Minggu, 18 Oktober 2009

Pernahkah anda memikirkan bahwa anda tidak ada sebelum
dilahirkan ke dunia ini; dan anda telah diciptakan dari sebuah
ketiadaan?
Pernahkan anda berpikir bagaimana bunga yang setiap hari anda lihat
di ruang tamu, yang tumbuh dari tanah yang hitam, ternyata memiliki
bau yang harum serta berwarna-warni?
Pernahkan anda memikirkan seekor nyamuk, yang sangat mengganggu
ketika terbang mengitari anda, mengepakkan sayapnya dengan
kecepatan yang sedemikian tinggi sehingga kita tidak mampu melihatnya?
Pernahkan anda berpikir bahwa lapisan luar dari buah-buahan seperti
pisang, semangka, melon dan jeruk berfungsi sebagai pembungkus
yang sangat berkualitas, yang membungkus daging buahnya sedemikian
rupa sehingga rasa dan keharumannya tetap terjaga?
Pernahkan anda berpikir bahwa gempa bumi mungkin saja datang
secara tiba-tiba ketika anda sedang tidur, yang menghancur luluhkan rumah,
kantor dan kota anda hingga rata dengan tanah sehingga dalam
tempo beberapa detik saja anda pun kehilangan segala sesuatu yang anda
miliki di dunia ini?
Pernahkan anda berpikir bahwa kehidupan anda berlalu dengan
sangat cepat, anda pun menjadi semakin tua dan lemah, dan lambat laun
kehilangan ketampanan atau kecantikan, kesehatan dan kekuatan anda?
Pernahkan anda memikirkan bahwa suatu hari nanti, malaikat maut
yang diutus oleh Allah akan datang menjemput untuk membawa anda
meninggalkan dunia ini?
Jika demikian, pernahkan anda berpikir mengapa manusia demikian
terbelenggu oleh kehidupan dunia yang sebentar lagi akan mereka
tinggalkan dan yang seharusnya mereka jadikan sebagai tempat untuk
bekerja keras dalam meraih kebahagiaan hidup di akhirat?
Manusia adalah makhluk yang dilengkapi Allah sarana berpikir. Namun
sayang, kebanyakan mereka tidak menggunakan sarana yang teramat
penting ini sebagaimana mestinya. Bahkan pada kenyataannya sebagian
manusia hampir tidak pernah berpikir.
Sebenarnya, setiap orang memiliki tingkat kemampuan berpikiryang seringkali ia sendiri tidak menyadarinya. Ketika mulai
menggunakan kemampuan berpikir tersebut, fakta-fakta yang sampai sekarang tidak mampu diketahuinya, lambat-laun mulai terbuka di hadapannya. Semakin dalam ia
berpikir, semakin bertambahlah kemampuan berpikirnya dan hal
ini mungkin sekali berlaku bagi setiap orang. Harus disadari bahwa
tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan
akalnya semaksimal mungkin.Buku ini ditulis dengan tujuan
mengajak manusia "berpikir sebagaimana mestinya" dan mengarahkan
mereka untuk "berpikir sebagaimana mestinya". Seseorang yang
tidak berpikir berada sangat jauh dari kebenaran dan menjalani sebuah
kehidupan yang penuh kepalsuan dan kesesatan. Akibatnya ia tidak akan
mengetahui tujuan penciptaan alam, dan arti keberadaan dirinya di dunia.
Padahal, Allah telah menciptakan segala sesuatu untuk sebuah tujuan
sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur'an:
"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya dengan bermain-main. Kami tidak menciptakan keduanya melainkan
dengan haq, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS.
Ad-Dukhaan, 44: 38-39)
"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan
kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan
kepada Kami?" (QS. Al-Muƕminuun, 23:115)
Oleh karena itu, yang paling pertama kali wajib untuk dipikirkan secara
mendalam oleh setiap orang ialah tujuan dari penciptaan dirinya, baru
kemudian segala sesuatu yang ia lihat di alam sekitar serta segala kejadian
atau peristiwa yang ia jumpai selama hidupnya. Manusia yang ti-dak memikirkan hal ini, hanya akan mengetahui kenyataan-kenyataan
tersebut setelah ia mati. Yakni ketika ia mempertanggung jawabkan segala
amal perbuatannya di hadapan Allah; namun sayang sudah terlambat.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an bahwa pada hari penghisaban, tiap manusia
akan berpikir dan menyaksikan kebenaran atau kenyataan tersebut:
"Dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahannam; dan pada hari itu ingatlah
manusia akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia
mengatakan, "Alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal
saleh) untuk hidupku ini." (QS. Al-Fajr, 89:23-24)
Padahal Allah telah memberikan kita kesempatan hidup di dunia.
Berpikir atau merenung untuk kemudian mengambil kesimpulan atau
pelajaran-pelajaran dari apa yang kita renungkan untuk memahami kebenaran,
akan menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan di akhirat
kelak. Dengan alasan inilah, Allah mewajibkan seluruh manusia, melalui
para Nabi dan Kitab-kitab-Nya, untuk memikirkan dan merenungkan
penciptaan diri mereka sendiri dan jagad raya:
"Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?,
Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya melainkan dengan tujuan yang benar dan waktu yang ditentukan.
Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar
akan pertemuan dengan Tuhannya." (QS. Ar-Ruum, 30: 8)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar