoh ini adalah Nabi<br />Musa. Beliau menolong dua orang wanita yang ditemuinya dalam perjalanan.<br />Setelah membantu memberikan minum untuk binatang gembalaan<br />mereka, beliau berdoa kepada Allah:<br />"Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana<br />sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia<br />menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang<br />menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan<br />berbuat begitu)?" Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan<br />(ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan<br />(ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut<br />umurnya". Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya,<br />kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoÕa: "Ya<br />Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang<br />Engkau turunkan kepadaku". (QS. Al-Qashas, 28: 23-24)<br />Contoh lain yang kita temui dalam Al-Qur'an yang berkenaan dengan<br />masalah ini adalah Nabi Ibrahim dan Nabi IsmaÕil. Allah menceritakan<br />bahwa kedua Nabi ini memikirkan kemaslahatan orang-orang mukmin<br />yang lain pada saat keduanya sedang melaksanakan suatu pekerjaan.<br />Mereka berdoa kepada-Nya sehubungan dengan pekerjaan yang sedang<br />mereka lakukan:<br />"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah<br />bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada<br />kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar<br />lagi Maha Mengetahui". Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua<br />orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak<br />cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah<br />kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah<br />taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi<br />Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul<br />dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 59<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-<br />Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah<br />yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Baqarah, 2: 127-129)<br />Bagaimana sarang laba-laba mendorong<br />seseorang untuk berpikir?<br />Banyak hal yang dapat dipikirkan oleh seseorang yang menghabiskan<br />harinya dalam rumah. Ketika sedang membersihkan rumah, ia menjumpai<br />seekor laba-laba yang merajut sarangnya di sebuah sudut rumah<br />tersebut. Jika ia menyadari keharusan untuk memikirkan binatang yang<br />seringkali tidak dihiraukan orang ini, ia akan mengerti bahwa pintu pengetahuan<br />telah dibuka untuknya. Serangga kecil yang sedang disaksikannya<br />adalah sebuah keajaiban. Sarang laba-laba tersebut memiliki bentuk<br />simetri yang sempurna. Ia pun kagum terhadap seekor laba-laba yang<br />mungil tetapi memiliki kemampuan dalam membuat sebuah disain sempurna<br />yang sedemikian menakjubkan. Setelah itu ia membuat sebuah<br />pengamatan singkat hingga mendapatkan beberapa fakta lain: serat yang<br />digunakan laba-laba ternyata 30% lebih fleksibel dari serat karet dengan<br />ketebalan yang sama. Serat yang diproduksi oleh laba-laba ini memiliki<br />mutu yang demikian tinggi sehingga ditiru oleh manusia dalam pembuatan<br />jaket anti peluru. Sungguh luar biasa, sarang labalaba<br />yang dianggap sederhana<br />oleh kebanyakan manusia, ternyata<br />terbuat dari bahan yang<br />mutunya setara dengan bahan<br />industri paling ideal di dunia.<br />Ketika menyaksikan disain<br />yang sempurna pada makhluk<br />hidup di sekitarnya, manusia te-<br />60<br />Banyak yang dapat dipikirkan dari disain<br />sarang laba-laba yang sempurna yang<br />dibuat oleh seekor serangga mungil ini.<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 61<br />Banyak pelajaran<br />yang dapat<br />diambil dari<br />seekor lalat<br />yang membersihkan<br />tubuhnya<br />sendiri<br />rus menerus berpikir hingga kemudian mendorongnya untuk menemukan<br />lebih banyak fakta-fakta yang menakjubkan. Ketika mengamati sebuah<br />lalat yang setiap saat dijumpainya namun belum pernah diperhatikannya<br />atau bahkan merasa sangat terganggu dan ingin sekali membunuhnya,<br />ia melihat bahwa serangga tersebut memiliki kebiasaan membersihkan<br />diri sampai bagian-bagian yang terkecil dari tubuhnya sekalipun.<br />Lalat tersebut seringkali hinggap di suatu tempat lalu membersihkan tangan<br />dan kakinya secara terpisah. Setelah itu lalat ini membersihkan debu<br />yang menempel pada sayap dan kepalanya dengan menggunakan tangan<br />dan kakinya secara menyeluruh. Lalat ini terus saja melakukan yang demikian<br />sampai yakin akan kebersihannya. Semua lalat dan serangga<br />membersihkan tubuh mereka dengan cara yang sama: dengan penuh perhatian<br />dan ketelitian sampai ke hal-hal yang kecil sekalipun. Ini menunjukkan<br />adanya satu-satunya Pencipta yang mengajarkan kepada mereka<br />cara membersihkan diri mereka sendiri.<br />Ketika terbang, lalat mengepakkan sayapnya kurang lebih 500 kali<br />setiap detik. Padahal tak satupun mesin buatan manusia yang mampu<br />memiliki kecepatan yang luar biasa ini. Kalaulah ada, mesin itu akan hancur<br />dan terbakar akibat gaya gesek. Namun sayap, otot ataupun persendian<br />lalat ini tidak mengalami kerusakan. Lalat<br />dapat terbang ke arahmanapun tanpa ter62<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />Lebah yang dari dalam<br />tubuhnya menghasilkan<br />madu sebagai obat untuk<br />manusia adalah sesuatu<br />yang patut direnungkan.<br />pengaruh oleh arah dan kecepatan angin. Dengan teknologi yang paling<br />mutakhir sekalipun, manusia masih belum mampu membuat mesin yang<br />memiliki spesifikasi dan teknik terbang yang luar biasa sebagaimana lalat.<br />Begitulah, makhluk hidup yang cenderung diremehkan dan tidak terlalu<br />mendapat perhatian manusia, dapat melakukan pekerjaan yang tak<br />mampu dilakukan manusia. Tidak diragukan lagi, tidaklah mungkin<br />mengklaim bahwa seekor lalat melakukan ini semua semata-mata karena<br />kemampuan dan kecerdasan yang ia miliki. Semua karakteristik istimewa<br />dari lalat adalah kemampuan yang Allah berikan kepadanya<br />Segala sesuatu yang terlihat sepintas oleh manusia ternyata didalamnya<br />terdapat kehidupan, baik yang terlihat ataupun tidak. Tak satu<br />sentimeter persegi pun di bumi ini yang di dalamnya tidak terkandung<br />kehidupan. Manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan adalah<br />makhluk yang mampu dilihat oleh manusia. Namun, masih ada makhluk-<br />makhluk lain yang tidak terlihat oleh manusia akan tetapi manusia<br />sadar akan keberadaannya. Misalnya rumah yang ia diami yang penuh<br />dengan makhluk-makhluk mikroskopis yang disebut "tungau". Demikian<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 63<br />pula halnya dengan udara yang ia<br />hirup, di dalamnya mengandung virus<br />yang tak terhingga banyaknya,<br />atau tanah kebunnya yang mengandung<br />bakteri yang sangat banyak.<br />Seseorang yang merenung tentang<br />keanekaragaman yang luar biasa<br />dari kehidupan di bumi, akan mengetahui kesempurnaan makhlukmakhluk<br />ini. Tiap makhluk yang ia lihat adalah tanda-tanda keagungan<br />karya seni ciptaan Allah, demikian pula halnya dengan keajaiban luar biasa<br />yang tersembunyi dalam makhluk-makhluk mikroskopis tersebut. Virus,<br />bakteri ataupun tungau yang tidak terlihat oleh mata telanjang memiliki<br />mekanisme tubuh yang unik. Habitat, cara makan, sistim reproduksi<br />dan pertahanan mereka semuanya diciptakan oleh Allah. Seseorang<br />yang memikirkan secara mendalam tentang fenomena ini teringat<br />ayat Allah:<br />"Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus)<br />rezkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rezki kepadanya dan kepadamu<br />dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Ankabuut,<br />29: 60)<br />Bagaimana penyakit mendorong seseorang<br />untuk berpikir?<br />Manusia adalah makhluk yang memiliki banyak kelemahan dan harus<br />selalu terus-menerus berusaha untuk mengatasi kelemahan tersebut.<br />Adanya penyakit yang diderita manusia adalah gambaran paling jelas<br />tentang kelemahan tersebut. Oleh karenanya, ketika seseorang atau sahabatnya<br />jatuh sakit, ia hendaknya berpikir tentang makna yang terkandung<br />dari musibah ini. Ketika sedang berpikir, ia memahami bahwa flu<br />yang dianggap sebagai penyakit yang biasa pun memiliki pelajaran-pelajaran<br />yang darinya manusia dapat mengambil hikmah ataupun peringatan.<br />Ketika terjangkiti penyakit tersebut, ia memikirkan hal-hal seperti:<br />pertama, penyebab utama flu adalah virus yang teramat kecil untuk dili-<br />Tungau yang kasat mata<br />64 BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />hat dengan mata telanjang. Akan tetapi, makhluk yang kecil ini sudah cukup<br />untuk membuat manusia yang bobotnya 60-70 kg menjadi kehilangan<br />kekuatan, membuatnya sedemikian lemah sehingga tak mampu berjalan<br />ataupun berbicara sekalipun. Seringkali obat atau makanan yang ia<br />makan tidak membantu meringankan penderitaannya. Satu-satunya<br />yang dapat ia lakukan adalah beristirahat dan menunggu. Dalam tubuhnya,<br />berlangsung sebuah peperangan yang ia tak pernah mampu untuk<br />campur tangan, dengan kata lain ia dibuat lumpuh tak berdaya melawan<br />organisme yang sangat kecil. Dalam keadaan yang demikian, ia hendaknya<br />mengingat ayat Allah:<br />"(Yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki<br />aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku,<br />dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan<br />mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang<br />amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat".<br />(Ibrahim berdo'a): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah<br />aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh". (QS. Asy-<br />SyuÔaraa, 26: 78-83)<br />Seseorang yang terjangkiti penyakit apapun hendaknya membandingkan<br />sikapnya ketika sehat dan setelah pulih dari sakit, kemudian berpikir<br />tentang hal tersebut. Seharusnya ia menyadari keadaanya yang lemah<br />ketika sakit, perasaan ketergantungan kepada Allah yang sangat.<br />Hal ini tercermin, misalnya, dalam keikhlasan dan kekhusuÕannya ketika<br />berdoa kepada Allah menjelang dioperasi.<br />Sebaliknya, ketika mengetahui orang<br />lain sedang menderita sakit, ia hendaknya<br />segera bersyukur kepada Allah sambil ber-<br />Virus yang tidak<br />dapat dilihat dengan<br />mata telanjang<br />mampu membuat<br />tubuh manusia<br />yang besar tergeletak<br />di tempat tidur.<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 65<br />pikir tentang keadaannya yang sehat. Manakala melihat orang yang cacat<br />kaki, misalnya, orang beriman memikirkan bahwa kakinya adalah nikmat<br />yang sangat besar dan penting bagi dirinya. Ia memahami bahwa kemampuannya<br />untuk berjalan atau berlari ke manapun serta melakukan<br />segala sesuatu tanpa bantuan orang lain sejak bangun tidur di pagi hari<br />adalah nikmat dari Allah. Dengan membuat perbandingan seperti ini, ia<br />akan lebih memahami besarnya nikmat yang telah didapatkannya.<br />Bagaimana seseorang berpikir ketika bertemu dengan<br />orang yang arogan, tidak sopan, suka menyinggung<br />perasaan orang lain dan berperangai buruk?<br />Ketika berada di kantor atau sekolah sepanjang hari, seseorang akan<br />bertemu dengan berbagai tipe manusia. Sebagian dari mereka mungkin<br />tidak berakhlaq baik dan tidak takut kepada Allah. Seorang mukmin<br />yang bertemu dengan orang-orang ini tidak akan terpengaruh oleh keadaan<br />mereka, sebaliknya tetap istiqomah dengan akhlaq luhurnya sebagaimana<br />yang diajarkan Allah. Ia memahami bahwa penyebab perilaku<br />buruk mereka adalah ketiadaan rasa takut kepada Allah serta ingkar kepada<br />hari akhir. Gambaran berikut ini lalu muncul dalam benaknya: Allah<br />telah memperingatkan tentang siksa neraka dan memerintahkan manusia<br />agar memikirkan adzabnya yang kekal, sehingga manusia mau<br />memperbaiki perilaku mereka dalam kehidupan dunia, kembali kepada<br />Allah dengan merendahkan diri dan melaksanakan ajaran agama secara<br />ikhlas. Seandainya seseorang menyadari bahwa ia sedang berhadapan<br />dengan ancaman yang sedemikian berat dan serius, ia pasti akan melakukan<br />segala sesuatu agar dapat meloloskan diri dari ancaman tersebut. Sebaliknya<br />mereka yang tidak memikirkannya, sehingga tidak memahami<br />betapa seriusnya ancaman tersebut, akan berperilaku seolah-olah tempat<br />yang penuh dengan bara dan siksaan yang dipersiapkan untuk mereka<br />itu tidak lah ada.<br />Sadar akan kenyataan ini, beberapa hal penting lain terlintas dalam<br />pikirannya: ketika dikumpulkan di tepi jurang neraka, perilaku orangorang<br />yang berperangai buruk tersebut akan berbeda sama sekali dengan<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />perilaku mereka ketika di dunia.<br />Orang yang ketika masih hidup di<br />dunia berperangai buruk, tidak malu<br />untuk bertindak yang semenamena<br />dan arogan akan memiliki<br />ekspresi muka, sikap dan cara berbicara<br />yang tidak seperti biasanya pada<br />hari penghisaban, yakni ketika ia<br />diseret ke depan jurang neraka dan<br />terus menerus disiksa.<br />Atau jika orang yang agresif,<br />kasar dan seringkali melakukan tindak<br />kejahatan dan tidak memiliki<br />rasa kemanusiaan dibawa ke tepi jurang<br />neraka, ia akan merasakan penyesalan<br />yang abadi ketika melihat<br />adzab neraka.<br />Seseorang selalu mengemukakan<br />berbagai macam alasan untuk<br />tidak menjalankan agama dan tidak melaksanakan ibadah dalam hidupnya<br />di dunia. Namun ia tidak akan dapat mengatakan alasan-alasan tersebut<br />ketika diperintah melaksanakan sholat pada saat sedang menanti di<br />depan gerbang neraka.<br />Orang yang takut kepada Allah tidak pernah melupakan kenyataan<br />ini. Karena senantiasa memikirkan siksa neraka, ia mengetahui mana perilaku,<br />kata-kata yang benar serta akhlaq yang baik. Dengan keyakinan<br />yang kuat dan senantiasa mengingat keberadaan neraka, ia selalu berbuat<br />seolah-olah ia berada sangat dekat dengan neraka, dan memikirkan<br />bahwa ia akan dimintai pertanggungjawaban atas segala sesuatu yang ia<br />kerjakan.<br />Allah menyeru manusia untuk memikirkan neraka dan hari penghisaban:<br />"Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan<br />(dimukanya), begitu juga kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin<br />66<br />"(Yaitu) orang-orang<br />yang menjadikan agama<br />mereka sebagai<br />main-main dan senda<br />gurau, dan kehidupan<br />dunia telah menipu<br />mereka." Maka pada<br />hari (kiamat) ini,<br />Kami melupakan<br />mereka sebagaimana<br />mereka melupakan<br />pertemuan mereka<br />dengan hari ini, dan<br />(sebagaimana) mereka<br />selalu mengingkari<br />ayat-ayat Kami." (QS.<br />Al-AÕraaf, 7: 51)<br />kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah<br />memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang<br />kepada hamba-hamba-Nya". (QS. Aali ÔImraan, 3: 30)<br />Ketika sedang makanÉ<br />"Allah lah yang menjadikan bumi bagi kamu<br />sebagai tempat menetap dan langit sebagai<br />atap, dan membentuk kamu lalu membaguskan<br />rupamu serta memberi kamu rezki<br />dengan sebahagian yang baik-baik. Yang demikian<br />itu adalah Allah Tuhanmu, Maha<br />Agung Allah, Tuhan semesta alam." (QS.<br />Ghaafir, 40:64)<br />Allah telah menyediakan untuk manusia<br />berbagai jenis makanan dan minuman yang<br />baik, bersih dan lezat di dunia. Sudah barang<br />tentu, semua ini adalah bentuk kasih sayang Allah<br />yang tak terhingga terhadap manusia. Meskipun<br />manusia mampu bertahan hidup hanya<br />dengan satu jenis makanan dan minuman, akan<br />tetapi Allah telah menganugerahkan kepada<br />mereka kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya<br />dengan menciptakan beragam makanan:<br />buah-buahan, sayur-sayuran dan berbagai macam jenis dagingÉ<br />Mengetahui bahwa segala kebaikan berasal dari Allah, orang yang<br />beriman akan memikirkan semua ini dan bersyukur kepada Allah setiap<br />saat ketika duduk di depan meja makan dan bersiap-siap menikmati hidangan.<br />Bagaimana buah-buahan yang disajikan mendorong<br />seseorang untuk berpikir?<br />Dalam banyak ayat Al-Qur'an, disebutkan bahwa Allah telah memberi<br />nikmat kepada manusia dengan beraneka ragam buah-buahan yang<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 67<br />Allah telah memberikan<br />manusia beragam jenis<br />makanan. Adanya ribuan<br />jenis makanan dengan rasa<br />dan aroma yang<br />bermacam-macam adalah<br />bukti kasih sayang<br />Allah kepada manusia.<br />disajikan kepada seseorang<br />ketika sedang makan.<br />Di atas meja makan dihidangkan<br />berbagai macam sayur-sayuran yang<br />sebelumnya tumbuh di atas tanah; dan makanan<br />yang dihasilkan dari hewan. Sesuai<br />fitrahnya, manusia diciptakan untuk menikmati<br />makanan-makanan ini. Selain memiliki kelezatan<br />yang berbeda-beda, pada saat yang bersamaan<br />makanan tersebut juga diperlukan untuk kelangsungan<br />hidup manusia. Marilah kita berpikir: apa<br />yang terjadi seandainya makanan-makanan yang penting<br />untuk kehidupan manusia ini tidak memiliki rasa, atau mempunyai<br />rasa yang tidak sedap? Atau jika makanan-makanan ini<br />berbahaya bagi tubuh kita kendatipun rasanya enakÉ.Atau seandainya<br />terdapat hanya beberapa jenis makanan yang dapat kita<br />makan untuk kelangsungan hidup? Yang menyebabkan makanan<br />dan minuman yang dihidangkan di hadapan anda tidak berasa hambar<br />adalah karena kebaikan dan kasih sayang Allah kepada anda. Bahkan<br />jika seseorang berpikir tentang buah-buahan saja, ia akan mengetahui<br />dan mengakui kebaikan Allah kepadanya.<br />Ketika melihat beragam jenis buah-buahan di atas meja makan di hadapannya,<br />seseorang yang mempunyai nalar akan berpikir: tanaman<br />yang tumbuh dari tanah atau lumpur hitam akan tetapi menghasilkan<br />buah-buahan dengan beragam warna dan aroma, serta daging buah yang<br />bersih dengan rasa yang sangat enak, adalah nikmat yang sangat besar<br />yang Allah berikan kepada manusia.<br />Pisang, tangerine, jeruk, melon, semangka serta semua buah-buahan<br />yang diciptakan beserta kulit pembungkus daging buah, memiliki kulit<br />yang mampu melindungi buah-buahan dari kebusukan dan kerusakan.<br />Kulit pembungkus ini juga berfungsi memelihara aroma buah. Segera setelah<br />kulit ini dikupas dan dibuang, daging buah tersebut perlahan-lahan<br />berubah menjadi hitam dan rusak.<br />Ketika diamati satu persatu, buah-buahan tersebut kelihatan memi"<br />Allah-lah yang telah menciptakan<br />langit dan bumi dan menurunkan<br />air hujan dari langit, kemudian Dia<br />mengeluarkan dengan air hujan itu<br />berbagai buah-buahan menjadi rezki<br />untukmu..." (QS. Ibrahim, 14: 32)<br />liki banyak keunikan. Tangerine dan<br />jeruk, misalnya, diciptakan dalam<br />keadaan telah bersekat-sekat. Seandainya<br />jeruk dan tangerine memiliki<br />bentuk yang utuh tanpa sekat,<br />seseorang akan merasa sulit<br />untuk memakan buah-buahan<br />yang banyak mengandung air ini.<br />Namun Allah telah menciptakannya<br />dalam keadaan tersekat-sekat<br />sebagai kemudahan dan nikmat<br />tambahan untuk manusia. Tidak<br />perlu disanksikan lagi, disain<br />yang sangat indah, tanpa cacat,<br />dan demikian sempurna sehingga<br />pas dengan kebutuhan adalah satu<br />diantara karakteristik ciptaan<br />Allah Yang Maha Mengetahui.<br />Contoh lain adalah strawberi,<br />buah dengan bentuk dan rasa yang<br />sangat khusus. Bentuk dan rupa permukaannya<br />kelihatan seakan-akan buah<br />strawberi sengaja dibentuk dengan sangat<br />hati-hati. Warna merah segar yang dihiasi<br />dengan dedaunan hijau ini hanyalah bagian<br />yang amat kecil dari daya cipta Allah yang<br />tak tertandingi. Manisnya bau dan rasa, ketiadaan<br />akan biji serta kulit pembungkus<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />buah sehingga mudah untuk dimakan, mengingatkan orang akan buahbuahan<br />surga. Buah, yang tanamannya tumbuh di atas tanah dan memiliki<br />warna yang sedemikian indah dan menawan, menunjukkan kepada<br />kita tentang Tuhan kita yang telah menciptakan buah tersebut tanpa ada<br />bandingannya. Dia lah yang telah mewujudkan Seni, Kebijaksanaan serta<br />Ilmu-Nya pada segala sesuatu yang Dia ciptakan.<br />Keberadaan buah-buahan yang beraneka ragam di setiap musim<br />yang berbeda adalah hal lain yang patut untuk direnungkan. Adalah sebuah<br />nikmat dan kebaikan dari Allah kepada manusia bahwa, sebagai<br />contoh, ketika musim dingin dimana manusia membutuhkan vitamin dalam<br />jumlah besar, tersedia buah-buahan yang banyak mengandung vitamin<br />C seperti tangerine, jeruk dan grapefruit. Sebaliknya di musim panas,<br />buah-buahan semisal ceri, melon, semangka dan persik yang melegakan<br />dahaga begitu berlimpah.<br />Ketika kita memandang pohon dengan buah-buahnya yang bergelantungan<br />di dahan atau ketika tanaman tersebut sedang ditanam terdapat<br />sebuah kenikmatan tersendiri yang Allah berikan. Pemandangan ratusan<br />buah-buahan di atas batang pohon yang kering dan menempel kuat<br />pada dahannya, yang di dalamnya mengandung air dan sebagian diantaranya<br />terlihat seakan-akan permukaan luar kulit buah tersebut terpoles<br />hingga mengkilat, adalah bukti bahwa setiap buah-buahan tersebut<br />telah diciptakan oleh Allah. Sebagai contoh, buah anggur terlihat seolaholah<br />telah di letakkan pada ranting-ranting tanaman anggur satu demi satu.<br />Allah telah menciptakan buah-buahan tersebut penuh keunikan keunikan<br />tanpa ada duanya. Ketika masih berada di dahan tanaman, anggur<br />dibentuk dan ditampilkan sedemikian rupa agar menarik manusia.<br />Dengan alasan ini, ketika menggambarkan surga dalam Al-Qur'an: "Dan<br />naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya<br />dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya." (QS. Al-Insaan, 76:14),<br />Allah menyatakan bahwa buah-buahan di surga mudah dipetik.<br />Sudah pasti bahwa yang disebutkan disini hanyalah contoh-contoh<br />yang jumlahnya terbatas. Segala nikmat yang Allah ciptakan terlalu banyak<br />untuk dapat dihitung. Orang yang menyadari akan hal tersebut ketika<br />berada di meja makan akan teringat ayat Allah yang lain:<br />70<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 71<br />"Maka apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak<br />dapat menciptakan (apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil<br />pelajaran. Dan jika kamu menghitung-hitung ni'mat Allah, niscaya<br />kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-<br />benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nahl, 16:<br />17-18)<br />Bagaimana rasa dan bau mendorong seseorang berpikir?<br />Dengan senantiasa berpikir sebagaimana telah diuraikan di atas, manusia<br />akan lebih menyadari tentang keindahan dan ketelitian dalam ciptaan<br />Allah. Ketika merenung tentang semua ini, orang yang sadar akan<br />berpikir bahwa kebahagiaan yang mucul ketika sedang merasakan nikmat-<br />nikmat yang Allah berikan adalah sebuah kebaikan yang besar. Ia ingat<br />bahwa indra pengecap dan penciuman telah menolong kita merasakan<br />berbagai keindahan di dunia. Tanpa memiliki indra penciuman, kita<br />tidak akan mampu menikmati keharuman sekuntum bunga mawar, buah-<br />buahan yang kita makan atau daging panggang sebagaimana yang kita<br />rasakan saat ini. Tanpa indra pengecap, kita tidak dapat merasakan rasa<br />coklat yang khas, permen, daging, strawberi dan rasa lezat yang lain.<br />Hendaknya tidak dilupakan bahwa mungkin saja kita hidup di dunia<br />yang tidak memiliki warna, rasa dan aroma. Dan jika Allah tidak<br />memberikan segala kenikmatan ini, kita tidak akan mendapatkannya<br />dengan cara apapun. Namun Allah telah memberikan nikmat yang tak<br />berhingga kepada manusia dengan menciptakan rasa dan bau juga sistim<br />indera untuk merasakannya.<br />Ketika berjalan-jalan di tamanÉ.<br />Bagaimana keindahan alam mendorong seseorang berpikir?<br />Ketika melihat keindahan-keindahan di alam seseorang yang beriman<br />kepada Allah memuji Allah dengan mengagungkan-Nya. Ia sadar<br />bahwa Allah telah menciptakan segala keindahan yang ada. Ia tahu bahwa<br />segala keindahan ini adalah kepunyaan Allah dan merupakan perwujudan<br />dari sifat-Nya Yang Maha Indah (Al-Jamaal).<br />Setiap pemandangan yang kita<br />nikmati dengan cara melihatnya,<br />menampilkan kepada kita karya seni<br />Allah. Saat menyaksikan keindahan<br />taman, seseorang hendaknya berkata,"<br />Maasyaa Allaahu, laa quwwata illaa<br />billaah (Ini adalah sebagaimana<br />dikehendaki Allah, tiada daya dan<br />kekuatan kecuali dari Allah).<br />Ketika berjalan-jalan mengelilingi alam sekitar, seseorang merasakan<br />keindahan-keindahan yang lebih terasa dari sebelumnya. Dari sebatang<br />rumput hingga setangkai bunga daisy kuning, dari burung hingga semut,<br />segala sesuatunya penuh dengan kerumitan yang memerlukan perenungan.<br />Ketika merenungkan yang demikian, manusia akan memahami kekuasaan<br />dan kebesaran Allah.<br />Kupu-kupu, misalnya, adalah makhluk yang sangat indah dan elok<br />untuk dilihat. Kupu-kupu, yang memiliki sayap dengan simetri dan disain<br />semacam renda yang demikian teliti sehingga terlihat seolah-olah dilukis<br />dengan tangan, dengan warna yang harmoni dan dipenuhi fosfor sehingga<br />berpendar, adalah bukti daya seni yang tak tertandingi dari ciptaan<br />Allah.<br />Banyaknya jenis tanaman dan pohon yang tak terhitung di muka bumi<br />merupakan bagian dari keindahan ciptaan Allah. Bunga-bunga den-<br />Segala keindahan yang disaksikan manusia di<br />alam adalah bukti dari daya cipta Allah yang<br />tinggi dan unik. Surga jauh lebih sempurna<br />dibandingkan dengan keindahan di dunia.<br />74 BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />gan warna yang beraneka-ragam dan berbagai bentuk pepohonan telah<br />diciptakan sedemikian rupa sehingga memberikan kenyamanan bagi manusia.<br />Seseorang yang memiliki keimanan akan berpikir bagaimana bunga<br />seperti mawar, violet, daisy, hyacinth, anyelir, anggrek dan bunga-bunga<br />lainnya memiliki permukaan yang sedemikian mulus, bagaimana mereka<br />muncul dari biji-biji mereka dalam keadaan yang halus sama sekali<br />tanpa ada lipatan-lipatan, bagaikan telah disetrika.<br />Satu lagi keajaiban ciptaan Allah adalah aroma sedap yang menakjubkan<br />dari bunga-bunga ini. Mawar, misalnya, memiliki wangi yang tidak<br />pernah berubah yang selalu dikeluarkannya. Bahkan dengan teknologi<br />paling maju sekalipun, bau yang menyamai mawar tidak dapat dibuat.<br />Penelitian di laboratorium-laboratorium untuk menyerupai bau ini belum<br />mendatangkan hasil yang memuaskan. Aroma parfum yang diproduksi<br />dengan meniru bau mawar pada umumnya memiliki bau harum<br />yang sedemikian kuat sehingga mengganggu orang. Tetapi bau asli dari<br />bunga mawar tidak menimbulkan gangguan apapun bagi manusia.<br />Orang yang beriman sadar bahwa segala sesuatu ini diciptakan Allah<br />agar ia memuji-Nya, untuk menunjukkan kepadanya karya seni dan<br />ilmu Allah dari keindahan-keindahan yang ia ciptakan. Sadar akan hal<br />ini, seseorang yang menyaksikan keindahan kebun ketika sedang berjalan-<br />jalan akan mengagungkan Allah seraya mengatakan, "Maa syaa Allahu,<br />laa quwwata illaa billaah (sungguh atas kehendak Allah semua ini<br />Bunga yang muncul dari kuncupnya<br />tanpa lipatan seolah-olah<br />telah disetrika<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 75<br />terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)" (QS. Al-<br />Kahfi, 18: 39). Ia ingat bahwa Allah telah memberikan segala keindahan<br />ini untuk kepentingan manusia dan Dia akan memberikan kenikmatankenikmatan<br />luar biasa kepada orang-orang mukmin yang tidak ada bandingannya<br />di akhirat; sehingga kecintaannya kepada Allah semakin bertambah.<br />Sudahkah anda merenungkan tentang seekor semut<br />yang anda lihat ketika berjalan di sebuah taman?<br />Manusia pada umumnya tidak begitu memperhatikan pentingnya<br />berpikir tentang beragam makhluk hidup yang mereka lihat di sekitarnya.<br />Mereka tidak membayangkan bahwasanya benda-benda hidup yang<br />mereka jumpai setiap hari tersebut memiliki ciri-ciri yang sangat menarik.<br />Sebaliknya, bagi seseorang yang beriman, setiap makhluk hidup ciptaan<br />Allah memiliki karakteristik yang menunjukkannya sebagai sebuah<br />ciptaan yang sempurna. Semut adalah salah satu diantaranya.<br />Sewaktu berjalan-jalan di taman, orang yang beriman tidak memalingkan<br />muka ketika melihat seekor semut. Dengan mengamati ciri-cirinya<br />yang mengagumkan, ia menyaksikan kesempurnaan ciptaan Allah.<br />Bahkan dengan hanya mengamati cara berjalan seekor semut pun<br />dapat mendorong akal kita untuk berpikir. Semut menggerakkan kaki-kakinya<br />yang sangat kecil secara berurutan dan sangat terorganisir, mengetahui<br />dengan baik dan sempurna kaki yang mana yang seharusnya melangkah<br />terlebih dahulu untuk<br />kemudian diikuti kaki yang lain.<br />Ia dapat berjalan dengan<br />sangat cepat tanpa lelah.<br />Serangga mungil ini<br />mampu mengangkat beban<br />Seekor semut yang sangat<br />sibuk membawa makanan ke<br />dalam sarangnya.<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />yang bobotnya jauh lebih berat dibanding tubuhnya, dan membawanya<br />ke sarang sendirian. Ia mampu menempuh perjalanan yang jaraknya sangat<br />jauh dibandingkan dengan panjang tubuhnya yang sangat pendek. Di<br />atas tanah yang rata dan tidak berjejak, tanpa penunjuk arah, semut dapat<br />dengan mudah menemukan sarangnya. Kendatipun lubang masuk<br />sarang terlalu kecil bagi manusia untuk menemukannya, semut tidak merasakan<br />kebingungan dan menemukan sarang tersebut, tak menjadi soal<br />dimana sarang tersebut berada.<br />Ketika sedang berada di kebun dan melihat semut-semut yang berbaris<br />satu dengan yang lain, bekerja keras dan bersemangat mengangkut<br />makanan ke dalam sarangnya, seseorang tak mampu berhenti bergumam<br />dalam hati mengapa makhluk yang mungil ini kelihatan seolah-olah bekerja<br />begitu keras. Seseorang kemudian menyadari bahwa semut tersebut<br />mengumpulkan makanan tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga<br />untuk para anggota koloni semut yang lain, untuk sang ratu dan bayi-bayi<br />semut. Bagaimana semut yang mungil yang tidak memiliki otak yang<br />sempurna akan tetapi mampu berperilaku rajin, disiplin dan berkorban<br />untuk orang lain adalah sesuatu yang perlu untuk direnungkan. Setelah<br />memikirkan secara mendalam tentang fenomena-fenomena ini, seseorang<br />mencapai sebuah kesimpulan: semut, sebagaimana makhluk hidup<br />yang lain, berperilaku dengan mengikuti petunjuk Allah dan mematuhi<br />perintah-perintah-Nya saja.<br />Bagaimana gerakan tanaman merambat mendorong<br />seseorang berpikir?<br />Orang mukmin yang sedang berjalan di sebuah taman juga memikirkan<br />tentang tanaman yang merambat, yang juga dikenal dengan istilah<br />ivy, yang ia temui, yang merupakan satu dari nikmat-nikmat yang Allah<br />ciptakan.<br />Bagi orang yang berpikir, di setiap benda hidup terdapat tanda-tanda<br />yang dapat dijadikan pelajaran. Sebagai contoh, ivy yang melingkarkan<br />tubuhnya mengelilingi sebuah dahan atau benda lain adalah fenomena<br />yang perlu dipikirkan secara seksama. Jika pertumbuhan ivy direkam<br />76<br />dan dipertunjukkan ulang dengan cepat, akan terlihat bahwa ivy bergerak<br />seolah-olah ia adalah makhluk yang memiliki kesadaran. Ia seolaholah<br />melihat dahan yang berada tepat di hadapannya, lalu ia mengulurkan<br />dirinya ke arah dahan tersebut dan mengikatkan diri ke dahan seperti<br />tali lasso. Kadangkala ia melingkari dahan tersebut beberapa kali untuk<br />menguatkan ikatan dirinya terhadap dahan. Ia tumbuh sangat cepat dengan<br />cara yang demikian dan ketika telah sampai di ujung dahan, ia tumbuh<br />dengan mengikuti arah baru yakni kembali tumbuh melingkari dahan<br />dengan arah ke belakang, atau tumbuh kebawah. Seorang mukmin<br />yang menyaksikan semua ini kembali sadar bahwa Allah telah menciptakan<br />semua benda hidup, dan bahwa Dia menciptakannya sebagai sistim<br />yang unik dan tanpa cacat.<br />Ketika seseorang terus mengamati gerakan-gerakan ivy, ia menemukan<br />satu ciri menarik lain dari tumbuhan tersebut. Ia melihat bahwa ivy<br />dengan kuat melekatkan dirinya di atas permukaan dimana ia berada<br />dengan menjulurkan lengan-lengan sampingnya. Bahan yang kental<br />yang diproduksi oleh tanaman yang tidak memiliki kesadaran tersebut<br />merekat sedemikian kuat sehingga ketika tanaman ini dicoba untuk dipindahkan<br />dengan cara menariknya dari tempat ia berada, maka cat yang<br />Ivy melingkarkan dirinya mengitari sebuah benda<br />menyerupai gerakan makluk yang memiliki kesadaran.<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />ada ditembok akan ikut terangkat juga.<br />Keberadaan tanaman yang merambat sebagaimana diuraikan atas<br />menunjukkan kepada orang mukmin yang melihat dan kemudian memikirkannya,<br />akan kekuasaan Allah, Pencipta tanaman tersebut.<br />Bagaimana pepohonan mendorong seseorang untuk<br />berpikir?<br />Setiap hari kita melihat pepohonan di berbagai tempat; akan tetapi,<br />pernahkan kita memikirkan bagaimana air dapat mencapai daun yang<br />paling jauh letaknya di ujung teratas dari sebuah pohon yang tinggi? Kita<br />akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang keluarbiasaan<br />ini dengan membuat sebuah perbandingan. Tidaklah mungkin bagi air<br />dalam sebuah tanki di bagian bawah bangunan anda untuk naik ke lantai<br />yang lebih atas tanpa adanya sebuah tanki hidroforik atau mesin pompa<br />air yang kuat. Anda tidak akan mampu memompa air kendatipun<br />hanya sampai ke lantai pertama. Oleh karena itu, sudah seharusnya ada<br />sistim pemompaan yang mirip dengan mesin hidrofonik yang dimiliki<br />oleh pohon. Jika tidak, mustahil air akan dapat mencapai batang pohon<br />dan cabang-cabangnya di bagian atas sehingga pohon-pohon tersebut<br />akan segera mati.<br />Namun Allah telah menciptakan untuk tiap-tiap pohon semua sarana<br />dan perlengkapan yang diperlukan. Tambahan lagi, sistim pemompaan<br />di setiap pohon terlalu canggih dibandingkan dengan yang ada di bangunan<br />tempat tinggal manusia. Ini adalah satu diantara beragam hal yang<br />hendaknya dipikirkan oleh seseorang ketika sedang menyaksikan tanaman-<br />tanaman tersebut. Dan pemikiran semacam ini hanya akan muncul<br />jika ia senantiasa melihat ke segala sesuatu dengan menggunakan "mata<br />yang benar-benar melihat", yakni melihat sambil memikirkan secara<br />mendalam tentang apa yang sedang dilihatnya.<br />Hal lain yang dapat dipikirkan berhubungan dengan dedaunan. Ketika<br />memandang sebuah pohon, seseorang yang merenungkan segala sesuatu<br />yang dilihatnya tidak akan menganggap daun-daun pohon tersebut<br />sebagai bentuk-bentuk sederhana sebagaimana ia terbiasa untuk me-<br />78<br />Dedaunan yang hijau cerah, hidup dan<br />tumbuh keluar dari sebuah batang kayu<br />yang kering. Air dapat mencapai pembuluh-<br />pembuluh (yang mirip benang)<br />pada daun-daun yang berada<br />pada tempat yang sangat<br />tinggi di atas pohon. Daundaun<br />tidak menderita kekeringan<br />di bawah sengatan<br />terik matahari....<br />Ini semua<br />hanyalah sedikit<br />dari hal-hal<br />yang sangat<br />banyak yang hendaknya<br />mendorong<br />seseorang<br />berpikir tentang<br />pohon.<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />lihatnya. Ia berpikir berbagai hal yang belum pernah terpikirkan oleh<br />orang lain. Dedaunan, misalnya, adalah sesuatu yang rentan dan mudah<br />rusak. Namun, daun-daun ini tidak kering kerontang karena panasnya terik<br />sinar matahari yang menyengat. Ketika seorang manusia berada pada<br />suhu 40oC dalam waktu yang sebentar, warna kulitnya berubah, ia menderita<br />dehidrasi. Sebaliknya, daun mampu untuk tetap hijau di bawah<br />panas matahari yang menyengat tanpa terbakar selama berhari-hari, bahkan<br />berbulan-bulan meskipun sangat sedikit sekali jumlah air yang mengalir<br />melalui pembuluh-pembulunya yang mirip benang. Ini adalah sebuah<br />keajaiban penciptaan yang menunjukkan bahwa Allah menciptakan<br />segala sesuatu dengan ilmu yang tak tertandingi. Berpikir tentang keajaiban<br />ciptaan tersebut, seseorang yang beriman mampu sekali lagi melihat<br />kebesaran Allah untuk kemudian mengagungkan-Nya.<br />Ketika sedang membaca surat kabar, melihat TV...<br />Orang-orang mengikuti berita melalui berbagai surat kabar dan TV<br />di siang hari ataupun setelah mereka kembali ke rumah di petang hari.<br />Dalam laporan berita tersebut, banyak pemberitaan-pemberitaan yang<br />dapat dipikirkan dan dilihat atau diambil darinya peringatan serta tandatanda<br />kekuasaan Allah oleh orang-orang yang memiliki nalar.<br />Bagaimana jumlah kasus kejahatan, penyerangan dan<br />pembunuhan mendorong seseorang untuk berpikir?<br />Setiap hari, melalui surat kabar lokal maupun berita televisi, seseorang<br />mengetahui adanya kasus pembunuhan, penganiayaan, pencurian,<br />perampokan, penipuan dan bunuh diri. Kejadian yang sering ini, serta<br />kebanyakan manusia yang begitu cenderung melakukan tindak kriminal<br />tersebut memperlihatkan akibat yang diderita oleh manusia yang hidupnya<br />tidak berlandaskan agama Allah. Penculikan yang dilakukan<br />oleh seseorang terhadap seorang anak kecil untuk mendapatkan uang tebusan<br />yang menyebabkannya dihantui oleh perasaan takut yang sangat<br />termasuk upaya pembunuhan terhadapnya; seseorang yang menodongkan<br />senapannya ke arah orang lain lalu menembaknya tanpa ragu-ragu;<br />80<br />seseorang yang menerima uang suap, melakukan bunuh diri atau penipuan<br />ÉSemua ini adalah indikasi bahwa para pelaku tindak kriminal tersebut<br />tidak takut kepada Allah dan tidak yakin akan keberadaan hari akhirat.<br />Seseorang yang takut kepada Allah dan mengetahui bahwa ia akan<br />dihisab di hari akhir tidak akan pernah berani melakukan satu pun dari<br />berbagai kejahatan tersebut. Sebab semuanya adalah perbuatan yang<br />akan dibalas dengan api neraka di akhirat.<br />Mungkin ada yang berkata:"Saya seorang ateis. Saya tidak percaya<br />kepada Allah, tapi saya tidak menerima uang suap". Pernyataan orang<br />yang tidak takut kepada Allah ini tidak meyakinkan sama sekali. Sangat<br />mungkin bahwa komitmen dalam memegang janjinya akan melemah ketika<br />kondisi berubah. Sebagai contoh, jika ia harus mendapatkan uang<br />untuk keperluan yang sangat mendesak, dan kebetulan berada pada kondisi<br />yang memungkinkannya untuk mencuri atau menerima uang suap,<br />ia dapat saja tidak memegang janjinya. Hal yang sama dapat berlaku ketika<br />nyawanya berada dalam bahaya. Kendatipun ia dapat menahan diri<br />dari mengambil uang suap dalam situasi yang sulit, ia mungkin cenderung<br />untuk melakukan perbuatan terlarang lainnya. Sebaliknya, orang<br />yang beriman tidak pernah melakukan apapun yang tidak mampu dipertanggung<br />jawabkannya di akhirat.<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 81<br />Dalam masyarakat yang<br />memiliki rasa takut kepada<br />Allah, tak satupun dari pemandangan<br />ini terjadi.<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />Jadi, penyebab semua tindak kejahatan tersebut, yang mendorong<br />kita melakukan protes dan berteriak,"apa yang terjadi pada masyarakat<br />kita!" melalui surat kabar, TV, kantor-kantor pada hakikatnya adalah jauhnya<br />mereka dari agama. Ketika menyaksikan berita-berita sebagaimana<br />di atas, orang yang beriman tidak memalingkan muka, sebaliknya mereka<br />berpikir bahwa satu-satunya jalan keluar adalah untuk menyampaikan<br />ajaran agama dan menghidupkan nilai-nilai akhlaq dalam masyarakat.<br />Sebab dalam masyarakat yang terdiri atas orang-orang yang takut kepada<br />Allah dan tahu bahwa mereka akan mempertanggung jawabkan<br />perbuatannya di akhirat, tidaklah mungkin semua peristiwa ini terjadi.<br />Dalam masyarakat yang demikian, kedamaian dan keamanan akan dinikmati<br />pada puncaknya.<br />Bagaimana acara diskusi TV sampai pagi hari<br />mendorong seseorang berpikir?<br />Bagi seseorang yang terus-menerus berpikir mendalam tentang segala<br />yang ia lihat di sekitarnya, acara-acara diskusi yang disiarkan melalui<br />TV pun dapat dijadikan bahan renungan.<br />Acara-acara tersebut menampilkan tokoh-tokoh serta para ahli di bidang<br />yang sedang menjadi topik hangat di hari itu. Mereka mendiskusikan<br />sebuah topik selama berjam-jam, namun tak seorang pun di antara<br />mereka mampu memberikan jalan keluar atau mencapai sebuah kesimpulan.<br />Padahal mereka yang menghadiri acara diskusi tersebut adalah<br />orang-orang yang dipercayai memiliki kemampuan dalam memecahkan<br />masalah yang ada.<br />Sungguh, jalan keluar dari sebagian besar permasalahan yang sedang<br />didiskusikan tersebut sangatlah jelas. Namun kepentingan pribadi<br />masing-masing orang, pengaruh dari golongan mereka, ambisi untuk<br />menonjolkan diri pribadi dari pada mencari sebuah solusi secara ikhlas,<br />membawa mereka pada jalan buntu.<br />Ketika menyaksikan ini semua, orang yang memiliki nalar akan berpikir<br />bahwa sebenarnya penyebab dari persoalan yang ada terletak pada<br />jauhnya masyarakat dari agama Allah. Orang yang beriman kepada Allah<br />82<br />tidak pernah menunjukkan perilaku yang tidak bertanggung jawab, siasia<br />ataupun acuh tak acuh. Ia sadar bahwa ada kebaikan di setiap peristiwa<br />yang Allah perlihatkan kepadanya. Ia paham bahwa ia selalu berada<br />dalam keadaan diuji di dunia ini yang mengharuskannya untuk menggunakan<br />akal, kekuatan dan pengetahuannya dalam segala hal yang dapat<br />membuat Allah ridha.<br />Di samping itu, seorang mukmin senantiasa ingat akan sebuah ayat<br />Allah ketika melihat acara tersebut:<br />"É Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah." (QS.<br />Al-Kahfi, 18: 54)<br />Dalam acara diskusi tersebut terlihat adanya perdebatan, atau bahkan,<br />percekcokan antar para tokoh dan ahli yang tampil di TV. Juga ketidakmengertian<br />mereka akan permasalahan yang dikemukakan kepada<br />mereka, terobsesi dengan apa yang akan mereka katakan dan mencoba<br />untuk paling dahulu mengatakannya, saling memotong pembicaraan,<br />meninggikan suara dengan mudahnya, begitu cepat kehilangan kesabaran,<br />saling melontarkan ejekan; adalah bukti yang penting untuk diperhatikan<br />dalam mamahami aspek-aspek negatif dari orang-orang ini.<br />Di sebuah lingkungan dengan seratus persen orang-orang yang ikhlas<br />dan jujur yang mempunyai rasa takut kepada Allah, tontonan yang<br />memakan waktu lama dan tak ada hasilnya semacam ini tidak pernah terjadi.<br />Karena tujuan mereka adalah mencari jalan keluar yang paling diridhai<br />Allah, dan yang paling membawa manfaat bagi masyarakat, maka<br />metode yang paling tepat sesuai dengan akal dan nalar akan mudah ditemukan<br />dan dilaksanakan tanpa membuang-buang waktu. Karena setiap<br />orang akan merasa puas dengan keputusan akhir maka percekcokan pun<br />tidak akan terjadi.<br />Jika ada yang merasa keberatan berdasarkan dalih yang dapat diterima<br />serta mengusulkan jalan keluar yang lebih baik, maka usulan ini<br />yang akan langsung dipakai. Mereka yang takut kepada Allah tidak seperti<br />kebanyakan orang, dan tidak menunjukkan sikap keras kepala dan<br />arogan. Dengan mengingat apa yang Allah firmankan dalam Al-Qur'an;<br />"É Dan di atas tiap-tiap orang yang berpengetahuan itu ada lagi Yang<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 83<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />Maha Mengetahui" (QS. Yuusuf, 12: 76), mereka mengambil pilihan yang<br />paling tepat.<br />Kebalikannya, yakni diskusi yang berlangsung hingga pagi hari tanpa<br />dihasilkannya suatu pemecahan masalah adalah contoh berharga yang<br />dapat terjadi di sebuah lingkungan dimana akhlaq mulia yang diajarkan<br />agama tidak dijalankan.<br />Bagaimana kelaparan dan kemelaratan di setiap<br />penjuru dunia mendorong seseorang untuk berpikir?<br />Salah satu permasalahan yang sering dibahas di media massa adalah<br />ketidakadilan dalam masyarakat.<br />Ketika di belahan dunia yang satu terdapat negara-negara yang sangat<br />makmur dengan tingkat kesejahteraan yang sangat tinggi, namun di<br />belahan bumi yang lain terdapat orang-orang yang tidak memiliki sesuatupun<br />yang dapat dimakan atau obat untuk penyakit yang paling ringan<br />sekalipun sehingga mereka pada akhirnya meninggal tak terurus. Pertama-<br />tama, fenomena tersebut menunjukkan keberadaan sebuah sistim<br />yang dzalim dan tidak adil di dunia. Sebenarnya sangatlah mudah bagi<br />satu atau segilintir negara untuk menyelamatkan orang-orang yang terdzalimi<br />ini. Misalnya, rakyat di negara-negara tetangga di Afrika sedang<br />mati kelaparan, namun ada kelompok masyarakat yang telah menumpuk<br />harta dari pertambangan intan dan dengannya membangun sebuah peradaban<br />yang maju. Kendatipun sangat mudah untuk memindahkan<br />orang-orang yang hidup melarat dan kelaparan<br />dan hampir meninggal ini, atau memberi<br />sarana yang mereka butuhkan di daerah<br />tempat tinggal mereka, namun selama puluhan<br />tahun tidak ada jalan keluar yang berarti<br />yang telah diberikan kepada mereka. Menolong<br />orang tersebut bukanlah sebuah tugas<br />yang dapat diselesaikan oleh segelintir<br />orang. Untuk mendapatkan penyelesaian<br />yang berarti, perlu banyak orang yang mau<br />84<br />Do they not see<br />that they are<br />tried once or<br />twice in every<br />year? But still<br />they do not turn<br />back. They do not<br />pay heed. (Surat<br />at-Tawba: 126)<br />mengorbankan diri mereka. Sayangnya, hingga kini jumlah orang yang<br />menklaim telah mengatasi bencana kemanusiaan tersebut masih terlalu<br />sedikit.<br />Di lain pihak, trilyunan dolar telah dihambur-hamburkan di setiap<br />penjuru dunia untuk beragam tujuan. Di satu sisi ada orang-orang yang<br />membuang makanannya hanya karena tidak puas dengan jumlah garam<br />dalam makanan tersebut, di lain pihak ada manusia yang mati karena tidak<br />menemukan makanan untuk dimakan. Ini adalah bukti nyata adanya<br />tatanan yang dzalim dan tidak adil akibat tidak diamalkannya akhlaq<br />agama.<br />Orang yang memahami persoalan ini berpikir bahwa satu-satunya<br />yang akan menghilangkan ketidakadilan adalah akhlaq yang diajarkan<br />Allah. Mereka yang takut kepada Allah dan bertingkah laku sesuai dengan<br />hati nurani dan akalnya tidak akan pernah membiarkan kepincangan<br />dan ketidakadilan yang ada. Mereka akan keluar untuk menolong orangorang<br />yang membutuhkan dengan solusi yang cepat, tepat dan permanen<br />tanpa menonjolkan diri ataupun mengharapkan segala sesuatu yang bersifat<br />duniawi.<br />Disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa menolong kaum fakir dan miskin<br />adalah ciri orang-orang yang takut kepada Allah dan hari pembalasan:<br />"Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia dalam bagian tertentu,<br />bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apaapa<br />(yang tidak mau meminta), dan orang yang mempercayai hari pembalasan,<br />dan orang-orang yang takut terhadap adzab Tuhannya." (QS. Al-<br />MaÕarij, 70: 24-27)<br />"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin,<br />anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi<br />makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, kami<br />tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima<br />kasih. Sesungguhnya kami takut akan (adzab) Tuhan kami pada suatu hari<br />yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan." (QS.<br />Al-Insaan, 76: 8-10)<br />Tidak memberi makan kepada orang miskin adalah ciri orang yang<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 85<br />86 BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />tidak beragama dan tidak memiliki rasa takut kepada Allah:<br />"Peganglah dia lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah<br />dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah<br />dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta. Sesungguhnya<br />dia dahulu tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Dan juga dia tidak<br />mendorong (orang lain) untuk memberi makan orang miskin. Maka<br />tiada seorang temanpun baginya pada hari ini di sini. Dan tiada (pula)<br />makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah. Tidak ada<br />yang memakannya kecuali orang-orang yang berdosa." (QS. Al-Haaqqah,<br />69: 30-37)<br />Bagaimana bencana alam yang terjadi di seluruh<br />dunia mendorong seseorang berpikir?<br />Diantara pemberitaan yang sering kita disaksikan di berbagai stasiun<br />TV dan surat kabar adalah laporan tentang bencana alam. Manusia<br />dapat tertimpa bencana alam seperti<br />gempa bumi hebat, kebakaran ataupun<br />banjir. Seseorang yang menyaksikan<br />berbagai liputan tentang<br />bencana alam berpikir bahwa Allah<br />mempunyai kuasa atas segala sesuatu,<br />bahwa Dia dapat saja menghancur<br />luluhkan sebuah kota hingga rata<br />dengan tanah jika Dia menghendaki.<br />Setelah memikirkan ini semua,<br />ia paham bahwa tidak ada sesuatupun<br />selain Allah yang dapat dijadikan<br />tempat berlindung dan memohon<br />pertolongan. Bahkan bangunanbangunan<br />yang paling kokoh; kotakota<br />yang dilengkapi dengan teknologi<br />yang paling canggih pun tidak<br />akan mampu bertahan terhadap ad- Terdapat pelajaran-pelajaran tersembunyi<br />yang dapat direnungkan dari liputanliputan<br />tentang bencana alam yang<br />disiarkan melalui surat kabar dan TV<br />zab Allah; mereka dapat musnah seketika.<br />Semua pemandangan ini ditunjukkan kepada manusia agar berpikir<br />dan mengambil pelajaran.<br />Orang yang mendengar atau membaca laporan bencana alam tersebut<br />juga berpikir bahwa Allah telah menurunkan bencana atas kota ini<br />untuk suatu tujuan. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman bahwa kepada<br />bangsa-bangsa yang menentang, Allah mengirimkan adzab agar mereka<br />sadar atau mendapatkan balasan dari perbuatan mereka. Dengan demikian<br />jika suatu masyarakat melakukan bentuk perbuatan yang tidak diridhai<br />Allah, mereka pun akan dikenai hukuman Allah dengan sebab tersebut.<br />Atau Allah mungkin sedang menguji mereka dengan kesusahan di<br />dunia.<br />Dengan memikirkan segala kemungkinan tersebut, seseorang akan<br />takut kalau-kalau hal serupa akan juga menimpanya, dan memohon ampunan<br />Allah atas segala perbuatannya.<br />Tak seorang atau suatu bangsa pun dapat menghindar dari bencana<br />apapun kecuali jika Allah berkehendak lain. Tak peduli apakah bangsa<br />tersebut termasuk yang paling kaya dan terkuat di dunia atau mendiami<br />sebuah tempat yang letak gegrafisnya tidak menunjukkan adanya kemungkinan<br />terkena bencana tersebut. Allah berfirman bahwa tak ada satupun<br />bangsa yang mampu mencegah bencana yang akan menimpa mereka.<br />"Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan<br />siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?<br />Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan<br />siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik<br />ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari<br />adzab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan adzab<br />Allah kecuali orang-orang yang merugi. Dan apakah belum jelas bagi<br />orang-orang yang mempusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya,<br />bahwa kalau Kami menghendaki tentu Kami adzab mereka karena<br />dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak<br />dapat mendengar (pelajaran lagi)?" (QS. Al-AÕraaf, 7: 97-100)<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 87<br />Bagaimana berita tentang sistem riba mendorong<br />seseorang berpikir?<br />Topik lain yang sering muncul dalam berita adalah masalah ekonomi<br />yang makin terpuruk. Sejumlah berita negatif khususnya tentang nilai<br />suku bunga atau riba disiarkan setiap hari. Orang yang membaca laporan-<br />laporan yang menyebut tentang suku bunga yang tidak terkendali<br />dan menyebabkan krisis ekonomi berpikir bahwa akibat dari perbuatan<br />terlarang yang begitu luasnya tersebar, Allah mengurangi pendapatan<br />mereka. Sebagaimana yang tercantum dalam ayat, "É Allah memusnahkan<br />riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap<br />orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.". (QS. Al-<br />Baqarah, 2: 276), Allah mampu menghilangkan keuntungan yang dihasilkan<br />melalui bunga atau riba, dan menurunkan produktifitasnya. Fakta ini<br />tercantum dalam ayat lain:<br />1. Bencana banjir di Honduras 2. Bencana alam di Mali-Gao yang diakibatkan<br />oleh angin yang sangat kencang 3. Sebuah kota di pinggir pantai yang digenangi<br />oleh luapan air sungai 4. Sebuah kota lain yang tergenang air 5. Sebuah<br />kota yang telah hancur.<br />"Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada<br />harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa<br />yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai<br />keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang<br />melipat gandakan (pahalanya)" (QS. Ar-Ruum, 30: 39)<br />Bagi orang yang merenung, berita tentang riba termasuk bukti nyata<br />yang menunjukkan bahwa ayat Allah berlaku pada manusia<br />Berpikir tentang tempat-tempat yang indah<br />Melalui acara-acara TV, surat kabar dan majalah-majalah manusia<br />dapat menyaksikan sekaligus memikirkan keindahan-keindahan yang<br />Allah ciptakan. Melihat ataupun mengunjungi pemandangan yang mem-<br />Gempa bumi yang berlangsung beberapa detik saja sudah cukup untuk menghancurkan<br />keseluruhan kota. Mereka yang berpikir bahwa pemandangan ini<br />adalah kejadian alam biasa adalah salah. Karena, sebagaimana ciptaan Allah<br />yang lain, alam juga di bawah kendali Allah.<br />pesona, rumah yang bagus, taman atau pantai yang indah sudah pasti<br />menyenangkan setiap orang. Beragam pemandangan tersebut pertamatama<br />dapat mengingatkan seseorang akan surga. Orang yang beriman sekali<br />lagi ingat bahwa Allah, yang telah memberikan sedemikian banyak<br />nikmat dan menunjukkan keindahan yang luar biasa, telah menyediakan<br />tempat-tempat yang keindahannya tak tertandingi di surga.<br />Pemandangan tersebut dapat pula mendorong seseorang untuk berpikir:<br />setiap keindahan yang diciptakan di dunia memiliki sejumlah ketidaksempurnaan<br />karena memang dunia adalah tempat ujian. Seseorang<br />yang berada beberapa saat di tempat-tempat rekreasi yang gambarannya<br />pernah ia saksikan sebelumnya di TV dapat melihat kekurangan-kekurangan<br />tersebut. Beberapa contoh diantaranya adalah cuaca yang terlalu<br />lembab, air laut yang kadar garamnya sangat tinggi, panas terik yang<br />menyengat, lalat yang berterbangan di<br />mana-mana. Di dunia terdapat banyak kesulitan-<br />kesulitan dan keadaan-keadaan<br />yang tidak menyenangkan seperti sakit<br />akibat tersengat sinar matahari, agen perjalanan<br />yang kurang terorganisasi, temperamen<br />kurang bersahabat dari orangorang<br />yang bersama-sama dengan kita<br />merasakan kondisi ini.<br />Sebaliknya, di dalam surga terdapat<br />keindahan-keindahan yang sempurna dan<br />asli, tak terdapat sesuatupun yang mengganggu<br />manusia dan tak satupun percakapan<br />yang tidak menyenangkan akan terucap.<br />Ketika melihat setiap keindahan yang<br />ada di dunia, ia memikirkan dan mendambakan surga. Ia selalu bersyukur<br />atas segala kenikmatan yang telah dikaruniakan Allah kepadanya di<br />dunia, dan ia menikmatinya sambil berpikir bahwa semua ini adalah anugerah<br />yang Allah turunkan dari rahmat-Nya. Dengan mengetahui bahwa<br />sumber dari segala keindahan ini berasal dari surga, ia tidak akan melupakan<br />akhirat akibat terlenakan oleh keindahan-keindahan dunia. Ia<br />menjalani kehidupan dengan cara yang membuatnya mampu memperoleh<br />keindahan abadi dan layak untuk masuk ke dalam surga Allah.<br />Bagaimana informasi dari majalah ilmiah yang menyatakan<br />bahwa unsur penyusun materi adalah atom membuat<br />seseorang berpikir?<br />Tanpa memikirkan terhadap apa-apa yang ia ketahui, seseorang tidak<br />akan mampu mengetahui hal-hal yang demikian rumit namun penting;<br />dan menyadari betapa luar biasanya lingkungan di mana ia berada.<br />Oleh karena itu, orang yang beriman senantiasa memikirkan berbagai<br />makhluk hidup dan kejadian-kejadian yang Allah ciptakan. Kendatipun<br />semua itu dapat berupa segala sesuatu yang sudah umum dan diketahui<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 91<br />"Hai orang-orang<br />yang beriman, janganlah<br />kamu<br />memakan riba dengan<br />berlipat ganda<br />dan bertakwalah<br />kamu kepada<br />Allah supaya kamu<br />mendapat keberuntungan."<br />(QS. Aali<br />ÔImraan, 3: 130)<br />92 BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />Planet dan seluruh jagad raya dimana kita berada memiliki sifat-sifat yang sesuai untuk<br />kehidupan manusia. Seseorang yang memikirkan masalah ini akan sangat paham<br />bahwa seluruh jagad raya diciptakan Allah untuk kita semua.<br />oleh banyak orang, namun ia mampu untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan<br />yang berbeda dibandingkan dengan orang lain.<br />Sebagai contoh, adalah fakta yang telah dikenal luas bahwa unsur<br />dasar penyusun setiap benda di jagad raya, hidup ataupun tak hidup,<br />adalah atom-atom. Dengan kata lain sebagian besar manusia tahu bahwa<br />buku yang mereka baca, kursi yang mereka duduki, air yang mereka minum<br />dan apapun yang mereka lihat di sekitar mereka tersusun atas atomatom.<br />Namun hanya orang-orang yang memiliki nalar dan kesadaran saja<br />yang mampu berpikir lebih jauh tentang hal ini dan menyaksikan kehebatan<br />Allah.<br />Ketika orang-orang tersebut melihat sebuah laporan yang membahas<br />tentang topik di atas, ia akan berpikir sebagaimana berikut: atomatom<br />adalah benda tak hidup. Lalu bagaimana substansi tak hidup seperti<br />atom-atom dapat bergabung dan membentuk wujud manusia yang memiliki<br />kemampuan untuk melihat, mendengar, menafsirkan segala sesuatu<br />yang mereka terima, menikmati musik yang mereka dengar, berpikir,<br />membuat keputusan-keputusan, menjadi bahagia atau tidak bahagia? Bagaimana<br />manusia mendapatkan segala kemampuan seperti ini?; yakni sifat-<br />sifat kemanusiaan yang sama sekali berbeda dengan wujud fisik yang<br />dihasilkan dari penggabungan atom-atom yang berbeda tersebut.<br />Sudah tentu atom-atom yang tak hidup dan tidak memiliki kesadaran<br />tersebut tidak dapat memberikan kepada manusia sifat-sifat kemanusiaan.<br />Adalah fakta bahwa Allah menciptakan manusia dengan ruh yang<br />memiliki sifat-sifat tersebut. Hal ini mengingatkan kita pada sebuah ayat<br />Allah:<br />"Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan<br />Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan<br />keturunannya dari saripati air yang hina. Kemudian Dia menyempurnakan<br />dan meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan<br />bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit<br />sekali bersyukur." (QS. As-Sajadah, 32: 7-9)</span>Prama pool Experthttp://www.blogger.com/profile/15805485069520816284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3837895127426618903.post-87503769659946918772009-10-18T06:41:00.000-07:002009-10-18T06:43:04.906-07:00Beberapa fakta yang didapatkan oleh seseorang setelah berpikir secara mendalamPernahkan anda berpikir bahwa setiap sesuatu diciptakan untuk<br />manusia saja?<br />Ketika seseorang yang beriman kepada Allah mengamati segala sesuatu<br />beserta sistim yang ada, hidup ataupun tak hidup, yang ada di jagad<br />raya dengan menggunakan mata yang penuh perhatian, ia melihat<br />bahwa segalanya telah diciptakan untuk manusia. Ia mengetahui bahwa<br />tak satupun yang muncul dan menjadi ada di dunia secara kebetulan, namun<br />diciptakan oleh Allah dalam keadaan yang sangat sesuai untuk kehidupan<br />manusia.<br />Misalnya, dari dulu hingga sekarang manusia dapat bernapas tanpa<br />susah payah di setiap saat. Udara yang ia hirup tidak membakar saluran<br />hidungnya, tidak membuatnya mabuk ataupun sakit kepala. Komposisi<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 95<br />unsur-unsur ataupun senyawa-senyawa gas dalam udara telah ditetapkan<br />dalam jumlah yang paling sesuai untuk tubuh manusia. Seseorang<br />yang memikirkan hal ini teringat akan hal lain yang sangat penting: seandainya<br />kadar oksigen dalam atmosfir sedikit lebih atau kurang dari yang<br />ada sekarang, dalam dua keadaan tersebut kehidupan akan hancur. Ia lalu<br />ingat betapa susahnya bernapas ketika berada dalam tempat yang tidak<br />mengandung udara. Ketika seorang yang beriman terus-menerus<br />memikirkan masalah ini, ia akan selalu bersyukur kepada Tuhannya. Ia<br />melihat bahwa atmosfir bumi dapat saja dibuat sedemikian rupa sehingga<br />membuatnya susah untuk bernapas sebagaimana banyak planet-planet<br />yang lain. Namun tidak lah demikian kenyataannya, atmosfir bumi<br />diciptakan dalam keseimbangan dan keteraturan yang demikian sangat<br />sempurna sehingga membuat jutaan manusia bernapas tanpa susah payah.<br />Seseorang yang tiada henti memikirkan tentang planet dimana ia hidup,<br />meyadari betapa pentingnya air yang diciptakan Allah untuk kehidupan<br />manusia. Kemudian ia pun berpikir: manusia pada umumnya paham<br />tentang pentingnya air hanya ketika mereka kekurangan air dalam<br />waktu yang lama. Air adalah substansi yang kita butuhkan setiap saat dalam<br />hidup kita. Misalnya, sebagian besar dari sel-sel tubuh, dan darah<br />yang menjangkau setiap bagian kecil dari tubuh kita tersusun atas air. Jika<br />tidak demikian, maka fluiditas darah akan berkurang dan darah akan<br />sangat sulit mengalir di dalam pembuluh vena. Fluiditas air tidak hanya<br />penting bagi tubuh kita akan tetapi juga untuk tumbuh-tumbuhan. Air<br />mampu menjangkau bagian yang paling ujung dari daun dengan melalui<br />pembuluh-pembuluhnya yang halus seperti benang.<br />Massa air yang sangat besar di lautan menjadikan bumi kita tempat yang<br />dapat didiami. Jika proporsi lautan di bumi menjadi lebih kecil dari daratan,<br />di mana-mana akan berubah menjadi gurun yang tidak memungkinkan<br />adanya kehidupan.<br />Seseorang yang sadar dan berpikir tentang hal ini akan benar-benar<br />yakin bahwa adanya keseimbangan yang begitu sempurna di bumi sudah<br />pasti bukanlah sebuah kebetulan. Setelah menyaksikan dan memikirkan<br />fenomena tersebut, akan tampak bahwa segala sesuatu diciptakan<br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />dengan sebuah tujuan oleh Pencipta yang Maha Tinggi dan Pemilik Kekuatan<br />yang Abadi.<br />Di samping itu, ia juga sadar bahwa contoh-contoh yang telah ia pikirkan<br />sebagaimana di atas sangatlah terbatas. Sungguh, tidaklah mungkin<br />untuk menyebutkan jumlah seluruh contoh-contoh yang berkenaan<br />dengan keseimbangan yang sempurna di bumi. Bagi orang yang berpikir,<br />ia akan dapat dengan mudah menyaksikan keteraturan, kesempurnaan<br />dan keseimbangan yang terlihat jelas di setiap sudut jagad raya, dan dengannya<br />mencapai suatu kesimpulan bahwa segala sesuatu diciptakan Allah<br />untuk manusia. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:<br />"Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang<br />di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada<br />yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)<br />bagi kaum yang berpikir." (QS. Al-Jaatsiyah, 45: 13)<br />Bagaimana kekekalan mendorong seseorang berpikir?<br />Setiap orang telah mengetahui konsep kekekalan atau keabadian,<br />namun sudahkan anda berpikir tentang kekekalan? Ini adalah salah satu<br />yang menjadi bahan renungan orang yang beriman kepada Allah.<br />Keberadaan kehidupan surga dan neraka yang kekal ciptaan Allah<br />sangatlah penting dan perlu untuk direnungkan oleh setiap orang. Seseorang<br />yang memikirkannya akan mendapat gambaran dalam benaknya:<br />surga yang abadi adalah nikmat dan pahala yang sangat besar yang diberikan<br />kepada manusia setelah mati. Kehidupan yang penuh kemuliaan di<br />surga tidak akan pernah berakhir. Manusia hidup di dunia paling lama<br />seratus tahun. Namun kehidupan di surga akan berlangsung selama trilyunan<br />tahun dikalikan angka trilyunan tanpa ada akhirnya.<br />Orang yang ingat akan hal tersebut sadar bahwa sangatlah sulit bagi<br />manusia untuk memahami konsep keabadian. Contoh berikut mungkin<br />membantu dalam menjelaskan masalah ini: "seandainya di dunia terdapat<br />seratus trilyun manusia, dan semuanya memiliki umur seratus trilyun<br />tahun, dan mereka menghabiskan seluruh waktu hidupnya dengan<br />berhitung di siang dan malam hari, maka jumlah total angka yang mere-<br />96<br />Hal-hal Yang Hendaknya Dipikirkan 97<br />ka capai tetap nol dibandingkan dengan jumlah tahun yang akan mereka<br />habiskan di kehidupan yang kekal di akhirat."<br />Setelah memikirkan masalah di atas, seseorang akan sampai pada<br />kesimpulan sebagai berikut: Allah memiliki ilmu yang sedemikian luas<br />dan tinggi yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Peristiwa yang berlangsung<br />terus menerus sepanjang waktu tanpa ada akhirnya atau dengan<br />kata lain berlansung secara kekal dalam pandangan manusia, telah<br />selesai atau berakhir dalam pandangan Allah. Setiap peristiwa dan setiap<br />pikiran manusia, terlepas dari bentuk maupun waktu terjadinya peristiwa<br />dan pikiran ini, yang terjadi sejak pertama kali waktu diciptakan hingga<br />saat keabadian berlangsung telah ditentukan dan diputuskan menurut<br />ilmu-Nya.<br />Demikian pula, seseorang seharusnya berpikir bahwa neraka adalah<br />tempat tinggal selamanya bagi orang-orang yang tidak beriman. Terdapat<br />beragam bentuk penyiksaan, hukuman dan kehidupan yang menyengsarakan<br />di neraka Di tempat ini mereka menderita siksaan jasad dan ruh<br />yang terus-menerus tanpa istirahat. Siksaan yang tiada pernah berhenti<br />hingga akhir masa, dan tidak pula pernah dihentikan untuk tidur<br />ataupun istirahat. Seandainya ada akhir dari kehidupan di neraka, ini<br />akan menjadi harapan bagi para penghuni neraka kendatipun bertrilyuntrilyun<br />tahun kemudian. Namun, yang mereka terima sebagai balasan<br />dari dosa-dosa yang mereka perbuat di kehidupan dunia adalah adzab<br />yang kekal.<br />"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan<br />diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka<br />kekal di dalamnya." (QS. Al-A'raaf, 7: 36)<br />Sangatlah penting bagi setiap individu untuk mencoba memahami<br />keabadian dengan merenungkannya dalam rangka meningkatkan<br />semangat dalam meraih akhirat, dan menguatkan ketakutan dan pengharapannya.<br />Sangat takut kepada siksaan yang kekal, namun pada saat<br />yang sama senantiasa berharap untuk mendapatkan surga yang abadi.<br />98 BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />Bagaimana seseorang berpikir tentang mimpi?<br />Terdapat sejumlah pelajaran penting dalam fenomena mimpi bagi<br />orang yang berpikir. Ia berpikir: betapa "sangat nyatanya" mimpi-mimpi<br />yang dilihatnya ketika sedang tidur, tidak begitu berbeda dengan ketika<br />ia sedang terjaga. Misalnya, kendatipun jasad sedang terbujur di tempat<br />tidur, dalam mimpinya ia melakukan perjalanan bisnis, bertemu dengan<br />orang-orang baru, makan siang sambil mendengarkan musik. Ia menikmati<br />rasa makanannya, menari-nari mengikuti irama musik, merasa sangat<br />gembira karena peristiwa-peristiwa yang terjadi, menjadi bahagia dan<br />tidak bahagia, takut, merasa lelah, bahkan mampu mengemudikan kendaran<br />yang belum pernah dinaikinya atau bahkan belum tahu bagaimana<br />mengendarainya hingga hari itu.<br />Kendatipun tubuh tertidur dengan tenang di pembaringan dengan<br />kedua mata terpejam, ia melihat beragam pemandangan dari tempat di<br />mana ia berada. Ini berarti bahwa apa yang melihat bukanlah matanya.<br />Meskipun ruangan tempat ia tidur kosong, ia mendengar suara-suara. Ini<br />berarti bahwa yang mendengar bukanlah telinganya. Segala sesuatu terjadi<br />di dalam otaknya. Setiap kejadian tersebut sama sekali nyata seakanakan<br />setiap apa yang dilihat benar-benar nyata dan asli kendatipun tak<br />satupun dari yang dilihatnya tersebut memiliki keaslian atau wujud di luar<br />mimpinya. Lalu apakah yang menyebabkan pemandangan-pemandangan<br />tersebut tampak sedemikian nyata di benak seseorang? Manusia<br />tidak mampu membuatnya secara sadar dan sengaja ketika sedang tidur.<br />Otak pun tidak akan mampu membuat sendiri gambar-gambar serupa.<br />Otak adalah sebuah gumpalan yang terdiri atas molekul-molekul protein.<br />Sangatlah tidak rasional untuk mengatakan bahwa substansi ini dengan<br />sendirinya mampu membuat gambaran, bahkan menampilkan wajahwajah<br />manusia, tempat-tempat, suara yang belum pernah terdengar kecuali<br />pada hari itu. Lalu siapakah yang memperlihatkan gambar-gambar<br />atau pemandangan-pemandangan ini dalam mimpi ketika sedang tidur?<br />Sekali lagi, seseorang yang merenungkan pertanyaan-pertanyaan ini<br />akan melihat kebenaran yang hakiki: Allah lah yang membuat manusia<br />tidur, mengambil ruh mereka ketika mereka sedang tidur, mengemHal-<br />hal Yang Hendaknya Dipikirkan 99<br />balikannya kepada mereka ketika bangun dan memperlihatkan mimpimimpi<br />mereka dalam tidur.<br />Orang yang mengetahui bahwa Allah memperlihatkan mimpi juga<br />akan merenungkan makna tersembunyi dan tujuan penciptaan mimpi<br />tersebut. Ketika seseorang mendapatkan mimpi, ia yakin akan keberadaan<br />orang-orang dan peristiwa-peristiwa yang ia alami sebagaimana<br />ketika ia sedang terjaga. Ia berpikir bahwa semua ini benar-benar nyata,<br />bahwa kehidupan dalam mimpinya tidak akan berakhir dan akan berlangsung<br />terus-menerus. Jika ada seseorang yang datang menghampirinya<br />dan berkata,"Anda saat ini sedang bermimpi, bangunlah", maka ia<br />tidak akan mempercayainya. Orang yang mengetahui tentang kenyataan<br />tersebut akan berpikir: "Tak seorang pun dapat menyangkal bahwa hidup<br />di dunia pun sementara, sebagaimana mimpi belaka. Sebagaimana ketika<br />terjaga dari sebuah mimpi, suatu hari saya juga akan terbangun dan terjaga<br />dari kehidupan dunia dan melihat gambaran yang sama sekali berbeda,<br />misalnya gambaran tentang akhiratÉ.Prama pool Experthttp://www.blogger.com/profile/15805485069520816284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3837895127426618903.post-34644999608791413832009-10-18T06:27:00.000-07:002009-10-18T06:40:39.075-07:00MEMIKIKIRKAN AYAT AYAT ALQURANAl-Qur'an adalah kitab terakhir yang Allah turunkan bagi semua<br />manusia. Setiap orang yang hidup di bumi wajib mempelajari<br />Al-Qur'an dan melaksanakan perintah-perintahnya.<br />Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mempelajari ataupun melaksanakan<br />apa yang Allah perintahkan dalam Al-Qur'an kendatipun mereka<br />menerimanya sebagai sebuah kitab yang diwahyukan. Ini adalah akibat<br />dari belum memikirkan tentang Al-Qur'an tetapi sekedar mengetahui<br />dari informasi yang didapat dari sana sini. Sebaliknya, bagi orang yang<br />berpikir, Al-Qur'an memiliki kedudukan dan peranan yang sangat besar<br />dalam kehidupannya.<br /><br />Pertama-tama, orang yang "berpikir" ingin mengetahui tentang Pencipta<br />yang telah menciptakan dirinya dan jagad raya di mana ia tinggal<br />dari ketiadaan, yang telah memberinya kehidupan ketika dirinya belum<br />berwujud, dan yang telah menganugerahkan kepadanya nikmat dan<br />keindahan yang tak terhitung jumlahnya; dan ia pun mempelajari tentang<br />bentuk-bentuk perbuatan yang diridhai Allah. Al-Qur'an, yang Allah<br />wahyukan kepada Rasul-Nya, adalah petunjuk yang memberikan<br />jawaban atas pertanyaan manusia di atas. Dengan alasan ini, manusia<br />perlu mengetahui kitab Allah yang diturunkan untuknya sebagai petunjuk<br />yang dengannya ia membedakan yang baik dari yang buruk,<br />merenungkan setiap ayatnya dan melaksanakan apa yang Allah perintahkan<br />dengan cara yang paling tepat dan diridhai.<br />Allah berfirman tentang tujuan diturunkannya Al-Qur'an untuk<br />manusia:"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan<br />berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat<br />pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (QS. Shaad, 38:<br />29)<br />"Sekali-kali tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al-QurÕan itu adalah<br />peringatan. Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil<br />pelajaran daripadanya (Al-QurÕan). Dan mereka tidak akan mengambil<br />pelajaran daripadanya kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dia (Allah)<br />adalah Tuhan Yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan berhak memberi<br />ampun." (QS. Al-Muddatstsir, 74: 54-56)<br /><br />BAGAIMANA SEORANG MUSLIM BERPIKIR?<br />Banyak orang membaca Al-Qur'an, namun yang penting adalah sebagaimana<br />yang Allah nyatakan dalam ayat-Nya yakni merenungkan<br />tiap ayat Al-Qur'an, mengambil pelajaran dari ayat tersebut dan memperbaiki<br />perilaku seseorang sesuai dengan pelajaran yang terkandung di<br />dalamnya. Orang yang membaca ayat: "Karena sesungguhnya sesudah<br />kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada<br />kemudahan." (QS. Alam Nasyrah, 94: 5-6), misalnya, akan merenungkan<br />ayat ini: ia paham bahwa Allah menciptakan kemudahan disamping setiap<br />kesulitan, karena itu yang ia harus lakukan ketika menemui sebuah<br />kesulitan adalah percaya penuh kepada Allah dan menantikan kemudahan<br />yang akan datang kemudian. Dengan janji Allah ini, ia melihat bahwa<br />putus harapan atau menjadi panik di saat munculnya kesulitan<br />adalah sebuah tanda dari lemahnya iman. Setelah membaca dan<br />merenungkan ayat di atas, perilakunya selalu sejalan dengan ayat tersebut<br />sepanjang hidupnya.<br /><br />Dalam Al-Qur'an, Allah mengisahkan beberapa pelajaran dari kehidupan<br />para nabi dan rasul yang hidup di masa lampau agar manusia<br />dapat melihat bagaimana perilaku, pembicaraan dan kehidupan manusia<br />yang diridhai Allah, dan menjadikan mereka sebagai panutan. Allah berfirman<br />dalam beberapa ayat-Nya bahwa manusia hendaknya memikirkan<br />dan mengambil pelajaran dari kisah-kisah para rasul tersebut:<br />"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi<br />orang-orang yang mempunyai akal." (QS. Yuusuf, 12: 111)<br />"Dan juga pada Musa (terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah) ketika<br />Kami mengutusnya kepada Fir'aun dengan membawa mu'jizat yang nyata."<br />(QS. Adz-Dzaariyaat, 51: 38)"Maka Kami selamatkan Nuh dan penumpang-penumpang bahtera itudan Kami jadikan peristiwa itu pelajaran bagi semua umat manusia."<br />(QS. Al-Ankabuut, 29: 15)<br /><br />Dalam Al-Qur'an, disebutkan beberapa ciri bangsa-bangsa kuno,<br />akhlaq serta bencana-bencana yang menimpa mereka. Adalah sebuah kesalahan<br />yang besar untuk memahami ayat-ayat ini hanya sebagai peristiwa<br />sejarah dengan berbagai peristiwa yang menimpa mereka. Sebab,<br />sebagaimana di semua ayat yang lain, Allah mengisahkan kehidupanbangsa-bangsa di masa lampau untuk kita renungkan dan ambil pelajaran<br />dari berbagai bencana yang menimpa bangsa-bangsa ini sebagai pedoman<br />dalam memperbaiki perilaku kita:"Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kamu.Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?" (QS. Al-<br />Qamar, 54: 51)"Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan<br />paku, yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi<br />orang-orang yang diingkari (Nuh). Dan sesungguhnya telah Kami<br />jadikan kapal itu sebagai pelajaran, maka<br />adakah orang yang mau mengambil pelajaran?<br />Maka alangkah dahsyatnya adzab-Ku dan ancaman-<br />ancaman-Ku. Dan sesungguhnya telah<br />Kami mudahkan Al-QurÕan untuk pelajaran,<br />maka adakah orang yang mengambil pelajaran?"<br /><br />(QS. Al-Qamar, 54: 13-17)<br />Allah telah menurunkan Al-Qur'an untuk<br />semua manusia sebagai petunjuk. Oleh karena<br />itu, memikirkan setiap ayat Al-Qur'an dan menjalani<br />hidup sesuai Al-Qur'an dengan mengambil<br />pelajaran dan peringatan dari setiap ayatnya<br />adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan<br />keridhaan, kasih sayang dan surga Allah.<br />Tentang apakah di dalam Al-Qur'an<br />Allah mengajak manusia untuk<br />berpikir?<br /><br />"Dan Kami turunkan kepadamu Adz-Dzikr<br />(Al-QurÕan), agar kamu menerangkan kepada<br />umat manusia apa yang telah diturunkan kepada<br />mereka dan supaya mereka memikirkan."<br />(QS. An-Nahl, 16: 44)Sebagaimana dalam ayat di atas, di banyak ayat-Nya yang lain, Allah mengajak manusia untuk merenung. Memikirkan tentang apa-apa<br />yang Allah perintahkan kita untuk berpikir, dan melihat makna tersembunyi<br />dan keajaiban ciptaa-Nya adalah salah satu bentuk ibadah. Setiap<br />hal yang kita renungkan akan membantu kita untuk lebih mengetahui<br />dan mengakui akan Kekuasaan, Kebijaksanaan, Ilmu, Seni dan sifat-sifat<br />Allah yang lain.<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Allah mengajak manusia untuk memikirkan penciptaan<br />dirinya sendiri</span><br /><br />"Dan berkata manusia: "Betulkah apabila aku telah mati, bahwa aku<br />sungguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali?" Dan<br />tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya<br />dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali?" (QS. Maryam, 19:<br />66-67)<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Allah mengajak manusia untuk memikirkan tentang<br />penciptaan alam semesta</span><br /><br />"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya<br />malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna<br />bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air,<br />lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan<br />Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan<br />awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-<br />tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan."<br />(QS. Al-Baqarah, 2: 164)Allah mengajak manusia untuk memikirkan sifat<br />kehidupan dunia yang sementara<br /><br />"Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air<br />(hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya<br />karena air itu tanam-tanaman bumi, diantaranya ada yang dimakan<br />manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah sempurna<br />keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya<br />mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah<br />kepadanya adzab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan<br />(tanaman-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit,<br />seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan<br />tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir."<br />(QS. Yuunus, 10: 24)<br /><br />"Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun<br />kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai<br />dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah<br />masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang<br />masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung<br />api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya<br />kepada kamu supaya kamu memikirkannya." (QS. Al-Baqarah, 2: 266)<br />Allah mengajak manusia untuk memikirkan<br />nikmat-nikmat yang mereka miliki<br /><br />"Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-<br />gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua<br />buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada<br />siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda<br />(kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Dan di bumi ini terdapat<br />bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanamantanaman<br />dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang,<br />disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanamtanaman<br />itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya<br />pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi<br />kaum yang berpikir." (QS. Ar-RaÔd, 13: 3-4)Allah mengajak manusia untuk berpikir bahwa seluruh alam semesta telah diciptakan untuk manusia<br />"Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang<br />di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada<br />yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)<br />bagi kaum yang berpikir." (QS. Al-Jaatsiyah, 45: 13)<br />"Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun,<br />korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada<br />yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi<br />kaum yang memikirkan. Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari<br />dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu)<br />dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar<br />ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami(nya), dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakanuntuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah)<br />bagi kaum yang mengambil pelajaran. Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan<br />lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan<br />kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai;<br />dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.<br /><br />Dan Dia menancapkan gunung- gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama ka-mu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu<br />mendapat petunjuk, dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan).<br />Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk. Maka<br />apakah (Allah) yang menciptakan itu sama dengan yang tidak dapat menciptakan<br />(apa-apa)? Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran."<br />(QS. An-Nahl, 16: 11-17)<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Allah mengajak manusia untuk memikirkan tentang<br />dirinya sendiri</span><br />"Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?"<br />(QS. Ar-Ruum, 30: 8)Allah mengajak manusia untuk berpikir tentang<br />akhlaq yang baik"Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang<br />lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah<br />takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban<br />kepada sesorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu<br />berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(<br />mu), dan penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan<br />Allah kepadamu agar kamu ingat." (QS. Al-AnÔaam, 6: 152)<br />"Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,<br />memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan<br />keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu<br />agar kamu dapat mengambil pelajaran." (QS. An-Nahl, 16: 90)<br />"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang<br />bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada<br />penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu)<br />ingat." (QS. An-Nuur, 24: 27)<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Allah mengajak manusia ntuk berpikir tentang akhirat,<br />hari kiamat dan hari penghisaban.</span><br /><br />"Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan<br />(dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin<br />108<br />kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah<br />memperingatkan kamu terhadapsiksa-Nya. Dan Allah sangat Penyayang<br />kepada hamba-hamba-Nya."(QS. Aali ÔImraan, 3: 30)<br />"Dan ingatlah hamba-hambaKami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-<br />perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah<br />mensucikan mereka dengan(menganugerahkan kepadamereka) akhlaq yang tinggi<br />yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat."<br />(QS. Shaad, 38: 45-46)<br />"Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan hari kiamat<br />(yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tibatiba,<br />karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya.<br />Maka apakah faedahnya bagimereka kesadaran mereka itu apabila Kiamat sudah datang?" (QS.Muhammad, 47: 18)<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;"><br />Allah mengajak manusia untuk memikirkan makhluk<br />hidup yang Dia ciptakan</span><br /><br />"Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di<br />bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin<br />manusia", kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan<br />tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut<br />lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di<br />dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya<br />pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran<br />Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan." (QS. An-Nahl, 16: 68-69)<br />Allah mengajak manusia untuk memikirkan adzab<br />yang dapat secara tiba-tiba menimpanya<br />"Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah<br />kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru<br />(tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang benar!" (QS. Al-<br />AnÔaam, 6: 40)<br />"Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran<br />dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang<br />kuasa mengembalikannya kepadamu?" Perhatikanlah bagaimana Kami<br />berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian<br />mereka tetap berpaling (juga). (QS. Al-AnÔaam, 6: 46)<br />Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah<br />kepadamu dengan sekonyong-konyong, atau terang-terangan, maka<br />adakah yang dibinasakan (Allah) selain dari orang yang dzalim?" (QS.<br />Al-AnÔaam, 6: 47)"Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa<br />mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga)<br />bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?" (QS. Yuunus, 10: 50)<br />"Dan tidaklah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa<br />mereka diuji sekali atau dua kali setiap tahun, dan mereka tidak (juga)<br />bertaubat dan tidak (pula) mengambil pelajaran?" (QS. At-Taubah, 9: 126)"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat)<br />sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk menjadi<br />pelita bagi manusia dan petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat."<br />(QS. Al-Qashas, 28: 43)"Dan sesungguhnya telah Kami binasakan orang yang serupa dengan kamu. Maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?" (QS. Al-<br />Qamar, 54: 51)"Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir'aun dan) kaumnya dengan<br />(mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan<br />buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran. (QS. Al-AÔraaf, 7:<br />130)<br /><span style="font-weight:bold;">Allah mengajak manusia untuk memikirkan tentang<br />Al-Qur'an</span><br />"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an? Kalau kiranya Al<br />Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan<br />yang banyak di dalamnya." (QS. An-NisaaÕ, 4: 82)<br />"Maka apakah mereka tidak memperhatikan perkataan (Kami), atau<br />apakah telah datang kepada mereka apa yang tidak pernah datang kepada<br />nenek moyang mereka dahulu?" (QS. Al-MuÕminuun, 23: 68)<br />"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan<br />berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat<br />pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (QS. Shaad, 38:<br />29)<br /><br />"Sesungguhnya Kami mudahkan Al Qur'an itu dengan bahasamu supaya<br />mereka mendapat pelajaran." (QS. Ad-Dukhaan, 44: 58)<br />"Sekali-kali tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al QurÕan itu adalah<br />peringatan.Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil<br />pelajaran daripadanya (Al QurÕan)." (QS. Al-Muddatstsir, 56: 54-55)<br />"Dan demikianlah Kami menurunkan Al Qur'an dalam bahasa Arab, dan<br />Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian<br />dari ancaman, agar mereka bertakwa atau (agar) Al Qur'an itu menimbulkan<br />pengajaran bagi mereka.". (QS. Thaahaa, 20: 113)<br />Rasul-rasul Allah mengajak umatnya yang kurang<br />dalam hal pemahaman untuk berpikir<br />"Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan<br />Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak<br />(pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku<br />tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah:<br />"Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu<br />tidak memikirkan(nya)?" (QS. Al-AnÔaam, 6: 50)<br />"Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: "Apakah kamu hendak<br />membantah tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi<br />petunjuk kepadaku". Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-<br />sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali di kala<br />Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan<br />Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu tidak dapat mengambil<br />pelajaran (daripadanya) ?" (QS. Al-AnÔaam, 6: 80)<br />Allah mengajak manusia berpikir untuk melawan pengaruh syaitan "Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan maka berlindunglah<br />kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.<br />Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa<br />was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga<br />mereka melihat kesalahan-kesalahannya. Dan teman-teman mereka<br />(orang-orang kafir dan fasik) membantu syaitan-syaitan dalam menyesatkan<br />dan mereka tidak henti-hentinya (menyesatkan)." (QS. Al-AÔraaf, 7:<br />200-202)<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Perintah Allah untuk mengarahkan orang yang diberi<br />penjelasan tentang ajaran agama agar berpikir secara<br />mendalam.</span><br /><br />"Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan<br />janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku; Pergilah kamu berdua<br />kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah<br />kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,<br />mudah-mudahan ia ingat atau takut". (QS. Thaahaa, 20: 42-44)<br /><br /><br /><span style="font-weight:bold;">Allah mengajak manusia untuk berpikir tentang<br />kematian dan mimpi</span><br /><br />"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa<br />(orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa<br />(orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa<br />yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang<br />demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir."<br />(QS. Az-Zumar, 39: 42)Prama pool Experthttp://www.blogger.com/profile/15805485069520816284noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3837895127426618903.post-84804220168203285012009-10-18T06:23:00.000-07:002009-10-18T06:40:39.075-07:00KESIMPULANTujuan penulisan buku ini adalah "mengajak untuk berpikir".<br />Kebenaran dapat disampaikan kepada seseorang melalui berbagai<br />macam cara, dengan sangat rinci beserta semua bukti serta<br />segala sarana yang ada. Namun jika orang tersebut tidak memikirkan<br />sendiri kebenaran yang ada secara ikhlas dan jujur dengan tujuan memahami<br />kebenaran, segala usaha tersebut tidak akan ada artinya. Oleh karena<br />itu, ketika rasul-rasul Allah menyampaikan risalah kepada umat mereka,<br />mereka menyampaikannya secara jelas kemudian menyuruh mereka<br />untuk memikirkannya.<br /><br />Seseorang yang berpikir akan sangat paham akan rahasia-rahasia<br />ciptaan Allah, kebenaran tentang kehidupan di dunia, keberadaan neraka<br />dan surga, dan kebenaran hakiki dari segala sesuatu. Ia akan sampai<br />kepada pemahaman yang mendalam akan pentingnya menjadi seseorang<br />yang dicintai Allah, melaksanakan ajaran agama secara benar, menemukan<br />sifat-sifat Allah di segala sesuatu yang ia lihat, dan mulai berpikir<br />dengan cara yang tidak sama dengan kebanyakan manusia, namun sebagaimana<br />yang Allah perintahkan. Walhasil ia akan mendapatkan kenikmatan<br />yang lebih dari keindahan-keindahan yang ia saksikan, melebihi<br />dari yang didapatkan oleh orang lain. Ia tidak akan menderita tekanan<br />batin karena terbawa oleh angan-angan kosong yang tidak ada dasarnya<br />dan tidak terseret oleh kerakusan dunia.<br /><br />Ini hanyalah sedikit dari keutamaan-keutamaan yang diperoleh<br />seseorang yang berpikir di dunia. Balasan di akhirat untuk orang yang selalu<br />mencari kebenaran dengan berpikir adalah kecintaan, keridhaan,<br />kasih sayang dan surga Allah.<br /><br />Sebaliknya, satu hari pasti akan datang ketika mereka yang semasa<br />masih di dunia tidak mau memikirkan kebenaran akan berpikir, bahkan<br />lebih dari itu, "berpikir secara mendalam dan merenung" dan melihat<br />kebenaran-kebenaran tersebut dengan sangat jelas. Namun, pada hari itu<br />berpikir tidak akan berguna bagi mereka, bahkan membuat mereka tertimpa<br />kesedihan. Allah berfirman dalam Al-Qur'an:<br />"Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah datang.<br />Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya,dan diperlihatkan neraka dengan jelas kepada setiap orang yang melihat."<br />(QS. An-NaaziÔaat, 79: 34-36)<br /><br />Mengajak manusia (yang memiliki anggapan bahwa mereka dapat<br />lolos dari tanggung jawab mereka dengan tidak berpikir) untuk berpikir<br />sehingga mereka dapat merenungkan akibat yang akan menimpa mereka,<br />dan kembali kepada agama Allah, adalah satu bentuk ibadah bagi<br />orang-orang mukmin. Namun, sebagaimana Allah berfirman dalam Al-<br />Qur'an: "ÉMaka barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran<br />daripadanya (Al QurÕan)". (QS. Al-Muddatstsir, 56: 55)Prama pool Experthttp://www.blogger.com/profile/15805485069520816284noreply@blogger.com0